Selasa, 12 Mei 2009

Survei Prediksi Suara Pemilihan Presiden

Pasangan JK-Win Ancaman Serius SBY JAKARTA - Popularitas dan elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono masih mengungguli pasangan-pasangan capres-cawapres yang beredar pascapemilu legislatif. Meski demikian, SBY harus mewaspadai pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) yang menyodok ke posisi kedua dengan selisih elektabilitas hanya berkisar sepuluh persen. Peta tersebut setidaknya terekam dalam jajak pendapat publik yang dilakukan Lembaga Riset Informasi (LRI) pada 3-7 Mei lalu. Dalam sigi terhadap 2.066 responden di 33 provinsi, ada tiga pasang capres-cawapres yang berpeluang bertarung dalam putaran pertama pemilu presiden. Ketiga capres-cawapres itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono-Hidayat Nur Wahid (SBY-HNW), Jusuf Kalla-Wiranto, dan Megawati-Prabowo Subianto.Berdasar sigi tersebut, SBY-HNW akan menang dalam putaran pertama dengan dukungan 36,2 persen suara. Menguntit di belakangnya JK-Wiranto dengan 27,6 persen, dan Megawati-Prabowo dengan 19,1 persen. Sementara itu, masyarakat yang belum menentukan pilihan masih cukup besar, berkisar 17,1 persen. ''Popularitas dan elektabilitas SBY masih memimpin. HNW memang pasangan yang paling seksi bagi SBY karena suara PKS 8,2 persen solid di belakang HNW. Bila ingin mengamankan pemerintahan di parlemen, SBY seharusnya memilih HNW,'' ujar Direktur LRI Johan Silalahi di Jakarta kemarin (9/5). Meski demikian, SBY diminta mewaspadai JK-Wiranto yang menunjukkan tren positif pascapemilu legislatif. Menurut dia, setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan meningkatnya elektabilitas JK. Pertama, ada 20 juta pemilih yang tidak bisa menggunakan hak pilih, sehingga menyalahkan presiden selaku penanggung jawab pemilu. Selain itu, JK mendapat 'keuntungan' politik karena terkesan disia-siakan SBY setelah bekerja keras menjadi bumper pemerintah di parlemen. Perpecahan di PAN, PPP, dan Golkar hanya karena pertimbangan mendukung atau tidak mendukung SBY juga dinilai menimbulkan persepsi negatif terhadap SBY dan Partai Demokrat. ''Faktor keempat, JK-Wiranto adalah pasangan yang pertama mendeklarasikan diri, sedangkan SBY, Megawati, serta Prabowo masih ragu-ragu dan saling menunggu,'' ujar Johan.Selain dengan HNW, pasangan potensial bagi SBY adalah Boediono. Bila dipasangkan dengan gubernur Bank Indonesia itu, SBY tetap akan lolos ke putaran kedua dengan dukungan 32,1 persen suara. Posisi kedua tetap diduduki JK-Wiranto dengan 27,3 persen dan posisi ketiga Megawati-Prabowo dengan 20,2 persen. Responden yang belum menentukan pilihan mencapai 20,4 persen. Nama Boediono mencuat setelah sejumlah fungsionaris Demokrat melontarkan kabar bahwa SBY memilih berpasangan dengan tokoh nonparpol. Selain berkapasitas sebagai ekonom, Boediono dikabarkan bakal dipilih karena hubungan baiknya dengan PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri. ''Bila SBY-Boediono menang, peluang SBY merangkul PDIP sangat besar. Boediono lebih bisa diterima PDIP dan Megawati daripada Sri Mulyani.'' Meski demikian, penurunan dukungan bagi SBY-Boediono jika dibanding SBY-HNW membuktikan premis siapa pun pasangannya SBY akan tetap menang tidak terbukti. ''Bohong besar kalau ada orang bilang dipasangkan dengan sandal pun SBY akan menang.'' Johan memprediksi, jika SBY-Boediono, JK-Wiranto, dan Mega-Prabowo bertarung dalam putaran pertama pilpres, akan sulit diketahui siapa yang menang pada putaran kedua. ''Pertarungan akan menarik dan tidak bisa dibaca petanya. Sebab, swing voters masih sangat besar, sehingga masih bisa berubah.'' Satu-satunya kelemahan skenario itu adalah nasib pasangan ketiga, Megawati-Prabowo. Bila pasangan tersebut gagal dan hanya ada dua pasang capres-cawapres, pertarungan tidak akan menarik karena pemenangnya sudah bisa diprediksi dengan mudah. Karena itu, dia menyatakan tidak terkejut bila ada upaya SBY dan Demokrat agar pasangan ketiga tidak terbentuk dengan merayu PDIP masuk ke koalisi yang dibuat SBY. (noe)

Tidak ada komentar: