JAKARTA - Krisis listrik yang mendera wilayah Jawa dan Bali dalam beberapa pekan terakhir mulai menghembuskan kabar pergantian pucuk pimpinan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kabar itu semakin kuat tadi malam ketika Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar menyatakan siap jika harus lengser dari jabatannya menyusul terjadinya krisis listrik akhir-akhir ini.
Sebetulnya, saat wawancara setelah rapat koordinasi menteri tim ekonomi dengan dirut BUMN yang terkait bidang energi sekitar pukul 21.30 tadi malam, wartawan tidak ada yang menanyakan tentang isu pergantian dirut PLN. Namun, ketika wartawan menanyakan hasil rapat koordinasi mengenai pasokan gas untuk pembangkit listrik PLN, Fahmi malah memancing isu tersebut dengan ucapan seakan-akan dirinya tidak akan lama lagi berada di perusahaan listrik BUMN tersebut. "Ya mungkin bulan depan sudah tidak perlu wawancara lagi," ungkapnya dengan wajah pasrah.Jawaban itu kontan mengundang penasaran para pemburu berita. Saat ditanyai keseriusannya mundur, Fahmi kembali menjawab namun kali ini dengan santai. "Ya enggak tahu, saya pun tahunya dari koran," ucapnya singkat.
Diburu lagi dengan pertanyaan apakah sudah ada pembicaraan dengan Menteri BUMN Mustafa Abubakar terkait pergantian posisi dirut PLN, wajah Fahmi mulai terlihat serius. ''Saya sih ikut saja. Kita namanya pemegang amanah. Saya hanya memegang amanah saja,'' katanya kali ini dengan mimik serius. Ketika ditanya mengenai rapat koordinasi yang berjalan lama apakah karena juga membicarakan pergantian direksi PLN, Fahmi enggan menjawab. ''Hmm, ngomong yang lain aja ya,'' ujarnya lantas tersenyum sambil berlalu.
Rapat koordinasi soal energi kemarin memang terbilang lebih lama dari biasanya. Dimulai pukul 10.00 pagi, rapat kemudian sempat diskors sekitar pukul 13.00 karena Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menneg BUMN Mustafa Abubakar, dan Menteri ESDM Darwin Z. Saleh harus ke Istana Negara untuk mengikuti sidang kabinet hingga sekitar pukul 16.00. Namun, rapat di kantor Menko Perekonomian tetap berlanjut dengan peserta direksi PLN, Dirut PT Pertamina Karen Agustiawan, Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi J. Purwono, dan Dirjen Migas Evita H. Legowo.
Usai sidang kabinet, Hatta kembali memimpin rapat hingga berakhir sekitar pukul 21.15. Dicegat saat hendak meninggalkan Kantor Menko Perekonomian, Hatta hanya menyebut bahwa rapat koordinasi dilakukan untuk membahas skema pasokan gas untuk pembangkit listrik milik PLN dan upaya-upaya lain untuk mengatasi krisis listrik. ''Tapi, lebih banyak membahas soal pasokan gas,'' ujarnya.
Ketika ditanya terkait isu rencana pergantian direksi PLN karena dinilai gagal mengatasi krisis listrik, Hatta juga enggan menjawab. Mantan Mensesneg itu hanya melempar senyum dan langsung memasuki mobil dinas Toyota Camry bernopol RI 12.
Sebelumnya, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan bahwa jajaran direksi PLN akan terkena sanksi berupa penundaan kenaikan pangkat atau bahkan penurunan pangkat jika tak bisa menyelesaikan krisis listrik tepat waktu. "Nanti kita akan terus pantau kinerja mereka sampai akhir tahun ini," ujar Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar, saat melakukan sidak di Gardu Induk Cawang pekan lalu. (owi/kim/jp.com)
Sebetulnya, saat wawancara setelah rapat koordinasi menteri tim ekonomi dengan dirut BUMN yang terkait bidang energi sekitar pukul 21.30 tadi malam, wartawan tidak ada yang menanyakan tentang isu pergantian dirut PLN. Namun, ketika wartawan menanyakan hasil rapat koordinasi mengenai pasokan gas untuk pembangkit listrik PLN, Fahmi malah memancing isu tersebut dengan ucapan seakan-akan dirinya tidak akan lama lagi berada di perusahaan listrik BUMN tersebut. "Ya mungkin bulan depan sudah tidak perlu wawancara lagi," ungkapnya dengan wajah pasrah.Jawaban itu kontan mengundang penasaran para pemburu berita. Saat ditanyai keseriusannya mundur, Fahmi kembali menjawab namun kali ini dengan santai. "Ya enggak tahu, saya pun tahunya dari koran," ucapnya singkat.
Diburu lagi dengan pertanyaan apakah sudah ada pembicaraan dengan Menteri BUMN Mustafa Abubakar terkait pergantian posisi dirut PLN, wajah Fahmi mulai terlihat serius. ''Saya sih ikut saja. Kita namanya pemegang amanah. Saya hanya memegang amanah saja,'' katanya kali ini dengan mimik serius. Ketika ditanya mengenai rapat koordinasi yang berjalan lama apakah karena juga membicarakan pergantian direksi PLN, Fahmi enggan menjawab. ''Hmm, ngomong yang lain aja ya,'' ujarnya lantas tersenyum sambil berlalu.
Rapat koordinasi soal energi kemarin memang terbilang lebih lama dari biasanya. Dimulai pukul 10.00 pagi, rapat kemudian sempat diskors sekitar pukul 13.00 karena Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menneg BUMN Mustafa Abubakar, dan Menteri ESDM Darwin Z. Saleh harus ke Istana Negara untuk mengikuti sidang kabinet hingga sekitar pukul 16.00. Namun, rapat di kantor Menko Perekonomian tetap berlanjut dengan peserta direksi PLN, Dirut PT Pertamina Karen Agustiawan, Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi J. Purwono, dan Dirjen Migas Evita H. Legowo.
Usai sidang kabinet, Hatta kembali memimpin rapat hingga berakhir sekitar pukul 21.15. Dicegat saat hendak meninggalkan Kantor Menko Perekonomian, Hatta hanya menyebut bahwa rapat koordinasi dilakukan untuk membahas skema pasokan gas untuk pembangkit listrik milik PLN dan upaya-upaya lain untuk mengatasi krisis listrik. ''Tapi, lebih banyak membahas soal pasokan gas,'' ujarnya.
Ketika ditanya terkait isu rencana pergantian direksi PLN karena dinilai gagal mengatasi krisis listrik, Hatta juga enggan menjawab. Mantan Mensesneg itu hanya melempar senyum dan langsung memasuki mobil dinas Toyota Camry bernopol RI 12.
Sebelumnya, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan bahwa jajaran direksi PLN akan terkena sanksi berupa penundaan kenaikan pangkat atau bahkan penurunan pangkat jika tak bisa menyelesaikan krisis listrik tepat waktu. "Nanti kita akan terus pantau kinerja mereka sampai akhir tahun ini," ujar Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar, saat melakukan sidak di Gardu Induk Cawang pekan lalu. (owi/kim/jp.com)