Selasa, 12 Mei 2009

Komunikasi Politik PDIP-Demokrat Ancam Tradisi Oposisi

Pengamat politik UI Andrinof A. Chaniago menilai bahwa koalisi Demokrat-PDIP tidak mungkin terjadi. Pilihan itu dinilai terlalu berisiko bagi PDIP. ''Katakanlah PDIP menerima sejumlah pos menteri, kerugian nonmaterinya lebih besar. Citra PDIP akan anjlok, partai ini akan ditertawakan orang-orang,'' katanya.Menurut Andrinof, selama ini PDIP diapresiasi sebagai partai yang tercitra kukuh mempertahankan prinsip-prinsip politiknya. ''Kalau ternyata pragmatis begitu, apa kata dunia,'' tutur direktur eksekutif Cirus Surveyors Group itu. Selain pertimbangan itu, dia menilai bahwa faktor Megawati cukup dominan. Tak ada yang dapat mengubah pandangan Megawati untuk mundur dari pencapresan. Meskipun, lanjut Andrinfo, bisa jadi memang ada sejumlah elite PDIP yang mulai berpikir pragmatis. Mereka lelah harus kembali menjadi oposan lima tahun ke depan. ''Tapi, dari sinyal yang diberikan Megawati dan jajaran elite lain di PDIP, sementara ini masih jauh kemungkinan PDIP berkoalisi dengan Demokrat,'' tandasnya.Pengamat politik Bima Arya juga menilai, komunikasi politik PDIP-Demokrat bisa berdampak kepada hilangnya tradisi oposisi. ''PDIP selama ini adalah partai oposisi. Mereka juga telah membangun komunikasi politik dengan partai lain yang selama ini berseberangan dengan Demokrat,'' kata Arya Bima kemarin. Karena itu, komunikasi tersebut dapat mengubah peta politik saat ini. Partai-partai lain yang telah melakukan komunikasi dengan Demokrat mungkin juga akan menarik dukungan.Bima menambahkan, jika koalisi politik PDIP-Demokrat betul-betul terlaksana, akan terjadi preseden buruk bagi perpolitikan di tanah air karena oposisi akan hilang. ''Oposisi berfungsi sebagai pengontrol. Selama ini PDIP yang berperan,'' tambahnya. (pri/agm)

Tidak ada komentar: