Kamis, 14 Mei 2009

Pendanaan asing pilpres sulit dilacak

JAKARTA (bisnis.com): Kendati pendanaan kampanye pilpres oleh negara asing dilarang oleh UU Pemilu, namun intervensi lewat jalur media untuk membentuk opini publik sangat mungkin terjadi.Pengamat politik Bima Arya Sugiarto dari Universitas Paramadina mengakui pendanaan asing terhadap capres sulit untuk dilacak karena mereka menggunakan cara yang halus.Menurut dia, tidak mungkin pihak asing akan memberikan dana langsung kepada capres karena hal itu akan terlacak akibat keterbukaan informasi. Selain itu risikonya juga sangat besar karena bisa berakibat pembatalan kemenangan capres kalau ketahuan."Kalau soal dana pasti alurnya sulit dilacak. Tidak mungkin masuk langsung ke kantong tim sukses, tapi masuk lewat berbagai jalur. Intervensinya masuk pada pembentukan opini publik lewat media," ujar Arya pada diskusi Membedah Testimonial Para Tokoh tentang Kepemimpinan Jusuf Kalla sang Negarawan hari ini.Selain masuk ke orang, lembaga yang dibentuk asing, intervensi asing juga bisa masuk lewat bantuan government to government (G to G) yang disalahgunakan. Intervensi asing, biasa terjadi karena negara tertentu memiliki preferensi terhadap capres tertentu.Ketika ditanya pendapatnya siapa yang mendapat preferensi asing di antara tiga capres yang mengemuka saat ini, Arya mengatakan Amerika Serikat sebagai negara asing akan memilih pejabat incumbent."Saya punya keyakinan AS tidak happy pada Prabowo karena tone-nya jelas mengkritik neoliberal. AS punya kedekatan dengan incumbent dan wakilnya itu jelas," katanya.Untuk pasangan JK-Wiranto, AS tidak terlalu banyak masalah kendati ada ganjalan pada Wiranto. Menurut dia, pasangan JK tersebut masih ada kontroversi soal hak azasi manusia. Namun demikian, Arya mengatakan intervensi asing akan bisa dilawan kalau semangat nasionalisme terus menguat.Sementara itu, Johan O. Silalahi dari Lembaga Riset Informasi (LRI) mengatakan dalam waktu satu bulan ke depan persaingan SBY-Boediono dan JK-Wiranto akan head to head karena naiknya popularitas JK akhir-akhir ini. Gejala itu terlihat sejak beberapa minggu terakhir setelah JK mendeklarasikan capres-cawapres.Namun dia mengakui sampai saat ini SBY masih tetap menempati posisi tertinggi untuk popularitas dan elektabilitas capres. (tw)

Tidak ada komentar: