Senin, 06 April 2009

Partai Banyak Cakap

19 Maret 2009 • 1:23 pm

Siapa partai yang paling banyak cakap?
Ini asumsi penelitiannya: Partai dan elitnya yang paling sering muncul di media massa, mulai dari koran, majalah, tabloid, radio, internet dan seterusnya. Partai yang paling banyak selebaran, baleho dan billboardnya. Partai yang paling sering kampanye terbuka mengerahkan seluruh massanya ke jalan-jalan.
Karena dia asumsi, naikkan dia ke derajat hipotesis baru kemudian disimpulkan. Habis itu, generalisasikan saja. Soal salah atau benar, urusan kedua, yang penting metode sudah benar.
* * *
Elit parpol makin lincah mencari duit di sela-sela kampanye. Ini gejala internasional bukan lokal, nasional, maupun regional. Pemilu di Amerika Serikat saja, yang dikatakan sebagai mbahnya demokrasi, mesti mengerahkan ratusan ribu massanya dalam pertemuan akbar. Mulai dari gymnasium, lapangan olahraga, convention hall dan seterusnya. Siapa bilang untuk melakukan itu tak perlu duit? Siapa pula bilang orang Amerika tak mata duitan?
Untuk kampanye terbuka memerlukan energi dan dana yang luar biasa. Karena karakternya begitu, maka dia merupakan lubang uang bagi elit-elit politik maupun para tim sukses. Para TS akan sangat bersemangat untuk mendorong-dorong partai melakukan itu. Padahal, apa tujuannya?
Ya, cuma satu: show of force alias unjuk gigi. “Inilah kekuatan kami!”
Kampanye terbuka itu paling sedikit manfaatnya bagi pendidikan politik. Tidak ada nalar dan logika di sana, melainkan hanya emosi dan fanatisme saja. Juru kampanye bilang, “Hidup parpol!” Ya sudah, cukup sampai di situ.
Nah, bedanya dengan di Amerika, ketika calon presiden mereka ngomong, audience-nya pada diam. Itu makanya, dari kebanyakan kampanye rapat umum yang dilakukan, lebih banyak dilangsungkan di dalam gedung, bukannya di lapangan terbuka. Sound akan lebih terdengar. Itu untuk mengurangi noise communication hingga ke titik paling minimal.
Indonesia tidak. Dulu, memang pernah ada orang seperti Soekarno atau Bung Tomo yang mampu menggerakan orang dari atas podium. Syarat utamanya adalah dibutuhkan orang yang mampu menyihir peserta, tidak hanya dengan kata-kata, intonasi, tapi lebih luas lagi menggunakan retorika secara mendalam. Sekarang, politisi memang lebih banyak cakap tapi tak tahu dia apa yang dicakapkannya. Anda tak perlu belajar banyak untuk berteriak; “Hidup Parpol!”
Yang dipancing adalah emosi peserta. Emosi bukan kemarahan. Tapi mungkin kegembiraan, kesedihan, haru dan semacamnya. Tapi ingat, kalau si peserta sampai bisa menangis, itu baru tahap awal. Karena belum tentu nanti mereka akan memilih si yang bersangkutan. Sifat sebuah crowded (kerumunan) adalah tentatif lokal; artinya berlaku pada waktu tertentu dalam tempat yang tertentu pula. Itulah mengapa ketika dilakukan “zikir akbar” dan kemudian banyak orang menangis-nangis, tapi ketika pulang dan berjumpa pengemis meminta sedekah, matanya langsung melotot.
Untuk itu diperlukan kampanye tahap dua dan ini sebenarnya jauh lebih penting untuk menyehatkan iklim kampanye kita yang bobroknya luar biasa. Kampanye ini adalah common campaign.
Common artinya sama, sejajar dan semacamnya. Artinya, si juru kampanye, caleg, capres dan yang lain-lain, mesti menempatkan diri dulu sejajar dengan dengan masyarakat. Jadi kalau ketemu petani ya jangan pakai dasi. Mungkin si petani nanti akan terpana (karena ada variabel kelas dalam masyarakat yang masih feodal), namun keterpanaan tidak akan efektif karena justru dengan adanya jurang kesenjangan itu, si petani tadi menjadi antipati.
Dampak jelek yang kedua, karena “dasi” itu nanti dilambangkan dengan tingkat yang lebih tinggi, maka yang lebih rendah akan berada dalam posisi “meminta”. Dari situ bisa ketahuan, mengapa banyak orang yang berkampanye harus menyediakan duit banyak untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang ditemuinya. Dan itu jelas money politic. Money politic tak melulu uang, tapi juga paket sembako, iming-iming kupon sembako murah dan seterusnya.
Parpol tak ada urusannya dengan pembagian sembako, itu urusannya Bulog, mekanisme pasar, Deperindag, dan kawan-kawannya. Partai politik ya urusannya politik saja, jangan sampai bawa-bawa baju yang lain. Parpol urusannya bagaimana mekanisme itu berjalan adil dalam dataran kebijakan, pressing ke eksekutif dan seterusnya. Jadi kalau parpol sampai membagi kupon sembako, sekali lagi itu namanya “jual beli”, dan itu money politic.
Nah, konsep kesejajaran ini pun sebenarnya tak ideal. Pasalnya, eksekutif itu sejatinya “pelayan”, dan legislatif itu “wakil”. Jadi, posisinya hakikatnya lebih rendah dari masyarakat. Dengan begini, sebenarnya ditinjau posisi komunikasi, para caleg, capres atau kandidat dalam pilkada, itu adalah “komunikan”; pihak yang menjadi objek komunikasi. Karena dia objek, maka posisinya lebih banyak menerima dan mendengarkan. Tidak bisa dipakai sistem dua arah, karena posisinya sudah berbeda. Apapun cerita sebuah “diskusi” antara “guru” dan “murid”, tetap saja substansinya adalah guru sedang mengajarkan ilmu kepada murid, bukan sebaliknya.
Konsekuensi ini menyuratkan banyak hal. Pertama, rakyat mesti diperkuat dalam seluruh dimensinya. Bagaimana memperkuat posisi rakyat? Kalau dalam konteks pemilu, biarkan rakyat yang memilih, jangan partai lagi yang menentukan. Itu makanya, ketika putusan Mahkamah Konstitusi (MK) keluar, itu disebut sebagai kemenangan rakyat.
Kalau partai-partai diberi kewenangan penuh untuk memilih siapa calon yang berhak mendapatkan kursi, maka itu adalah kemunduran dan itu penipuan kepada rakyat. Partai-partai yang masih bersandar pada sistem prioritas kader partai berdasarkan mekanisme nomor urut dan “malu-malu” serta terpaksa menerapkan sistem suara terbanyak, adalah partai hipokrit. Kepada mereka-mereka ini, tak layak untuk diberikan suara.
Dengan begini, maka adalah pekerjaan setiap rakyat memelototi Daftar Caleg Tetap (DCT) sedetil-detilnya. Dari DCT akan ketahuan, siapa-siapa partai yang meletakkan kadernya hanya untuk melengkapi administrasi di KPU. Artinya, banyak caleg yang hancur-hancuran –dan ini biasanya di urutan-urutan bawah- dalam daftar itu. Yang diprioritaskan bagi partai-partai yang semula pakai nomor urut ya jelas di nomor satu.
Lihat juga faktor kelahiran dan domisili. Soal kelahiran bikinlah faktor nomor dua, tapi domisilinya ini harus berada di tengah-tengah masyarakat pemilihnya langsung. Karena kalau orang itu tak lahir di lingkungan kita, tapi sangat concern dengan lingkungan kita karena dia tinggal bersama-sama kita, maka dia layak pilih. Nah, kalau dua-duanya tidak terpenuhi, ya, tak usah dipilih. Karena orang-orang seperti itulah penjual-penjual rakyat.
Pertanyaannya, apakah masyarakat kita sudah sekritis itu? Ya, belum, wong masih banyak yang “tanda tangan” itu pakai cap jempol kok! Yakinlah Anda, di Indonesia ini, rumus untuk berkuasa adalah membuat rakyat terus bodoh. Orang bodoh ya bisa dibodoh-bodohi.
Adalah tugas setiap orang yang pernah sekolah atau sedang sekolah untuk menyebarkan pengetahuannya kepada seluruh masyarakat. Ilmu jangan dinikmati sendiri. Itu tugas-tugas cendekiawan muslim, kata Ali Shariati. Dan itu nanti yang akan ditanya di akhirat kelak. Kalau Anda masih percaya sama akhirat! (*)
Filed under: All News, Politik , , , , , ,
22 Responses
A15200 Luqman mengatakan:
19 Maret 2009 pukul 1:33 pm
nah itulah masalahnya. salah satu ciri negara yang terkena krisis multi dimensi, kompleks, dan berakibat komplikasi yang fatal. Parpol yang kerjanya akhirnya mbleber kemana2 ATAU karena kita yang belum paham dengan skenario sebenarnya????
Danang mengatakan:
19 Maret 2009 pukul 2:49 pm
setuju!banyak parpol gaya kampanye nya norakmengerahkan masa, dangdutan, berakhir rusuhmereka datang bukan karena paham ideologi atau platform
tapi karena artis, karena duit,ya itulah realitanya.
partai2 banyak yang bodoh dan membodohi rakyat, seperti lingkaran setan.
pilu jadinya…
engeldvh mengatakan:
19 Maret 2009 pukul 4:33 pm
Betul bos, gw aja uda muak ma partai banyak bacot……Oiya gabung aja di http://www.janganbikinmalu2009.com buat ngdukung jangan sampe wakil kita di senayan dodol2 semua…..hehe (artikel:http://engeldvh.wordpress.com/2009/03/11/frustasi-dengan-partai-calegnya/)
http://engeldvh.wordpress.com
ok . langsung ke sana ni…
Cotto Makassar mengatakan:
20 Maret 2009 pukul 8:20 am
banyak parpol koar2 kampanye massal, mendatangkan permen manis bernama artis, musik dangdutan, hingar bingar orasi pro-rakyat.
mereka cuma bicara wacana bukan fakta. parah-parah…
mereka memanfaatkan kebodohan rakyat dengan permen-permen manis berupa duit, artis dangdut, doorprize, orasi-orasi… tak peduli massa-nya paham atau tidak akan ideologi, platform, kebijakan, dsb.
silahkan pilih partai-partai yang begitu, kalau anda juga memang gak rasional.
Mahendra mengatakan:
21 Maret 2009 pukul 1:05 pm
Pseudo demokrasi….
Kanya Dinda mengatakan:
22 Maret 2009 pukul 2:46 pm
saya suka sama sebuah partai yang gaya kampanye nya beda dari yang lain…
ada program galibu (gerakan lima ribu sampai lima puluh ribu) dari para kader dan simpatisannya untuk membiayai kampanye mereka.
Rp5000 x 1 juta kader dan simpatisan saja sudah lumayan.
jadi semua merasa memiliki partai tersebut.
bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada!
mikekono mengatakan:
22 Maret 2009 pukul 5:10 pm
partai banyak cakapmasih mending…..daripada teman awak tucakap aja pun tak becushehehe
wakakakakkkkkkkk …. ampon katuo … wakakakakkkkk
Mansyur mengatakan:
22 Maret 2009 pukul 6:33 pm
yup yup yup…biaya partai emang mahal bro! sis!
keknya partai2 lain perlu mencontoh PKSpake dana patungan buat meringankan sedikit
tiap minggu nyumbang GALIBURp5000 x sejuta kader ato simpatisan udah berapa tuh tiap minggu, kali 12 bulan berapa tuh setahun
jadinya semua merasa memiliki bersamayo maju semua partai yang rukun yahsukseskan pemilujayalah Indonesia
Abi mengatakan:
23 Maret 2009 pukul 2:01 am
Menyumbang partai? duh kalau saya pikir2 dulu.
Sekarangkan sistem pemilihannya para caleg keluar biaya sendiri2. Ya biarlah mereka kerja sendiri.Partai kan tidak campur tangan lagi.Kalau mau nyumbang ya saya akan langsung saja ke caleg siapa yang saya pilih.
Hati2 jangan sampai kita dibodohi oleh pengurus2 partai lho.
jamalsmile mengatakan:
23 Maret 2009 pukul 8:06 am
memang dgn suara terbanyak,agaknya persaingan antar nomor urut dlm partai itu sendiri menjadi lebih cair.
sst…. jgn mau dibohongi oleh partai… apalagi nyumbang ke-partai…waduh jd keenakan tuh partai, mending duit tersebut kasih aja kefakir miskin lebih bermanfaat….atau dipakai modal usaha untuk orang yang membutuhkan…
tanpa nama mengatakan:
23 Maret 2009 pukul 9:12 am
begini salah, begitu salah…semua salah, aku, kamu, dia, mereka, kalian, kita semua salah…
bingung kan?
Lintang mengatakan:
24 Maret 2009 pukul 5:08 am
PARTAI YG BANYAK OMONG NGGAK BAKAL MENANG …!!!
Marcel mengatakan:
24 Maret 2009 pukul 8:10 am
semua partai banyak omong!
berarti yang menang adalah partai-partai guremkarena mereka nggak banyak omong
so, 5 besar partai yang bakal menang adalah:KEDAULATAN, MERDEKA, PPIB, PPI, PKDI
Tulkiyem mengatakan:
24 Maret 2009 pukul 12:20 pm
@ JamalsmileHalo Bang Jamal………?Kalo komentar bang Jamal yang ini aku setuju banget deh……..! mending sumbangkan aja ke Fakir Miskinokey banget.
buron mengatakan:
24 Maret 2009 pukul 8:42 pm
si tulkiyem…hhhahha…udah jelek,miskin,bodoh pula……….hhhhaha
Mandraguna mengatakan:
25 Maret 2009 pukul 4:42 pm
Siapa partai yang paling banyak cakap?
Jawabnya adalah GERINDRA, GOLKAR, PDIP, PPP, PAN, PKB, PKS, HANURA, PBB, PDS, PKPI, DEMOKRAT
Semuanya gak ada yang bagus, PKS juga termasuk gak bagus!!!
eka mengatakan:
26 Maret 2009 pukul 5:32 am
ah gpp deh sumbang ke partai…..uang2 kita…suka2 kita donk mau nyumbang kemana hehhehe
Buron Edan mengatakan:
27 Maret 2009 pukul 1:40 pm
Numpang lewat booooS
lanjut …
GOLPUT mengatakan:
29 Maret 2009 pukul 1:26 am
MELEK…..MELEK…..MELEK……Buka Mata lebar2……Masyarakat kita masih memerlukan partai yang obral janji, bagi2 duit, pintar ngomong (walaupun bohong).Sampai kapanpun itu tidak bisa diubah. Wong sudah turun temurun.Baru nyaleg udah dituntut aspirasi lah, kontrak politik lah, visi misi lah.kita jgn selalu menyalahkan caleg atau partai. Rakyat sendirilah yang menciptakan itu.
Kania mengatakan:
30 Maret 2009 pukul 8:26 am
ada banyak kok partai yang tidak banyak cakap, yaitu partai2 kecil yang masih baru ikut serta…
partai2 besar semuanya banyak cakap
yahya basa mengatakan:
1 April 2009 pukul 1:18 am
Yang jelas masyarakat kita masih suka yang begitu, dipimpin orang jujur gamau, dipimpin orang pintar ga mau , maunya yang suka pada omong doang, ngumbar janji ga takut klo besok dimintai pertangungan jawabannya oleh sang Maha Pencipta
Rajeta mengatakan:
4 April 2009 pukul 3:03 am
Partai TIDAK PERNAH bisa bicara.Partisan banyak bicara, Komentatorpun bahkan lebih banyak bicara; kompetisi 20″ - komentar 30″; kompetisi 90″ - komentar 120″; Nyoblos 1 hari - kampanye 12 bulan dimuka!
Itulah gaya hidup bangsa kita diawali dengan ajaran “Musyawarah untuk mufakat”. Dalam musyawarah, bicaralah yang diandalkan. Dalam mufakat, kedipan matalah yang diandalkan.
Itulah ajaran bangsa kita, Musyawarah yang terkadang diawali dengan Pembentukan Panitia.
Tulisan ini bersumber pada :

JK-Hidayat, Duh… Akrabnya Golkar dan PKS

26 Februari 2009

Kalau Jusuf Kalla dan Hidayat Nur Wahid kawin, siapa yang mau beli? Jawaban yang paling riil ya, para pemilih Golkar dan PKS. Bener gak sih …
Ya, sudah benarlah itu, tapi yang jadi masalah, apakah suaranya bulat atau tidak. Begini. Hingga sekarang, di Partai Golkar sendiri, ada pertarungan antara Sultan + Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla sendiri. Ini terus berkelahi. Nah, kuatnya niat JK maju ke pentas pilpres gara-gara ditodong oleh “seluruh” DPD. Ini sudah jadi fakta sejarah, jadi jangan lupakan faktor ini. Masalahnya, apakah kemudian JK akan didukung oleh DPD-DPD?
Jawaban pastinya sih ada di Rapimnas pasca pemilihan legislatif nanti. Walau, orang-orang JK saat ini terus berkampanye kalau Rapimnas itu nantinya sebenarnya hanya ajang untuk memformalisasi ke-capres-an JK. Tapi, itu ‘kan kata pendukung Kalla. Kalaupun ada orang-orang non JK yang bilang itu, yang patut dilihat adalah “senyum”-nya pasca mengeluarkan komentar itu. Saya tak perlu lagi bilang siapa orang JK, siapa yang bukan. Itu urusan Andalah untuk mencari tahu.
Saya kira, skenario para politisi Golkar sudah gol di tahap pertama; agar Golkar mencalonkan diri dalam pentas Pilpres. Selama ini –seperti yang sudah saya tulis sebelumnya- titik fokus utama memang pada sikap JK soal apakah Golkar akan mencalonkan Presiden atau tidak. Semua masih serba ragu-ragu. Apapun kata Akbar Tanjung, kata Agung Laksono, kata Surya Paloh, kata Sultan di luar sana, tetap saja putusan ada di tangan Ketua Umum formil, JK. Jadi, semua menunggu. Dan, lantas keluarlah statemen dari bibir JK.
Nah pertanyaannya apakah Golkar akan mencalonkan JK? Itu yang belum tentu. Dengan keberhasilan skenario pertama ini, tentu saja, merupakan kabar yang sangat-sangat menggembirakan bagi kubu Akbar (plus Sultan) untuk bermain total di Rapimnas. Itu karena, mereka kini punya kesempatan untuk maju dalam pentas nan menggiurkan itu; Presiden dari Golkar.
Seberapa besar peluang mereka? Ah, itu hitungan nanti. Yang penting, pintu untuk itu sudah terbuka lebar. Jadi, Rapimnas nantinya akan menjadi ajang “konvensi” juga.
Lho bukankah DPD-DPD sudah mendukung JK? Iya benar. Tapi itu justru untuk mendesak agar pintu untuk kepresidenan Golkar yang selama ini ditutup rapat-rapat oleh JK (dan SBY, plus PDIP), dibuka lebar-lebar. Sudah berapa kali saya bilang, untuk melihat Golkar ini, lihat filosofinya; kekaryaan! Lihatlah gaya Surya Paloh menekankan ini pada pertemuan tingkat pimpinan Golkar kemarin; berapi-api betul. “Golkar adalah partai kekaryaan, yang akan terus bekerja!” kata dia.
Dari filosofi ini, maka kalaulah pintu kepresidenan Golkar tertutup, otomatis, tertutup jugalah ladang pekerjaan dari DPD-DPD itu. DPD tak mau itu. Mereka mau “bekerja”. Kalau ada pekerjaan, tentu ‘kan ada upah yang masuk sebagai hasil jerih payah dan keringat mereka. Nah, untuk itu harus ada “penghargaan”.
Anda harus hitung juga, berapa dana yang beredar ketika konvensi Golkar 2004 kemarin. Karena konvensi itu sampai ke DPD tingkat II, maka biaya untuk mengongkosi seluruh DPD itu luar biasa besarnya. JK tahu itu, dia pengusaha, tak mau rugi. Makanya, dia sampai kapanpun tak akan mau mengadakan konvensi karena dia pasti tahu harus berapa duit yang mesti dikeluarkannya. Kalau konvensi kan, berarti setiap DPD mesti dibayar, untuk memilih siapa. Lho, memang benarlah ada pilihan “ideologis” atau interest. Tapi tetap saja, tidak ada yang gratis dalam politik. Nah, kalau di 2004 saja (menurut bisik-bisik) setiap DPD kebagian Rp 100 juta, berapa pula dana yang harus dikeluarkan 2009? Tahun tinggi, pasaran makin tinggi, Bung!
Makanya, permainan tahap kedua ya, sebelum dan saat Rapimnas nanti. Rapimnas itu kan dihadiri oleh seluruh DPD. Ini orang-orang DPD mesti diongkosi, dikasih jajan, dan mesti diberi oleh-oleh untuk dibawa pulang. DPD yang memainkan ini semua. Mereka-mereka ini politisi ulung dan tak akan melewatkan pentas Presiden yang menggiurkan itu begitu saja. Karena kalau Golkar sebagai partai sampai tak mencalonkan Presiden, uang itu akan hangus. Siapa yang mau? Hahahaha… itu pikiran politisi, Bung!
Jadi, kalau saya kira sih, si JK ini sudah kena “mainkan” sama politisi di Golkar. Dulu, dia kan gak perlu keluar duit banyak untuk membiayai konvensi. Dia nebeng ke SBY, dan melimpah-limpahlah duit kampanye SBY-JK. Yang justru “bangkrut” ya Wiranto. Eh, gak mau lagi la dia ngongkosi Golkar. Udah duit habis, gak menang pulak, hahahaha…politisi Golkar memang jempolan brur…
Itulah salah satu alasan mengapa di 2004, Golkar bisa menjadi partai pemenang pemilu tapi tidak di Pilpres. Ambil duitnya, jangan pilih orangnya!
Pan sudah saya bilang, siapapun Presidennya, Golkar itu tak peduli; yang penting mereka harus dapat pekerjaan, mereka harus berkarya!
Dan Hidayat? Halah, halah … males deh ngebahas ini orang. Dia kan orang shari’ah, jadi urusannya ya ‘gak jauh-jauh dari ngurus-ngurus fatwa golput via MUI. Ya, cuman, segitu thok. Soal politik, dia mesti les privat lagi sama Obama. Golkar sama PKS, ya, sama saja moralnya, sama-sama kuning, sama-sama hitam, kayak logonya itu ‘lah. Bedanya mungkin janggut PKS lebih tebal dari kumis Golkar.
So, siap-siaplah JK untuk dikuras duitnya… Weleh-weleh, negeriku, negeriku… bangsaku.. tanah airku, tanah tumpah darahku ….
Filed under: All News, Esai, Islam, Politik , , , , , , , , , , ,
34 Responses
almascatie mengatakan:
26 Februari 2009 pukul 11:14 pm
eng…. kayaknya kita terakhir jadi penonton saja (benarkah?)
tidak benar. semua orang bekerja sesuai kapasitas masing-masing. kalau jadi penonton, keuntungannya cuman satu, bisa memaki-maki sepuas-puasnya. sayangnya kan, kita harus bayar ntuk masuk stadion, kecuali kl turnamennya “antar kampung”, hihihihi
Puteri Mamuju mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 2:45 pm
“kalau jadi penonton, keuntungannya cuman satu, bisa memaki-maki sepuas-puasnya.”
Mari kita memaki-maki bersama-sama!Cape deh! Hehehe…
makanya nonton bola… hahahaha
indraphpx mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 3:25 pm
sama2 bro …
——————————http://skripsi-indonesia.com
Temen2, kalo mao pasang iklandi http://iklandaniklan.co.cc
bangtj mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 3:35 pm
Ya, namanya Golkar (Golongan Karut-marut), hehehe. Dalam politik, nggak ada ‘low cost carrier’, semuanya ‘high cost carrier’. Saya kira SBY dan tim suksesnya sdh menghitung, seberapa kuat JK mau mengongkosi DPD-DPD itu. Buntutnya, ya, gabung maning sama SBY….
kurasa sih kuat kali pun..tapi jadi agak berkuranglah duitnya. masih mikir-mikirnya si Kalla ini, dia kan pengusaha.
taUbat mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 9:00 pm
Kedewasaan PKS walau masih muda usia tapi sedia menjembatai partai2 besar melalui ikatan tali silahturahmi guna mewujudkan pemilu yang aman dan damai.
Tidak adanya gejolak adalah merupakan kehendak/harapan dari proses demokrasi NKRI.
Amiin……………..
almascatie mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 11:58 pm
lha sapa bilang Penonton bukan kerja? kerjaan penonton adalah membeli tiket, menonton, dan beri commentar, pentas hanyalah untuk para pemain yang kita suka, ntah damai, rusuh, terharu, penonton hanya bisa membawa pulang perasaan sahaja kayaknya.. para pemain yang untung, entah menjadi lebih kya ato bangkrut… tapi bagi aku kita masih menjadi penonton sih…. pemilu hanyalah sebuah tiket untuk para pelakon baru..
“pentas hanyalah untuk para pemain yang kita suka..” i love that one. kalimatnya sungguh bagus.
Kanaya mengatakan:
28 Februari 2009 pukul 8:49 am
Saya mengenal baik Amien Rais, saya bersimpatik padanya. Jangan bantah saya!
Kamu mengenal baik Hidayat Nur Wahid. Kamu mengatakan beliau begitu bersahaja dan amanah. Saya tidak bisa membantah kamu!
Mereka mengenal baik SBY, mereka bilang SBY itu bagus sekali, pandai menempatkan diri dalam berbagai situasi. Saya pun tidak bisa membantah mereka.
Kalian mengenal baik Megawati. Kalian bilang Mega itu berkharisma dan sangat peduli wong cilik. Walau saya tidak sepakat, tapi saya tidak bisa membantah kalian akan pendapat tersebut.
Dia bilang Gus Dur itu panutan, guru bangsa yang menjadi contoh. Saya pun tidak bisa membantah pendirian dia. Andai saya ada di posisi dia, mungkin atau pastinya saya pun akan membela mati-matian Gus Dur.
Seseorang bilang Soeharto itu idolanya, dia tidak mengerti demokrasi. Hanya tahu sembako murah, swasembada pangan, negara aman. Dia pun mencintainya. Saya pun tidak bisa membantahnya.
Anda berkata, Habieb Rizieq Shihab itu pejuang kebenaran, amar maruf nahyi munkar, saya pun hanya mengamini, tak bisa membantah Anda yang begitu yakin dengan argumentasi Anda.
Dia, mereka, seseorang, kalian bilang Hamengkubuwono, Yusril, Prabowo, Amelia Ahmad Yani, Meuthia Hatta, begini dan begitu, membela mati-matian… Saya pun tersenyum, tak bisa membantahnya karena kalian sudah mengenal mereka dan begitu simpatik pada mereka.
Dan…Kadang timbul pertanyaan sedikit filosofis, oh dunia memang penuh warna, keberagaman, masing-masing dengan keyakinan dan idolanya. Maka saya pun jadi termenung, tak bisa mengendalikan apa kata orang, apa pilihan orang, cukuplah saya berbuat apa yang saya mampu untuk bangsa ini, walaupun hanya sedikit…
Salam.
saya kira yang haq dan yg batil itu tak sulit untuk diketahui. Kecuali, yg haq dan yg batil itu sudah dicampur-campurkan, atau malah tertutup hatinya. Jangan pesimis dong, adopsilah Muhammad. Dia mafhum, kl orang yg menyembah berhala itu, salah dan bodoh. Eh kemudian, orang yang salah dan bodoh itu, menyadari kesalahan dan kebodohannya. Muhammad pun tersenyum. Kan sudah disebut, maka adakanlah segolongan dari kamu yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yang mungkar dan yg ma’ruf pasti ketahuan. Fastabiq al-khairat, berlomba-lombalah menuju kebaikan, tebarkan kasih sayang di muka bumi. Sampaikanlah, sampaikanlah walau hanya satu ayat.
Ajar mengatakan:
28 Februari 2009 pukul 1:28 pm
Subhanallah…akhirnya PKS mendapat jalan untuk naik. Ganyang terus.. kekuasaan di tangan kita! Peduli amat melacurkan diri, pokoknya hidup PKS!Allahuakbar!
asep mengatakan:
28 Februari 2009 pukul 4:05 pm
saya sih cuma kasih tahun kalau kita ribut dan berkomentar gak maju2 karena hanya seperti penonton bola.
ada yg jadi pemain, pelatih, ofisial, wasit, pemilik klub, asosiasi sepakbola, media, macam-macamlah … yg terbesar dan yg terutama itu adalah “penonton”. semua magnetnya, yg membuat sistem itu bekerja dan berputar, adalah “penonton”. jgn sepelekan penonton ini. hihihihi
Sigit mengatakan:
1 Maret 2009 pukul 9:28 am
PKS berjalan mundur kalee…….hhehe
Jumanji mengatakan:
1 Maret 2009 pukul 2:27 pm
Maju atau mundur,Aku nggak ada urusan sama PKS,Ngapain diributkan! Heran gw…
Jumanji mengatakan:
1 Maret 2009 pukul 2:29 pm
“saya kira yang haq dan yg batil itu tak sulit untuk diketahui. Kecuali, yg haq dan yg batil itu sudah dicampur-campurkan, atau malah tertutup hatinya. Jangan pesimis dong, adopsilah Muhammad. Dia mafhum, kl orang yg menyembah berhala itu, salah dan bodoh. Eh kemudian, orang yang salah dan bodoh itu, menyadari kesalahan dan kebodohannya. Muhammad pun tersenyum. Kan sudah disebut, maka adakanlah segolongan dari kamu yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yang mungkar dan yg ma’ruf pasti ketahuan. Fastabiq al-khairat, berlomba-lombalah menuju kebaikan, tebarkan kasih sayang di muka bumi. Sampaikanlah, sampaikanlah walau hanya satu ayat.”
MASALAHNYA, SEMUA KITA MERASA YANG PALING BENAR!!!
Berpegang teguhlah pada prinsip dan pendapat Anda, sebelum Anda menemukan pendapat lain yang lebih teruji kebenarannya. Uji terus pendapat Anda, dan ketika Anda menemukan pendpat lain yg lebih kuat, maka lapangkan dada dan jangan pernah ragu untuk memakainya. Berlomba-lomba menuju kebaikan harus dilakukan dengan cara yang baik dan terbaik. Asik-asik aja
desabungursari mengatakan:
2 Maret 2009 pukul 10:14 am
amiennnnnnn raislah… boleh kang
Jihin mengatakan:
3 Maret 2009 pukul 1:18 am
Jadi ini to yang diributkan selama ini oleh kader OKS dengan tema MENCARI FIGUR CAPRES USIA MUDA?
Ah Ah Ah. Dasar…………………..
Jihin mengatakan:
3 Maret 2009 pukul 1:18 am
Jadi ini to yang diributkan selama ini oleh kader PKS dengan tema MENCARI FIGUR CAPRES USIA MUDA?
Ah Ah Ah. Dasar…………………..
Rumangkang mengatakan:
3 Maret 2009 pukul 9:00 am
namanya juga politikbanyak konflik kepentingan dan adu manuver plus strategikalau kita terjun langsung ke gelanggangniscaya kita pun akan terjebur juga…antara idealisme dan realita menjadi dilematis
hahaha…
ya ini politik.
Tulkiyem mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 12:10 pm
gimana nih bang nirwan Abdul hadi dari PAN ketangkap kpkbisa berabe dong PAN….?
Untuk koruptor gak ada ampun, no mercy! Pecat, adili, penjarakan, duitnya balikin. Kalau setelah itu dia tobat, maka terima baik-baik. Kasus ini sangat menarik, really-really interesting. we’ll see
jamalsmile mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 3:34 pm
detik.com, abdul hadi djamal resmi dipecat oleh PAN.. mengisyaratkan tindakan tepat dan tidak pilih kasih….
jamalsmile mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 3:56 pm
bang nirwan perkenankan sy berbagi cerita : pada rentang tahun 2001-2004 sy aktif di KAMMI, pada saat itu sy sering mengikuti kajian2-nya, dan pada saat itu pula pola pikir sy terbentuk untuk membenci soeharto dgn golkarnya.
pada saat ini terkaget-kaget sy melihat PKS yang mayoritas alumni dari KAMMI sekaligus cikal bakal terbentuknya PK pada era 1998-1999, sekarang sudah tidak malu - malu lagi untuk berkoalisi dengan partai orde baru ini, memang dalam politik tidak ada salahnya berkoalisi dengan partai manapun, tetapi yg saya lihat PKS sekarang secara langsung dan sadar menjual dirinya ( idealisme partai ) hanya karena sebuah kekuasaan.
memang benar yg dikatakan bang nirwan pada tulisan sebelumnya, bahwa PKS tidaklah jauh berbeda dengan Partai Islam lainnya. yg hanya berorientasi kekuasaan belaka.
satu kalimat yang pantas buat PKS saat ini ” Innalillahi Wainnailaihi Rooji’un ”
Saya kira memang ada permasalahan dalam format politik Islam yg dipakai selama ini, tidak hanya oleh PKS, tapi juga partai-partai lain seperti PPP, PBR PBB, dan lain-lain yang punya basis massa organisasi islam seperti PAN dengan Muhammadiyah dan PKB dengan NU. Itu makanya, saya masih berpegang pada tesis seorang guru saya (dia ini asli bukan orang PKS); PKS itu masih diperlukan dan karena itu sangat-sangat perlu untuk disehatkan. Persoalannya adalah “mereka tak mau karena menganggap sudah punya konsep sendiri pada apa yang diperjuangkan”. Jawaban ini adalah juga jawaban-jawaban dari partai-partai berasas Islam yang lain. Jadi, untuk membicarakan partai Islam, jangan cuma melihat PKS, lihat juga kondisi partai Islam yang lain. Semua ini tidak bisa kita harapkan bersatu, itu akan seperti pungguk merindukan bulan.
Kalau begitu, ya tidak usah dipersatukan krn itu akan sangat-sangat rumit. Akan lebih baik dengan memodernisasi gerakan keislaman. Ini tidak hanya dalam bentuk simbol-simbol seperti partai modern dan terbuka, tapi juga pada visi dan misi yang dibawa dan digerakkan.
Ada soal misalnya orang mesti tak alergi dulu mendengar “islam” atau “partai Islam”. Persoalan modernisasi tidak lagi pada pertanyaan-pertanyaan apakah ketika berpolitik kita harus memakai jilbab, ghamis atau tidak, memakai niat atau tidak, tapi jauh lebih dari itu, adalah masalah-masalah kemasyarakatan, seperti pemerataan pembangunan, pendidikan, kesehatan, otonomi, keadilan ekonomi, kemiskinan, dst, dst…
Di lahan itu, justru masyarakat seperti mendapat jawaban dari partai-partai berideologikan nasionalis (PDIP) dan kekaryaan (GOlkar). Lihatlah PDIP menggarap kaum tani dan buru-buruh perkebunan, Golkar menggarap soal teknorasi dan perekonomian, dst. Partai Islam? Gak keliatan di sana. Ada tidak aktivis Islam dari organisasi Islam (baik ormas dan kemahasiswaan) yg betul-betul concern terhadap persoalan ini? Kl ditanyakan, semua pasti akan menjawab ada, tapi mengapa masyarakat lebih mengenal “nasionalis” dan “kekaryaan”? Apapun ceritanya, bagaimanapun cara Golkar dan PDIP menang dalam Pemilu, apakah illegal, refresif, itu bukan pertanyaan utama, karena permasalahannya, mereka telah menang dan bisa menjangkau masyarakat.
Partai Islam belum menjawab soal itu dan justru asik dalam sebuah kungkungan ruang besar bertajuk “khilafah al-islamiyah”. Boleh-boleh saja, tapi sayang tak disertai pada ukuran-ukuran pada persoalan masyarakat melainkan gairah tak berbentuk saja.
Garis pokoknya adalah kekuasaan mesti direbut, tapi akan kemanakah kekuasaan itu akan dibawa? Dengan begini, maka kita akan ketemu persoalan baru, apakah sistem yang ada ini sudah bermartabat dan bermoral. Pemilu Indonesia belum ke arah sana. Kalau Pemilu saja sudah tak bermartabat, maka kita jangan ikut-ikutan tak bermartabat pula, dan menutup mata pula akan hal itu. Tapi juga akan jadi sangat bodoh, kalau “perlawanan” terhadap itu, justru dengan menjelma dan menjilat-jilat sistem itu sendiri. Lihatlah kondisi Islam kita sekarang. Golputnya masyarakat justru kita jawab pada pada Fatwa haram MUI. Itu pertanda, kalau kita orang Islam, tak mengerti, jauh dan berjarak dari persoalan sebenarnya yang ada di masyarakat. Sama juga kalau kita melandaskan koalisi dengan para bandit dengan fatwa-fatwa keagamaan. Lihatlah nanti kalau seandainya JK-Hidayat ataupun Mega-Hidayat jadi pasangan, maka kejadiannya akan seperti yang lalu-lalu, fatwa-fatwa baru akan bermunculan di hadapan umat untuk membenarkan koalisi itu.
Secara politik kekuasaan, itu hal yg lumrah saja, tapi itu juga menandakan kalau kondisi keislaman kita sudah sungguh-sungguh tak mampu menjelaskan persoalan sehingga untuk merubah kekuasaan kita justru harus terus bersandar pada kekuasaan tak bermartabat itu. Saya kira itu.
Fabanyo mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 5:19 pm
Oooh… dunia penuh dengan sandiwara…Beragam… semua menjalani episodenya…
Jamal Angry mengatakan:
5 Maret 2009 pukul 10:49 am
@ Jamalsmiletu……kan …….liat……….Selalu aja PKS……. coba gali dikit dong..! adakah kebenaran pada PKS ?liat ada baiknya nggak..? masak selalu salah..aja sih..!badingkan pula dgn partai lainnya ?
jamalsmile mengatakan:
5 Maret 2009 pukul 3:39 pm
ya maklum lah, namanya jg sy masih awam.
anggap saja coment sy otokritik bagi partai yang anda yakini sebagai pilihan anda.
lagi pula otokritik ini ditujukan bagi PKS sebagai institusi partai, bukan anda ( simpatisan )
jadi fine-fine aja lah…
Jamal angry mengatakan:
6 Maret 2009 pukul 10:27 am
Ya sy memang simpatisan kalo sy kader nggak mungkin kata2 sekasar ini….hehetapi kan walau sy nggak suka sama yg lain ya nggak terlalu gitu loooh…….bang Jamal yg selalu smile…..hihihihihihihisetau sy para kader PKS baik2 ga ada yg merokok, taad2 beragama dan sangat santun pada masyarakat bahkan mungkin pandai menabung, bantu ibu cuci piringdll………hahaha. tapi bukan berarti aku mengolok perokok lo ? kalo aku ngatain perokok wah…….ntar bisa-bisa didelet sama yg punya Blok…..hahahahaya…. mudah2an kritik anda ini menjadikan koreksi pada kader2 PKS yg notabene banyak kesalahan ….itu pasti…!
sip sip …
dewi persik mengatakan:
7 Maret 2009 pukul 1:17 pm
kl di tawarin ..,,gue mau jadi caleg buat PKS ….
Milanisti mengatakan:
7 Maret 2009 pukul 5:30 pm
pokoe forzza milan, maju terus pks aku selalu mendukungmu
Sarundayang mengatakan:
13 Maret 2009 pukul 9:09 am
politics is always unpredictable, judul ini cepat usang karena sekarang seharusnya, “Duh, akrabnya JK-Megawati”
hahahahaha …
taUbat mengatakan:
13 Maret 2009 pukul 9:27 pm
Perimbangan dari Prediksi Kemenangan mutlak PKS, membuat partai2 besar kelabakan strategi berkoalisi adalah untuk mengantisipasi lajunya PKS yang semakin kencang bahkan dapat menerobos keberbagai elemen masyarakat/lokasi.(dapat diterima)
Kekalapan partai besar mengupayakan berbagai strategi yang dijalankan tapi respon masih lemah2 juga, merancang akhir strategi adalah uang diakhir masa kampanye yang dianggap ampuh, karena melihat fenomena di masyararakat sekarang sebagian besar adalah suara dapat ditukar dengan uang.
Ambil uangnya dan ucapkan TERIMA KASIH, tidak usah menjadi beban atau tanggung jawab ataupun takut bersalah dan tidak akan ditagih lagi atau dimaki, karena semua ini adalah proses demokrasi.
Pilihlah yang benar2 untuk kepentingan rakyatnya (sidik,amanah,peduli,jujur,profesional) jangan hanya dengan sedikit uang jadi menderita selama 5 tahun. atau memilih karena sanak famili yang wacana partainya sudah terukur tidak mungkin mencapai/memperoleh suara sebanyak 2,5 % atau 4,3 jt karena akan sia2 saja, dari jumlah yang sekian banyaknya suaranya akan di Anolir habis. (Aturan telah dibakukan)
Besar harapan pemilu yang akan datang partainya tidak lebih dari 5 partai saja. (tidak perlu ngoyo).
Tulkiyem mengatakan:
18 Maret 2009 pukul 12:11 pm
Wah kalo PKS makin besar prediksi tukang ngarang bisa nggak cocok nih………!Padahal PKS kan masih kelas walter katanyasulit untuk naik kelas berat..tapi kayaknya bisa masuk 5 besar…ya mudah2an kalo semakin besar jangan membuat kepala jadi besar , tapi iman yang makin kuat
hihihihi … sabar ya ..
jamalsmile mengatakan:
18 Maret 2009 pukul 7:50 pm
mari kita buktikan apakah survei-survei lsi…
berbanding lurus dgn hasil pemilu nanti…..
masih percaya LSI?
eka mengatakan:
26 Maret 2009 pukul 10:55 am
kita berhimpun dalam barisandengarkan suara hati nuraniagar negeri ini berkeadilanIndonesia maju bukan hanya mimpi
partai keadilan sejahteramaju terus tanpa kenal lelahKibarkan tinggi panji AllahBangun Indonesia penuh berkah
kita berhimpun dalam barisandengarkan suara hati nuranilahirkan pemimpin adil sejatiyang cinta dan negeri ini
Kibarkan tinggi panji AllahBangun Indonesia penuh berkah
BANGKITLAH NEGERIKUHARAPAN ITU MASIH ADABERJUANGLAH BANGSAKUJALAN ITU MASIH TERBENTANG
JAYALAH NEGERIKU INDONESIA YANG PENUH BERKAH
Jamal Angry mengatakan:
27 Maret 2009 pukul 11:43 am
@EkaIramanya apa neeh ! slo rock, kroncong, ato dangduthehehe
Okey Maju terus PKS……
eka mengatakan:
5 April 2009 pukul 4:00 pm
aliran heavy metal bos hihihihhi…..
mataraman mengatakan:
6 April 2009 pukul 3:03 am
@ jamal angryyg namanya simpatisan dan kader di pks adalah sama saja. dimunculkan begitu supaya apabila ada kesalahan dikit ucapannya maka pembelaan yang akan dimajukan adalah : “sy ini hanya simpatisan, wajar dong ….jadi maaf-maaf …”
ya itulah politik … semua yg sudah bercampur politik berkecenderungan untuk hilang idealisme… termasuk dakwahnya. itu sudah terbukti …
Jamal Angry mengatakan:
6 April 2009 pukul 1:09 pm
@ MataramanTrima Kasih saudaraku apapun yang anda katakan kepada kami saya anggap itu adalah hal yang positif bagi kami dan akan kami perbaiki.kami mohon maaf apabila sebelum ini kami mungkin selalu berkomentar kurang mengenakan pada kawan2 kami disini. trima kasih kritikannya.tetap semangat. salam untuk anda.


Tulisan ini bersumber dari : http://nirwansyahputra.wordpress.com

Menjadi Sekutu Amerika ?

Hillary Clinton, salah seorang lulusan hukum terbaik Yale University, tersenyum-senyum melihat Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara awal yang dikunjunginya pasca pelantikannya Menteri Luar Negeri Amerika.* * *
Perhatikanlah baik-baik, mengapa Indonesia harus didatangi, dan telaah juga pelan-pelan negara-negara yang ada dalam daftar Hillary; Jepang, Korea Selatan dan China . Apa yang bisa Anda duga? Ya, negara-negara itu berada dalam lingkup “negara sekutu Amerika”, minus Cina. Miris? Ya sudah, terima saja. Jusuf Kalla memang sudah mengundang langsung Obama langsung ke Amerika. Dia diterima wapres Amerika, Joe Bidden. Di sana, salah seorang calon presiden Golkar ini, ketawa-ketiwi dengan si Bidden, orang Partai Demokrat itu.
Jadi ada dua persoalan: benarkah Indonesia telah menjadi sekutu Amerika, dan kalau itu benar, apakah untungnya bagi Indonesia?
Pertama, Cina memanglah bukan negara sekutu Amerika, tapi Jepang dan Korea Selatan adalah negara “protektorat” Amerika. Amerika dan Cina terbelit hubungan nan misterius mengenai persaingan dagang internasional. Cina, anehnya, merupakan penyimpan dolar Amerika terbesar di seluruh dunia. Hal itu membuat jantung ketahanan ekonomi dunia ada di dua sumbu ini: Amerika Serikat dan Cina. Kalau dua negara ini sakit jantung, maka negara-negara yang mengandalkan dolar Amerika dalam cadangan devisanya, bisa ketularan. Jadi, untuk Amerika dan Cina, saya kira lebih mirip pertemuan “derby” sepakbola antara Intermilan dan AC Milan; sama.
Apa agenda Hillary? Katanya, soal kelesuan pasar modal, isu kemanusiaan, keamanan dan perubahan iklim. Hillary juga membahas mengenai hubungan kerjasama dan peningkatan hubungan kerjasama Indonesia-AS dan kesamaan perspektif untuk wilayah Asia Tenggara. Percaya saja, sudah benarlah itu.
Mari kaitkan dengan kedatangan Jusuf Kalla ke Amerika. Di sana, dia di antaranya bertemu dengan Bidden, Direktur Intelijen Nasional AS, Dennis Blair, Senator James Webb dan Senator Christopher Bond. Kalau melihat latar belakang dari yang ditemui JK di Amerika sana, kedatangan JK bisa saja diasumsikan pada dua hal: ekonomi dan pertahanan (militer).
Dennis Blair dan senator James Webb adalah dua orang yang concern di bidang militer. Webb dikenal sebagai purnawirawan angkatan laut Amerika. Kalau ditambah dengan latar belakang, Bidden, sebagai senator dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri AS, yang punya concern tinggi bersama militer Amerika dalam Perang Bosnia, Perang Teluk, Perang Irak dan lain sebagainya, kita duga saja ada persoalan pertahanan keamanan yang sedang diperbincangkan oleh Jusuf Kalla di Amerika sana. Untuk memperbincangkan bidang militer ini memang penuh keanehan dan misterius. Departemen Luar Negeri (Deplu) Indonesia baru-baru ini pernah disorot karena ketidaktahuan mereka atas apa-apa saya dilakukan oleh JK di sana. Aneh bukan?
Sementara, senator Bond, karakteristiknya bukan militer seperti laiknya namanya: Bond (mirip James Bond bukan? ) Dia lebih ke arah ekonomi. Bond dikenal publik Amerika sebagai senator yang punya kekhususan di bidang perdagangan bebas di dunia ketiga, dan ah, bidang energi pula.
Jadi, kalau latah, bolehlah Anda bilang, Jusuf Kalla sedang sangat-sangat serius dalam pencalonan dirinya sebagai Presiden Indonesia 2009-2014. Bidang militer dan ekonomi adalah dua landasan pokok bagi “restu” Amerika kepada siapapun yang berada dalam “koloninya”. Kalla bukan orang militer, tapi dia sudah pasti pahamlah bagaimana seluk-beluk pengaruh militer dalam perpolitikan.
Oke, sampai di situ dulu persoalan si Kalla ini. Nah, pasca kedatangan Kalla ke Amerika, eh, Amerika kemudian mengutus salah seorang perempuannya yang masih cantik jelita di usia senjanya; Hillary Clinton.
Hillary tak banyak bicara kepada Indonesia. Dia cuma tersenyum. Ah, Anda bayangkanlah, bangsa yang selalu memuja-muja “bule” dan selalu merasa rendah diri kalau ketemu bule ini, kemudian mendapat senyuman pula. Aduh, bisa luluh hati kita ini.
Dari dua peristiwa ini saya membayangkan kalau saya ada dalam posisi Obama; wakil Presiden saya ketemu Wapres Indonesia, dan Menteri Luar Negeri saya ketemu dengan Presiden Indonesia. Sementara saya (Obama), cukuplah mengawasi pertemuan-pertemuan ini, seperti ketika saya bermain boneka-bonekaan. Bidden dan Hillary adalah dua orang kepercayaan saya. Ya saya sadarlah ini politik. Bisa-bisa saja kedua orang ini di masa-masa mendatang justru berbalik menyerang saya. Tapi, untuk setakat ini, saya masih percaya kepada mereka berdua. Satu kata saja dari saya: uruslah baik-baik negara protektorat kita itu.
Kita perlu Indonesia di Asia Pasifik. Kita tidak mau berharap banyak sama Australia, Singapura dan Filipina, untuk menjaga kawasan pasifik. Kawasan Asia Tenggara ya Indonesia. Malaysia itu bukan kawan kita, walau dia masih melapor sama Queen Elizabeth, ya kayak Australia juga lah itu. Penuhi apa yang mereka mau, tapi jangan lupa, jangan sampai toko-toko kita yang ada di Aceh, Kalimantan, Papua dan pasar terapung di perairan mereka, diusik-usik.
Pemilu kita pun tampaknya sudah digariskan, hampir bersamaan waktunya. Memang kita yang duluan, bukan Indonesia. Tapi itu justru jadi keuntungan kita. Di saat kita sudah selesai berkelahi, Indonesia masih harus bertempur.
Mbak Hillary, Anda gak perlu ngomong banyak-banyak di sana. Cukup senyum. Jumpai presidennya, dia pasti mengerti mengapa Anda senyum kepadanya. Dia itu di Indonesia disebut sebagai orang yang suka tebar pesona. Jadi, Anda sampai kalah, juga tebar pesona juga ya.
Mas Bidden, Anda nanti ketawa-ketiwi saja sama Kalla. Dia itu senang bercanda dan nyeletuk. Anda juga jangan sampai kalah sama dia. Bolehlah sedikit waspada, namanya juga Anda akan ditemui sama pengusaha. Ujung-ujungnya nanti bicara untung-rugi juga nya itu.
Nah nanti kalian berdua lapor sama saya, siapa yang akan kita dukung menjadi Presiden 2009-2014. Jangan lama-lama dan jangan pula terburu-buru. Pemilu legislatif mereka bulan April dan pilpres bulan Juli. Yang penting, semua harus disesuaikan dengan pidato inaugurasi saya kemarin; “We are The United States of America… Ingat ya, the united states… sekali lagi ya, the united states …. Of apa? Of apa? … “
“America …. !!!” kata anak-anak SD di Jakarta. (*)
= = =
foto: http://ritefun.blogspot.com
Filed under: All News, Esai, Kebudayaan, Politik, luar negeri , , , , , ,
13 Responses
smile mengatakan:
24 Februari 2009 pukul 11:11 pm
indonesia Tdk hanya sekedar sekutu, tp lebih mengarah kpd jongos-nya amerika. hebat-nya amerika sampai2 partai2 di-indonesia yg pro-amerika slalu menjadi 5 besar disurvei2 pd saat ini.. pertanyaan besar buat kita? why? tp yg pasti untuk pemilu saat ini blum ada aroma perubahaan yg terlihat..
jadi ya terima sajalah dulu jadi jongosnya america…
almascatie mengatakan:
24 Februari 2009 pukul 11:31 pm
alasannya cuman atu kali.. selain bertarung di tingkat nasional.. masing2 pun paleng berusaha untuk menjilat [katanya] pemimpin dunia demi kepentingan sendiri.. so rakyat kecil hanya bisa nonton aja deh
males ah, mending nonton jenderal naga bonar jadi presiden …. hahahaha
taUbat mengatakan:
25 Februari 2009 pukul 10:25 am
Disinyalir ada data dari informasi intelegent2 asing yang beredar dikalangan atas bahwasanya kelak kepemimpinan indonesia itu dipimpin oleh seorang yang komitment kuat dalam ke - islam - annya dan partai pendukungnya akan menguat/mendominasi di semua wilayah.
Maka diutuslah seorang Hillary Clinton khusus keindonesia sebagai tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan negara2 Islam, yang belum pernah terjadi sebelumnya dari berbagai kunjungan negara adidaya ini yang menyentuh khusus berkaitan dengan islam.
Menjelang pemilu dan bakalan capres Indonesia sudah dikantongi begitupun dari negara2 OKI yang penuh harap.
nazuaF mengatakan:
25 Februari 2009 pukul 6:59 pm
mungkin jadi jongos itu enak kali bang, apalagi kl jadi jongosnya kyk yg abang gambarin lewat gambar diatas
yg dijilat bokongnya makin bersih, yang menjilat lidahnya tentu makin menjijikkan …
putrinegriangan mengatakan:
25 Februari 2009 pukul 9:35 pm
OOT sedikit ah..
Hillary Clinton benar2 memanfaatkan semua pesonanya dan OBAMA (tentunya) ketika berkunjung kemari. Terlebih beliau sempat menyebut hal - hal nggak penting yang masih dielu - elukan oleh bangsa ini. Bahkan sebuah majalah wanita menerakan kebanggaannya karena Hillary sempat memuji apa yang telah dilakukan oleh Emaknya Obama di Indonesia.. Halah..
Indonesia akan mudah sekali dijadikan sekutu oleh Amerika Serikat.. Bangsa ini, walaupun berkoar menolak penjajahan, tapi mampu berlutut pasrah di balik punggung negaranya Obama. Bukankah itu harapan yang tersirat ketika Obama dilantik jadi Presiden?
Naga Bonar jadi CapRes.. dibahas yaa.. Pasti pendapat pak Nirwan bisa saya jadikan rujukan. Agak kaget juga mendengarnya. Tapi, at least, Naga Bonar bisa berbuat untuk Indonesia, nggak asal obral janji. Minimal, untuk jadi wapres, beliau masih berkompeten-lah..
jenderal naga bonar
mikekono mengatakan:
25 Februari 2009 pukul 9:52 pm
Saya suka Hillary,tapi benci dan muaksama Amerika… hmmmm
hahahaha… Bill Clinton aja selingkuh bang,
ANMEG mengatakan:
26 Februari 2009 pukul 1:45 pm
bukan anda aja yg suka hillary gw juga suka …….kan…seksi ?hiihihihihikalo amerika mikir dulu 1000 X
Londoner mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 8:13 am
Gosip terbaru yang saya dengar dari negri Paman Sam nih, entah benar atau tidak saya kurang tau, namanya juga berita burung. Tapi coba simak pembicaraan antara Obama dan istrinya yang terekam oleh staff terdekatnya.
Istri Obama terbelalak melongo keheranan setelah beberapa minggu Obama duduk di kursi kepresidenan AS mendapati (maaf) pantat/bokongnya putih bersih..“Pa, papa!, kok bokong papa putih bersih sekali!?? Jadi lucu deh, kalau papa kelihatan item trus bokongnya doang yang putih.” ujarnya dengan keheranan.“Masa sih?” Obama berjalan mnedekati cermin lalu kaget dengan apa yang dilihatnya.“Eh iya, kok papa baru sadar ya….” tiba tiba raut wajahnya berubah sumringah.“Oh baru papa inget, ini hadiah dari orang Indonesia” jelasnya sambil tersenyum.
NB:Jangan serius kali lah pak…. xixixi
hihihihihi… gak berani aku serius bang, ntar diketawain pulak hahahaha
bangtj mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 3:42 pm
Bang, kayaknya Indonesia negara ke 2 setelah Jepang yang dikunjungi oleh Hillary Clinton (mudah-2-an cuma salah ketika ya). Saya kira, Obama sangat cerdik dengan mengutus Hillary ke RI, apalagi dia juga sempat ‘mejeng’ di salah satu stasuin TV swasta. Obama tahu, Hillary juga sangat populer di negara kita dan, yah, sekalian tebar pesona. Mudah-2-an jangan ada ‘tebar racun’… hihihi…
ok ok…saya perbaiki…thanks, gan…
s mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 12:25 am
Menurut gue, Obama kurang tegas soal masalah Israel dan Palestina. Emang sih, Israel sangat menekan Amerika agar menutup mata soal Human-Rights Violations di sana, namun Obama kan berjanji akan membawa Change? Harusnya dia nggak takut mengenai konsekuensi mencoba mengubah dunia, dong!Gue waktu itu sempet liat ada political fashion company, namanya shirTalks, yang dengan kerennya menyindir masalah ini. Ada desainnya, Obama tampangnya bego dan bingung banget. Konyol, tapi bermakna! Ada di blog gue:
http://shirtalks.wordpress.com/2009/02/20/amerika-pilih-obama-tapi-siapa-yang-akan-obama-pilih/
aku rasa, amerika dan obama tidak sedang berada dalam posisi tengah antara palestina dan israel, dia justru berada di Israel. 4 me sih, no hope 4 obama. oke…lgsg berangkat ….
AREMA mengatakan:
12 Maret 2009 pukul 12:06 pm
Amin Rais pernah sekolah di negerinya Obama lo ?wajahnya juga ada mirip mirip Obama….? kali ???mudah-mudahan yang lain nggak mirip..hahahangawur nih…………..!
pernah… pernah … tesisnya di Paman Sam itu tentang politik timur tengah dengan fokus gerakan Ikhwanul Muslimin.
Rajeta mengatakan:
13 Maret 2009 pukul 12:00 am
Pertama, saya mau puji dulu yang punya artikel; dia neh emang pinter.
Kedua, ngapain ya JK ke Amrik? Huahahaha… JK tuh takut kalo jadi Presiden! Loh..? Bukannya…?!
Yah… JK takut kalo jadi Presiden bakal diusik “preman” yang minta jagaan; dia kn bukan dari Militer, ga punya pasukan, ga bakalan kuat ngadepin “preman”.Dia juga sadar posisi Indonesia di Asteng, tentu “diminta” jaminan stabilitas.Dia juga sadar sebagai yang ga punya pasukan bakal diminta “jagaan” (yang kemudian setelah “^_^” itu diberi “jagaan” baru aman; Siapa “^_^”? Anda pasti tau!). Nah “^_^” itu yang dia takutin; karena sebelumnya gitu.
Selanjutnya rumuskan sendiri gimana sebelum ini, saat ini, kemudian nanti.
hihihihihihi
taUbat mengatakan:
13 Maret 2009 pukul 10:18 pm
@ Rajeta
Dulu perwakilan dari amerika datang ke indonesia jika jelang pemilu, tujuan sudah tau donk………..(BBM dan proyek)
Sekarang berbeda, …………… BBM dan Proyek2 akan dikelola sendiri oleh putra putri indonesia, jadi dana pemilu dan dukungan non materil jadi pertimbangan amerika.
Lagi Amerika sekarang sedang krisis………


Tulisan ini bersumber pada : http://nirwansyahputra.wordpress.com

Hidup di Negeri Para Jenderal

Untunglah saya punya jenderal yang mengawal saya dengan setia. Mereka-mereka ini bertempur dengan nyawa menjadi taruhan. Mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan segala tumpah darah agar saya bisa hidup tenang,aman, damai dan tidak dijajah oleh bangsa dan negara lain. Percayalah.
Jangan Anda katakan kalau mereka bertempur karena uang . Karena nanti mereka akan sangat tersinggung dan marah. Mereka memegang senjata adalah untuk kita. Percayalah.
Jangan pula Anda sebut untuk kekuasaan, karena prioritas mereka bukan itu. Mereka punya Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Jadi jangan ragukan itu. Percayalah.
Wawancarailah mereka dan mereka akan menyebut apa yang mereka lakukan sepanjang hidup, mulai dari lahir, dididik di akademi militer, bertugas di medan pertempuran, pensiun dan kemudian menulis buku, adalah sebagai sumbangsih kepada bangsa dan negara ini. Percayalah.
Karena kita hidup di negeri para jenderal. Percayalah. (*)
Filed under: All News, Lapak, Politik , , , ,
6 Responses
pemerhati mengatakan:
14 Maret 2009 pukul 12:19 am
hubungannya ke buku Prajurit Para Komando itu ya?
mungkin ini sebagai tulisan pembuka dari saya. belum abis baca bukunya sih.
taUbat mengatakan:
14 Maret 2009 pukul 8:09 am
Trauma karena pernah dijajah jadi masyarakat mempercayakan militer yang mempunyai armada tempurnya untuk memimpin NKRI ini.
Demokrasi kita masih baru wajar semua itu berjalan, seharusnya sekarang kita dapat melihat negara2 lain di dunia ini tidak perlu melihat Amerika, presidennya mayoritas adalah dari masyarakat sipil/biasa.
Alangkah baiknya tugas negara itu diberikan pada profesinya masing2.
Insya Allah NKRI akan damai dan sejahtera.
nggaklah, ini bukan karena trauma.
Singal mengatakan:
14 Maret 2009 pukul 8:43 am
Para Jenderal hanya takut kepada isterinya..hmmm
hihihihihi… betul jg y amang …
pemerhati mengatakan:
14 Maret 2009 pukul 2:58 pm
Senggol dikit kesini bang:
http://tirtaamijaya.wordpress.com/2007/09/04/mayjen-tni-sintong-panjaitan-pangdam-ix-udayana/#comment-2942.
Terutama reply beliau atas komen-komen yang masuk.
Note: beliau (blogger) ex Dan Pomdam Udayana yang menyelidiki kasus Santa Cruz. Menyedihkan intrik-intrik yang memberangus karir sang “rising star”.
sip, thanks atas infonya…langsung berangkat…
jamalsmile mengatakan:
15 Maret 2009 pukul 10:46 pm
ya.. beginilah resikonya hidup di negeri para jendral..
rebut kekuasaan!
Tulkiyem mengatakan:
17 Maret 2009 pukul 10:52 am
Jendral juga prajuritkan ?, ada berita baru disiarkan disalah satu televisi swasta, dua orang Prajurit yang melanggar disiplin dan dipecat..eh..pada waktu mereka diadili ternyata mereka nggak hafal Sapta Marga, yang mereka hafal cuman no 1 lainnya haloo? ditanya Pancasila ..sila ke 4 juga nggak hafal ,,,wadooooooooooooooohhh……!


Tulisan ini bersumber pada : http://nirwansyahputra.wordpress.com

Indonesia, Tempat Berlindung Siapa?

27 Maret 2009 • 11:11 am
Indonesia tanah air betaPusaka abadi nan jayaIndonesia sejak dulu kalaTetap dipuja puja bangsa
Di sana tempat lahir betaDibuai dibesarkan bundaTempat berlindung di hari tuaTempat akhir menutup mata
(Indonesia Tanah Pusaka, Ismail Marzuki)
Lagu itu begitu pelan, lembut dan bikin merinding. Diciptakan seorang seniman yang dulu di sekelilingnya terlibat panasnya pertempuran, dentuman senjata, hujan bom, teriakan kesakitan, peluh, darah dan air mata. Namun, masa itu sudah lewat berpuluh-puluh tahun silam. Para pahlawan sudah mati, jasadnya melebur dengan tanah dan nisannya mengharap-harap memori dari mereka yang lewat untuk sekedar membersih-bersihkannya. Mereka sudah mati.
Nasionalisme adalah sebuah omong kosong bagi kekuasaan. Yang paling realistis dari hampir seluruh konsep kekuasaan adalah L’etat c’est moi, negara adalah aku. Kekuasaan adalah aku, akulah pemiliknya semua-muanya dan kepada akulah semua yang ada di luar aku menurut-nurut, membungkuk-bungkuk, menjatuhkan dahinya di ujung jempok kakiku. Kekuasaan adalah aku.
Kekuasaan adalah satu, tidak pernah dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, hingga sembilan. Aku adalah negara, aku adalah peraturan, aku adalah hukum. Kubiarkan kalian mendirikan panggung legislatif, toh aku juga yang menyutradarainya. Kubiarkan kalian mempermak bilik yudikatif, toh aku juga yang menjadi pemutus akhir. Kubebaskan kalian untuk menulis apapun di koran-koran, toh aku juga yang membelinya. Aku adalah negara, dan negara adalah aku. Karena akulah kalian hidup, karena akulah kalian bisa mengais-ngais roti untuk perutmu itu.
Aku tak peduli kehidupan kalian, karena bagi aku, hidup kalian bak remah-remah nasi yang akan ditelan kucing. Ini soal siapa yang kuat, siapa yang lemah: akulah yang kuat dan kalianlah yang lemah. Sudah hukum alam, yang lemah menjadi makanan yang kuat. Aku adalah penguasa yang duduk di posisi paling atas dari rantai makanan. Saling memakanlah kalian, karena nantinya kalian-kalianlah yang berbaris kaku di usus-ususku.
Aku adalah kekuasaan.
* * *
Indonesia adalah sebuah ruang yang menangis keras laksana bayi pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya, Indonesia itu tidak ada. Dia entah di mana, entah dimasukkan dalam saku Tuhan yang di sebelah mana. Dia cuma gentayangan dalam harapan-harapan pejuang yang tak mau ditindas, tak mau hidup dalam perintah dan kungkungan orang lain. Dia adalah bara yang terus menyala-nyala dalam darah-darah orang yang dijajah. Karena, hanya orang yang dijajahlah yang paling tahu bagaimana rasanya merdeka itu. Kalau dia tidak pernah merasa terjajah, maka matilah sudah hasratnya untuk merdeka.
Indonesia lahir dari kondisi dan pahitnya rasa penjajahan itu. 65 tahun sudah, usia yang bila disematkan di umur manusia, bak tua renta dan sebentar lagi hendak bangka. Maka benarlah Rendra ketika menulis, “Orang-orang harus dibangunkan.”
Maka yang membuat ibu pertiwi menangis adalah selama 65 tahun itu, ternyata anak-anaknya mesti mengantri minyak tanah dan mengharapkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang hanya seratus ribu perak itu. 65 tahun itu, Indonesia tak ke mana-mana, tak ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, ke depan, atau malah ke belakang. Indonesia terjebak dalam kungkungan kaum-kaum kolonial baru, yang berwajah “Indo” dan punya senyum “Nesia”.
Dalam alam pikirannya, berbaris-baris plot kolonialisasi pada bangsanya sendiri, seperti seorang tuan tanah dan lintah darat. Dulu, Indonesia itu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memajukan kesejahteraan umum. Sekarang, mereka yang mengemis rimah-rimah nasi telah terbujur kaku di atas permukaan tanah milik mereka, yang di bawahnya mengalir deras sungai-sungai minyak, gas, emas, batubara, intan dan berlian. Mereka mati di lumbung padi. Mereka mati di sebuah negeri yang tak ubahnya bak lukisan surga: “Mengalir sungai-sungai di bawahnya…”
Ibu Pertiwi telah diperkosa oleh anak-anaknya sendiri, yang dulu diajarkannya bait-bait Pancasila dan nasionalisme. Ibu yang cantik jelita, berparas rupawan, bertubuh molek nan bergairah, telah membuat anak-anaknya lupa daratan dan menganggapnya sebagai seorang gadis yang harus digarap dan digilir dalam buasnya hasrat seksual kekuasaan.
Dan ketika anak-anaknya itu mati, kurang ajar! Mereka-mereka itu ingin diselimutkan sang saka merah putih dan diturunkan dalam kawalan letusan-letusan salto. Kurang ajar!
Dan di sana, di alam yang belum pernah dilihat mata itu, mereka berkata: “Ampunilah kami. Kami telah khilaf, Tuhan. Bukankah Engkau Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun…”
Filed under: All News, Ekonomi, Esai, Islam, Kebudayaan, Lapak, Politik, Sastra dan Seni , , , , , , , , , , , ,
14 Responses
hastu mengatakan:
27 Maret 2009 pukul 1:44 pm
ini kritik sosial pa ungkapan frustasi pribadi ya? hehe…
apapun jadi …
jamalsmile mengatakan:
27 Maret 2009 pukul 6:43 pm
ya beginilah jadi wong cilik…..
didengarnya cuma pada saat kampanye tok…
gimana ya rasanya jadi wong besar…?
almascatie mengatakan:
28 Maret 2009 pukul 2:53 am
engggg jadi ke inget diskusi dengan pendukung R*S beberapa waktu lalu yang menghujat indonesia sekaligus mengajak keluar.. bagi aku.. seburuk2nya indonesia masih lebih buruk jika kita ga pernah mencoba untuk memperbaikinya…
reformasi!
Mahendra mengatakan:
28 Maret 2009 pukul 5:44 pm
REVOLUSI !!!
andynasution mengatakan:
28 Maret 2009 pukul 6:18 pm
Ar-Rum 41:Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Al-Baqarah:
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.
10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
11. Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.
12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Itu dululah Wan, pening…,pening…pening….
mereka dengan sangat sadar membuat kerusakan, bang. peninglah bang. warkop yok …
reallylife mengatakan:
29 Maret 2009 pukul 10:59 pm
Yang jelas apapun keadaannyaIndonesia tetap menjadi tempat berlindungku, dan juga warga Indonesia lainnyaYang jelas mari tumbuh kembangkan kebanggaan akan INDONESIA
mundur terus pantang maju! (lho?)
Kania mengatakan:
30 Maret 2009 pukul 8:36 am
setuju mas, jangan banyak mengeluh, lebih baik berbuat saja, semampu kita.
senyum dan semangat ya semua!
hihihihi…macam mo difoto aja ya
Jamal Angry mengatakan:
30 Maret 2009 pukul 11:20 am
Tempat berlindung dihari tuuaa sampai akhir menutup mataaaaaaaaaa
ya cuman hari tua soalnya masa muda nggak ada yang melindungi hihihhihi
wajib prihatin
parhobass mengatakan:
30 Maret 2009 pukul 10:02 pm
orang maccam sri bintang pamungkas ngga laku madh di indonesia…
intinya….sebenarany orang kita masih terlalu berani memiliki pemimpin2 yang “Tolol”kenapa bisa begitu:1. Ikatan darah masih melekat di kita, bukankah kalau sodara sebelah lebih dibela secara dia lebih bloon dari sodara orang lain ?
2. Ikatan hegemoni agama yang lebih kental…mana ada ide indonesia memiliki presiden seorang non muslim misalnya, yang toh non muslim juga banyak yang mantap2…
http://parhobass.wordpress.com
ide presiden indonesia dari non muslim itu mengendap dan terus hidup. dan mungkin saja hampir berhasil kalau saja LB Moerdani tak keburu jatuh dari Panglima TNI.
Mulai Suka mengatakan:
31 Maret 2009 pukul 11:31 am
hai pemuda singsingkan lengan bajumuharapan negeri tersemat di pundakmutuntut ilmu giat berjuang bersamakita songsong masa depan nan mulia
masa muda jangan terbuang percumapastikan langkah untuk wujudkan asatiada guna berpangku tangan sematabangkitkah negeriku harapan itu masih ada
ibu pertiwi menanti langkah sucimusatu niat satu tekad kita majubikin karya, langkah nyata, melangkah bersamakita bangun Indonesia berkeadilan sejahtera
parhobass mengatakan:
31 Maret 2009 pukul 4:13 pm
ide presiden indonesia dari non muslim itu mengendap dan terus hidup. dan mungkin saja hampir berhasil kalau saja LB Moerdani tak keburu jatuh dari Panglima TNI
Sri Bintang ? gimana ? anda suka ?Dia seorang muslim tulen… kenapa muslim totol lainnya yang lebih laku dari beliau ini ?
http://parhobass.wordpress.com
muslim totol? apa maksudnya itu… Sri Bintang itu gak punya basis massa.
buJaNG mengatakan:
2 April 2009 pukul 4:18 pm
Moga dengan adanya pemilu besok bisa merubah keadaan indonesia yang lebih maju dari pada sekarang ini…
amien
eka mengatakan:
5 April 2009 pukul 3:54 pm
@parhobbas
hal yg wajar jika indonesia dipimpin seorang muslim. Indonesia mayoritas warganya adalah muslim.Dan sangat mmungkin jika seorang muslim ingin dipimpin oleh seorang muslim bukan seorang non muslim.Kalau yg muslim masih ada,ngapain juga pilih yg non muslim,kecual kalau rakyat indonesia yg muslim dah pada mampus semua atau sudah menjadi minoritas. Maksud anda apa ya,kok sampai bilang muslim tolol lainnya?jangan anda adu domba antar muslim,seolah2 sri bintang muslim paling pintar di indonsia, Haram hukumnnya mencelakai sesama muslim.
Londoner mengatakan:
6 April 2009 pukul 12:52 am
Setelah ini lama gak bikin tulisan lagi? Kemana aja Wan?
Ginilah kalo dapat proyek, langsung menghilang, bagi-bagilah abang Wan, hahaha…
Ngomong2 aga yang menarik untuk dilihat, bahasannya 7 jagoan, intip lah…
http://www.harian-aceh.com/analisi/2259-tujuh-jagoan.html


Sumber Tulisan ini : http://nirwansyahputra.wordpress.com

PDIP vs PKS? Hahaha ….

23 Juli 2008 • 11:39 am
PDIP vs PKS? Hahaha ….
window.google_render_ad();
Itu kesimpulan terlalu dini menghadapi Pemilu 2009. PKS jelas masih belum bisa (atau malah memang tak bisa) menghilangkan eksklusifitas platform partainya. Dikotomi muslim-non muslim adalah PR besar yang harus dipecahkan PKS bilapun partai ini nantinya masih akan terus bertahan beberapa belas tahun ke depan.
Underestimated terhadap PKS? Bukan, ini realita politik saja. Di kalangan Islam sendiri, PKS sendiri bukan suatu “aliran” ideologi. PKS tampil penuh percaya diri dengan konsep wadah penampung kekecewaan publik terhadap elit, partai politik dan dinamika politik Indonesia selama lima tahun terakhir. Tapi, ini jelas bukan ideologi, tapi hanya sebuah taktik yang dilakukan parpol untuk mendulang suara. Di atas taktik ada strategi dan strategi ditetaskan oleh platform dan di atasnya ada ideologi partai yang menaungi.PKS pun tak bisa mengatakan ideologinya adalah Islam. Di belahan dunia manapun, partai politik yang mendasarkan dirinya pada Islam, selalu mempunyai ideologi khusus tersendiri, misalnya saja dikotomis Shiah-Sunni. PKS partai Islam? Dia nyata-nyata akan berhadapan dengan PKB, PPP, PAN, PBB, PBR dan partai kecil-kecil lainnya. PKB punya basis massa NU yang luar biasa di pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. PPP selain berharap limpahan NU, juga organisasi tradisional lainnya seperti Al Ittihadiyah, Al Washliyah dan seterusnya, PAN punya Muhammadiyah, PBB masih berharap pesona romantisme Masyumi dan PBR tentu masih berharap sisa-sisa umat Zainuddin MZ.
Jadi, PKS akan menggarap yang mana? Itu sudah dibuktikan mereka pada Pemilu 2004 lalu. Mereka menang di kota besar. Seperti diketahui, umat Islam di kota, secara “konvensional” pernah dimiliki PAN melalui Muhammadiyah. Namun, PKS berhasil mengikis itu dan mengalihkan dukungan sebagian orang Muhammadiyah ke partai ini. Tapi, lima tahun sudah berlalu, dan tentu saja PAN tidak tinggal diam. Apalagi ada bayi partai baru yang “sempalannya” PAN, Partai Matahari Bangsa (PMB). Tidak begitu banyak harapan di partai baru ini, tapi tentu gerogotannnya terhadap massa Muhammadiyah tetap punya pengaruh sekecil apapun.
PKS diuntungkan dengan konflik PKB tapi justru PKS tak punya sosok sosiologis bernama “kyai”. Tifatul dan Hidayat Nur Wahid bukan seorang kyai melainkan sosok sosiologis yang lain bertajuk “ustadz”. Di Pulau Jawa, ustadz masih kalah pengaruh bahkan dibandingkan dengan kata sosiologis yang lain seperti ”habib”.
PKS menang di Jawa Barat? Itu karena kolaborasi dengan PAN yang menjual penuh popularitas Dedi Yusuf. Dan ingat, beda suaranya pun tak jauh dengan kandidat kedua, Agum Gumelar yang dicalonkan PDIP. Di Jawa Tengah, Bibit Waluyo, calon PDIP justru menang telak. Memang, angka golput cukup tinggi. Tapi apakah itu massa PKS? Ah, Anda bisa ditertawakan bila berkesimpulan demikian.
Satu lagi, walau Gubernur Jawa Barat yang dari PKS itu akan berjuang untuk partainya di Jawa Barat, bukankah PAN juga akan berbuat hal yang sama?
Di Jawa Timur? Hanya PDIP yang bisa mengimbangi PKB di “negara”-nya asal kyai-kyai itu.
Di Sumut PKS menang? H Syamsul Arifin bakal hanya tersenyum kalau kemenangannya disebut faktor PKS. Yang patut dipuji dari PKS di Sumut adalah kejeliannya menempatkan calonnya sebagai pendamping Syamsul. Setelah itu, hampir sepanjang Pilgubsu, Syamsul Arifin bekerja “sendirian”. Ingat, pilihan PKS dan sosok Gatot baru muncul pada hari terakhir pendaftaran cagubsu-cawagubsu. Ingat juga, Syamsul tetap loyal pada Golkar. Teori di Jawa Barat bakal berlaku yaitu bila Gatot akan memaksimalkan posisinya untuk memenangkan PKS di Sumut, tentulah Syamsul juga berbuat hal yang sama bagi Golkar, bukan?
PKS punya target 20% dalam Pemilu 2009. Boleh dan itu memang mesti dilakukan oleh sebuah partai yang punya kemauan untuk mewujudkannya. Tapi apakah Anda berpikir PPP dan PAN tak punya target yang sama? Di situlah persoalannya.
Lawan PKS bukanlah Golkar dan PDI, melainkan PPP dan PAN. Pole position partai elit saat ini adalah PDIP dan Golkar, sementara di grid ke dua, PPP, PAN dan PKS, serta mungkin saja PBB dan Demokrat. Jangan lupakan partai lain yang siap menggerogoti perolehan suara walau kecil seperti Hanura.
Golkar punya mesin politik yang wahid bila dilihat dalam kasus pemilu legislatif. Kekalahan di Pilkada di beberapa daerah tidak tepat digunakan sebagai variabel melihat pemilu legislatif. Apalagi, karena mereka justru leading di pilkada kabupaten/kota.
Jadi, yang diperlukan PKS sekarang adalah ideologi partai. Ideologi membuat partai punya basis massa. PKS tidak bisa lagi sekedar mengharapkan limpahan massa mengambang.
Saya pribadi, kurang percaya dengan “teori” floating mass ini. Hehehehe ….
window.google_render_ad();
Filed under: All News, Islam, Politik , , , , , , , , , , , ,
522 Responses
Shohibul Anshor Siregar mengatakan:
23 Juli 2008 pukul 4:41 pm
PDIP itu sudah jenuh, hanya sedang dimainkan seolah-olah mampu dan kuat melawan kehebatan SBY. Jadinya kan tak ada pikiran lain bahwa pilpres itu hanya ajang permainan buat SBY-Mega, pupus alternatif.Nah, itu yg dicoba oleh PKS saya kira. Tetapi, sejenuh-jenuh PDIP mungkin juga PKS tak punya peta baru lagi, akan ada sedikit kenaikan, tetapi nalar politik yang belum sehat di RI akan mempercepat kejenuhan PKS.So? Indonesia buram. Itu 2009.
itu karena kita belum turun ke gelanggang
numpang lewat mengatakan:
23 Juli 2008 pukul 5:11 pm
^Seburam website ini ~~~
kl gitu…biar gak buram ketawa dulu … hahahahahahha
esaifoto mengatakan:
23 Juli 2008 pukul 6:33 pm
saya cuma mau bilang apa yang di lakukan partai PKS terhadap rakyat negeri ini sebagai partai pendukung SBY_JK (ingat islam itu agama yang tegas, jangan banci menjadi pendukung sby-jk) kepada pendukung PKS mentang-mentang keteyaknya tidak berjenggot, ngaku partai bersih yu pendukung sby apa prokram kerjamu mengenai BBM>
jangan cuma pilih partai yang modal berjenggot bisa tertipu kayak iklan.lihat sepak terjangnya di senayan.dan kepada pendukung PDIP jangan jadikan partai itu di nasti, rakyat sudah cerdas
http://esaifoto.wordpress.com
hmmm… “mentang-mentang keteyaknya tidak berjenggot..” wakakakakakakkk
dobelden mengatakan:
24 Juli 2008 pukul 11:14 am
apapun partai nya minumnya teh botol sosro *halah*
Tapi saya melihat konsistensi dari perjuangan PKS dan saya tidak melihat itu ada dipartai lain
hihihihi….
ksemar mengatakan:
24 Juli 2008 pukul 7:17 pm
Saya tahun ini hanya akan bersikap sebagai penonton. Kira-kira salah tidak ya bang…?
tanpa ada penonton, pertandingan gak asyik … bukankah begitu bang? lanjut….bang
Londoner mengatakan:
26 Juli 2008 pukul 10:52 pm
Kan, cuma tiga kekuatan rill di negri ini, Islam, Nasionalis, dan Komunis. Yang satu hilang tinggal 2, yang dua sedang bermain timbangan bak bola pendul. Mana kuat? Tergantung pasar. Tepuk dada tanya selera.
tergantung yang di atas bang… yang di atas ngomong, “kok bawa-bawa aku pulak!” hahahahahahaha
julfan mengatakan:
30 Juli 2008 pukul 1:23 pm
Saya setuju dengan Dobelden.
Terlalu dangkal mengatakan:
30 Juli 2008 pukul 6:06 pm
terlalu dangkal analisa anda bung.
saya sangat yakin.
pegang kata-kata saya.
camkan.
anda akan masuk golongan orang yang akan terheran-heran melihathasil pemilu legislatif 2009 nanti!
pegang kata-kata saya bung!
hubungi saya bila analisa anda benar.tapi saya pikir analisa terlalu dangkal dan penuh omong kosong.membelakangi fakta.penuh analisa-analisa seorang bailta.
ingat!
Anda siapa?
rHoMie_zF mengatakan:
30 Juli 2008 pukul 9:09 pm
PKS terus berwacana tentang pemimpin muda yg sebenarnya kurang (paling tidak belum) relevan dgn konteks kekinian. yang kita perlukan sekarang adalah strong leadership sehingga dpt membuat bangsa dan negara ini keluar dari krisis multidimensi. sukur-sukur yang jadi strong leader itu anak muda ( sbgmana wacana pks). tapi walaupun tdk muda., kalau mampu yo monggo. Inilah letak masalahnya..!
http://www.rhomie-zf.blogspot.com
Dalam hal tertentu, seperti wacana politik, saya setuju dengan PKS. Apalagi bila itu dalam kerangka “politik kekuasaan”. Tidak ada masalah dengan PKS untuk soal itu.
Namun, tentu saja, substansi kepemimpinan indikatornya terlalu besar dikorbankan atau diketepikan oleh wacana diskriminasi umur. Bagi saya, kepemimpinan tua-muda malah terlalu “remeh” untuk diperbincangkan. Dan, saya sendiri cukup terkejut, ketika PKS bermain di lahan ini. Meributkan substansi kepemimpinan tentu saja lebih banyak gunanya dan mendewasakan masyarakat banyak.
indish mengatakan:
31 Juli 2008 pukul 11:34 am
PKS adalah partai berazas Islam dan Islam itu adalah ideologi. kan sudah jelas ? kenapa musti mengelompokkan syiah-sunni tradisional-modern, dsb. yang diperjuangkan kan sudah jelas : Al Quran dan sunnah Rasulullah. Al Quran isinya tidak berubah dari dulu dan didalamnyalah dijabarkan tentang Islam sebagai way of life untuk seluruh ummat manusia. kenapa tidak kembali kepada itu semua dan melupakan kelompok - kelompok? itulah yang diperjuangkan pks.
mudah-mudahan begitu, saya juga berdoa hal yang sama. Tidak hanya kepada PKS, tapi juga partai-partai lainnya. Namun, Alquran dan sunnah ternyata bukan “benda mati”, tapi dia hidup terus sampai kapanpun. Salah satunya melalui ijtihad berketerusan. Soal penafsiran dan penjabaran toh manusia sendiri sering berinisiatif dan hasilnya pun sering kali tak sama. Tentu manusia tidak satu jalan berpikirnya dan gerak perjuangannya. Tentu juga, perbedaan ini pula yang menjadi salah satu -ingat salah satu saja- sebab berdirinya PKS sebagai partai Islam bukan? Dan tentu pula, tindakan demikian membuat PKS justru membikin “aliran” baru selain partai Islam yang sudah ada seperti PKB, PPP, PAN dan seterusnya. Karena bila mereka merasa “cocok” dan sreg dan konsisten memperjuangkan “Persatuan Islam”, harusnya sih tak usah membuat partai baru tapi berjuang dari partai Islam yang sudah ada. Nah, bilapun persatuan itu yang sedang diperjuangkan PKS, apakah PKS rela dibubarkan? Bikin saja partai islam tunggal.
Saya kira, itu pemikiran yang tidak sederhana. Saya berpikir, sama seperti melihat partai-partai Islam lainnya, konsep yang bisa dipakai untuk melihat mereka adalah “politik kekuasaan”. Setakat ini, masih itu.
Eire mengatakan:
31 Juli 2008 pukul 1:32 pm
Sebagai orang awam, saya anti golput lho…Ibaratnya kalau semua partai di negeri ini busuk semua, saya akan pilih yang “busuk”nya paling sedikit!
Objektif, saya nilai PKS lah yang paling sedikit kejelekannya, karena PKS juga berisi manusia-manusia yang pasti ada kekurangan dan kelebihannya! So, saya masih mau nyoblos No.8
Kampanye mereka lain daripada yang lain, lebih manusiawi lah!Semoga PKS tetep luruskan niatnya, menyempurnakan ihktiarnya, tetap istiqamah dalam ketawadduan, murah senyum, tidak sombong dan rajin menabung! Hehe…
Pesen buat PKS, kalau udah menjadi besar, biasanya tingkat error semakin berpeluang terbuka! So, waspadalah! Tetep tawaddu!
mumpung musim kampanye, ya silahkan kampanye…hahahaha
WARA mengatakan:
31 Juli 2008 pukul 2:17 pm
SEKALI PDIP TETAP PDIP..MERDEKA
lanjut….
seorang perempuan mengatakan:
31 Juli 2008 pukul 2:34 pm
menyadari hidup sebagai manusia biasa yang pasti tak pernah lepas dari salah dan alpa, begitupula dengan keberadaan orang-orang di PKS, mereka juga adalah kumpulan orang2 bukanlah jama’ah malaikat, jadi… wajar bila suatu saat ada khilaf yang terjadi…tapi, baik menurut seseorag belum tentu baik menurut orang lain, isn’t it? dan PKS tetap mencoba memberikan yang terbaik bagi semuanya… setidaknya, itulah pendapat sy…mg tetap istiqomah sodara2ku, perjuangan ini masih sangat panjang, jangan lemah ya…ALLAHU AKBAR!!!
amin…
annisa mengatakan:
31 Juli 2008 pukul 3:50 pm
PKS…Saya yakn masih partai inilah yang terbaik…islam adalah ideologi..knp kita harus malu dgn agama yang paling sempurna ini?allahu akbar..akhi..ukhti..
PKS..berikan yang terbaik..bersih,peduli dan profesional..bangkitlah..harapan itu masih..

mr.Dance mengatakan:
1 Agustus 2008 pukul 1:13 pm
pks hanya salah satu segmen dakwah,jika ia dibubarkan dakwah ini tak akan mati…bila Allah ridha pks menang 2009 seberapa banyak cercaan tak akan berpengaruh…seandainya orang-orang tahu apa yang diperjuangkan pks pastilah mereka akan lebih cinta lagi dengan pks. teruslah bergerak akhi ukhti..
betambah satu suara PKS di pemilu 2009 dari mr dance hehehe
Francisca mengatakan:
1 Agustus 2008 pukul 1:50 pm
Hi guys,Boleh gabung n ikut comment ya! Aku termasuk pemilih pemula nih, aku juga tertarik ama PKS buat 2009 ntar, soalnya aku perhatiin para kader muda PKS tuh paling bersahaja, gak neko-neko kayak kebanyakan remaja yang penuh hormon! Huehue…
Apalagi kalo di tingkatan masahasiswa kampus, gudangnya kader PKS ada di rohis dan DKM gitu, duh kadang gw iri pengen kayak mereka, adem banget! Susah siy coz gw masih suka hura-hura, hihi
Satu yang gw suka dari mereka, kampanye-nya intelek banget, jingle2nya menghentak kadang bikin merinding! Reformis sejati…
Thanks!
hihihihihi…PKS barangkali dah dapet satu suara di pemilu 2009 dari ibuk fransisca ini
surati mengatakan:
1 Agustus 2008 pukul 3:11 pm
Hore……. seru dech !!!!!
surati mengatakan:
1 Agustus 2008 pukul 3:29 pm
Islam agamaku, Muhammad saw nabi terakhirku, Al Quran kitabku Indonesia Negaraku, PANCASILA pemersatu NKRI, bung KARNO pria Pujaanku serta P D I P pilihanku ……… hidup PDIP……..
hehehehe kayak jawaban pertanyaan munkar dan nakir ajah …. lanjut ..lanjut
romadona mengatakan:
1 Agustus 2008 pukul 9:26 pm
hidup golkar
hanya untuk beriklan…
no offense
,,,, mmm rombongan golkar dah masuk ….
Andrew mengatakan:
2 Agustus 2008 pukul 2:08 pm
Aku akan tetap setia memilih PDIP!!!Kenapa? Karena hanya PDIP lah yang berjuang untuk MEGA MENJADI PRESIDEN!
Partai lain? Alah, palingan berjuangnya untuk rakyat Indonesia kan? Bukan untuk Mega menjadi presiden 2009-2014
Ini fakta bung!
wekekekekkkkk…aneh juga komentarnya
Filan mengatakan:
3 Agustus 2008 pukul 8:48 am
Boleh prediksi yah Pemilu 2009 ntar Itung-itung seperti prediksi Piala Dunia atau Miss Universe:
Oke, kita mulai dari ke-34 parpol kontestan yang mewakili kepentingan dan ideologi-nya masing-masing.
BABAK IInilah yang masuk TOP 10 di ajang Pemilu 2009 (random order):PKNU (3%), PAN (9.5%), Demokrat (7%), Golkar (16.5%), PDS (3.5%), PPP (4%), PKS (15%), PDI-P (18%), Hanura (4.5%), PKB (5%)
BABAK IISelanjutnya ke babak berikutnya masuk TOP 5, inilah (random order):Demokrat (7%), PAN (9.5%), PDI-P (18%), PKS (15%), Golkar (16,5%)
GRAND FINALInilah para pemenang:Winner 2009: PDI-P (18%), catatan: Untuk Pemilu Pilpres bukan Mega!Runner-up 1: Golkar (16.5)Runner-up 2: PKS (15%)
KATEGORI LAINAdapun awards lainnya, jatuh kepada:Partai Persahabatan (congeniality): PKBPartai Favorit Pilihan Pemirsa: PKSPartai Pendatang Baru Terbaik: HanuraPartai Fotogenic: PPRNPartai Paling Bersemangat: Gerindra
Selamat kepada para pemenang!Sampai jumpa di ajang Pemilihan Umum 2014-2019 mendatang!
wakakakakakkkkkkkkkkkkk ini baru topppp brur….thanks gan!
Filan mengatakan:
3 Agustus 2008 pukul 9:23 am
Btw, karena gw penasaran baca comment-nya Andrew, gw masuk ke situs ini: http://www.pdi-perjuangan.or.id/
Ternyata bener, ada tag yang bertuliskan “Berjuang Untuk Mega Menjadi Presiden!” Hmm… Gw kira berjuang untuk rakyat Indonesia tercinta!
Yo weis, gimana pun juga PDI-P (menurut prediksi gw) jadi jawara 2009-20014 untuk legislatif! Tapi kalo untuk Pilpres belum tahu juga!
Cheers!Salam Saudara Sebangsa dan Setanah Air!
otnay mengatakan:
4 Agustus 2008 pukul 9:18 am
Saudara2 walaupun gue bukan kader PKS tapi gue demen banget ma tu partai kader2 mudanya oke banget, semangat, cerdas, bersih n ga neko2. pemilu kemarin gue coblos partai lain tapi besok 2009 gue n seabrek solmet dah siap dukung pks
kok banyak pemilih PKS ya hahahahahaha
Adhi mengatakan:
4 Agustus 2008 pukul 4:47 pm
Kenapa sih banyak banget yang pilih PKS? Gw bingung deh!Sadarlah wahai kalian para pemilih PKS! Coba kita kaji secara cerdas partai mana yang paling banyak ketahuan busuknya gara2 korupsi, suap, bagi-bagai dana BI, skandal seks? Coba partai mana hah?!
Hidup Golkar! Majulah Golkarku!Mending pilih Golkar, PDIP atau PPP yang udah eksis dari dulu, udah kebukti gitu loh hasil kinerjanya!
ayo…ayo pendukung partai beringin biasanya bejibun…tunjukkan tajimu…hahahahaha
AL PUSPO mengatakan:
4 Agustus 2008 pukul 9:55 pm
Insya Allah mas mas. Golkar baik. PDI P Baik. Demokrat Baik. Semua Baik. Tergantung yang memikirkannya. Nah, kalo saya. Tetep !!! Nomor 08. PKS. Mau bersih mau enggak. Kita bisa nilai deh !!!!!!!!
ayo ayo …ponten berapa parpol-parpol ini….
Charles Cristian mengatakan:
4 Agustus 2008 pukul 9:59 pm
Salam Damai . God Bless You.saya dulu fanatik dengan partai saya. Tapi kini saya tahu mana yang harus saya pilih. Nyata nyata PKS bersih kok. Prosentasekan saja Parta dari yang kotor ampe yang rada rada bersih!!! Biar saya non muslim. PKS Keren deh lu !Boleh kan , aku nyoblos kamu. Walau Presidenya nggak sama. Tapi Partainya PKS. Ayo teman. salam Damai untuk PKS. Majulah Nomor 08 !!!!
wah itu ide bagus, prosentase soal partai yang kotor sampe yang bersih. ada yang bersih juga toh? wah saya baru tahu itu…hahahahahaha
Gie mengatakan:
5 Agustus 2008 pukul 10:16 am
Kemaren saya lewat lihat kampanye PKS, aduh beda banget dari partai2 lain!
Cara kampanye PKS sangat elegan dan bersahaja bow! Yang cewek ama yang cowok dipisah ama garda Pandu Keadilan! Kebanyakan pada taat kalau PKS sejati, tapi mungkin PKS juga kudu merangkul elemen lain, sebarkan dakwah pada kayak orang seperti gw ini cara berpolitik yag cerdas!
Alhasil, gw yang numpang lewat aja jadi kepincut hati pengen gabung dan liat kampanyenya!
Whua! Kagak ada dangdutan, hingar-bingar gak jelas! Ini kampanye apa pengajian sich?! Ustadznya ngedoa khusyuk banget! Gw jadi ikut terharu…
Lagu-lagu yang jadi hiburan PKS mengusung tema2 lagu2 rakyat tradisional setempat, malahan ada Barongsay segala! Keren! Walaupun masih mendominasi nasyid-nasyid perjuangan! Pokoknya ambiance waktu gw disana berasa bermakna banget kampanye model ginian!
Jadi pengen pilih PKS! Ah, tapi ntar liat dulu aja toh PKS juga hanyalah kumpuan manusia2 yang punya kekurangan!
Disini gw akan menilai, parpol mana yang track reccordnya paling sedikit buruknya dibanding yang pada paling buruk! PKS lah gw pilih kalo gitu, gw gak mau ikut dalam antrian kebodohan sosial lagi, pengen jadi pemilih cerdas! Hehe…
Btw, kalau yang di comments diatas ada orang2 PKS, jangan seneng dulu ya gw puji, coz gw akan lebih kritis menganalisis parpol! Haha… Hati2lah karena kita manusia Indonesia udah mulai cerdas berpolitik!
hati-hati
Albertus mengatakan:
5 Agustus 2008 pukul 1:53 pm
pks heubuaat rek
lanjut…gan…
Alberthus mengatakan:
5 Agustus 2008 pukul 1:57 pm
ikutan nyoblos no 8 yaaaaaaa?
ayo..ayo…beli, beli…obral…obral…. heheheheehe
Ikhsan mengatakan:
5 Agustus 2008 pukul 5:12 pm
Aku suka PKS karena gak menokohkan seseorang! Kalau kita perhatiin di PKS itu ya karena kerja bersama para kader!
Jadi ndak ada yang namanya terlalu “memuja” tokoh apalagi “berdagang” artis biar dapet suara besar
PKS ya apa adanya aja deh aku menilai, sejauh ini belum ada yang terlibat kasus seperti marak di parpol lain. Bukannya menjelekkan parpol lain lho, tapi ya seperti sudah kita tahu lah di media!
PKS juga manusia, pasti buanyak kurangnya, tapi mending pilih yang buruknya dikit daripada harus golput, ya toh? Mau diajak soleh aja kok repot ya? Hehehe…
jadi PKS itu buruknya dikit ya … hehehehehe
Gie mengatakan:
6 Agustus 2008 pukul 8:10 am
Wah wah lagio pada ngomongin PKS nih?Aku tinggal di Bandung (Jawa Barat)
Pagi ini baca headline koran lokal “Mantan gubernur Jawa Barat Jadi tersangka kasus korupsi” kader Golkar lho!
Bukannya mau menjelekkan orang lain, tapi ini fakta di koran, salut buat KPK! Gak salah deh rakyat Jawa Barat pilih kader PKS Pak Ustadz Ahmad Heryawan, Lc. Saya salut ama beliau, sewaktu memenangkan pilgub Jawa Barat, kader PKS ini malah menghimbau, “mari kita sikapi kemenangan ini dengan istighfar” Wuih, gw mah kepikirannya numpeng! Haha…
PKS partai harapankuAku kecewa sama yang lama-lama
Insya Allah PKS sejak berdirinya tahun 1998 (PK) dan 2002 (PKS) ampe saat ini belum ada berita miring! PKS bukan kumpulan malaikat tapi hanyalah manusia yang punya kekungan! So, bijaklah dalam menilai!
PKS: Elegan, santun, bersahaja…
wehehehehehehehe….memang santun ini. lagi nyerang golkar pun santun juga…. lanjut, lanjut ….
Alberthus mengatakan:
6 Agustus 2008 pukul 9:05 am
aku jangan ditinggal lho gie aku ikutan ya ?
lanjut….lanjut….(sambel main gitar…)
surati mengatakan:
6 Agustus 2008 pukul 2:29 pm
teman teman masih ingat kampanye PKS Pemilu tahun 2004, lidah tak bertulang saat putaran kedua memilihan presiden. mundukung SBY yg Militer Hidup SBY. jangan jangan PKS akan berkualisi dgn PDIP atau GOLKAR.
surati mengatakan:
6 Agustus 2008 pukul 2:31 pm
teman teman masih ingat kampanye PKS Pemilu tahun 2004, lidah tak bertulang yaa………….. cape dech saat putaran kedua memilihan presiden. mundukung SBY yg Militer Hidup SBY. jangan jangan PKS akan berkualisi dgn PDIP atau GOLKAR.
secara politik kekuasaan, koalisi tak salah ya, tapi entah kl bagi yg laen
Karni mengatakan:
7 Agustus 2008 pukul 10:00 am
PKS semakin dihujat dan dikritik malah semakin bersahaja…Aku jadi suka sama PKS, gak mau deh pilih yang dulu aku pilih waktu 2004, mengecewakan!
Skandal, suap, korupsi, aliran dana BI, partai2 mana aja hayo yang kena?Aku baru sadar ternyata ajaran Islam itu begitu hebat daripada ajaran Bung Karno!
partai islam tak cuma PKS loh….
Aku mengatakan:
7 Agustus 2008 pukul 10:18 am
Politik tetaplah politik, penuh intrik dan kepentingan sesaat!Boleh ya gw rangking parpol pake nilai raport versi pengamatan gw! Hehe… (dalam skala 10)
Yang gw nilai cuman parpol besar aja ya biar gak banyak!Berdasaran kasus yang ada dan kiprahnya selama ini :
10. PKB = 1.89. PBR = 2.08. Golkar = 2.37. PPP = 3.26. Demokrat = 3.15. PDI-P = 3.24. PAN = 3.33. PBB = 3.52. PDS = 3.51. PKS = 5.8
Gak ada parpol yang dapet nilai 6 ke atas! Hahaha…Mohon maaf buat para simpatisan yang kurang berkenan, peace!
pertanyaannya…bagaimana anda mengukurnya? padahal itu menarik untuk di-share…
surati mengatakan:
7 Agustus 2008 pukul 10:43 am
kualisi sich kualisi tapi gembar gembornya dari awal dan akhirnya yg beda ….. akhirnya aku berpendapat TERBUAT dan BENTUK apapun TUTUP KEPALANYA UUD juga.
ujung-ujungnya duit… slanker! banyak soal parpol memang tidak terbuka ke luar, termasuk partai yang selama ini dikategorikan orang “bersih”.
alberthus mengatakan:
7 Agustus 2008 pukul 12:52 pm
hey klo nilai yg bener donk ? pks kan 99,99999%
lanjut….
Ardhie mengatakan:
7 Agustus 2008 pukul 5:35 pm
Halo semua,Sebenernya saya belum punya hak pilih untuk 2009, masih SMA nih! Tapi dah tertarik ama politik! Seru aja mengamatinya
About PKS? Emang sih ini partai beda dari yang lain, lebih intelek dan saya lihat PKS ingin menunjukkan identitas “Islam yang sukes”, bukan Islam yang selama ini muncul yang masih identik dengan keterbelakangan, sedih ya
PKS kenapa beda? Kalo dari kita (saya) yang belum punya hak pilih ngeliatnya, PKS udah punya banyak “aksesoris”, kader yang solid, bazaar, klinik gratis, acara malam bina iman, training ESQ, sekolah Islam terpadu, gantungan kunci, stiker, baju koko, sampai lagi-lagu jingle mereka yang bikin bangga! Hehe…
Temen saya, katanya kalau nempelin stiker PKS atau gatungan kunci kesannya keren aja! Tapi kalau nempelin stiker parpol lain malah malu! Gak tahu kenapa alasan jelasnya!
PKS menurut saya seperti tokoh2 di film Ayat-Ayat Cinta! Haha… Hati2 orang PKS disini yang saya puji ntar malah jadi sompral sombong ngerasa diri paling soleh! Tak usah yaw!
Oke deh, sukses buat PKS! Tunggu saya di Pemilu 2014, kalau masih ada waktu Dan kalau masih bagus tentunya! Hahaha….
gaya-gaya tulisannya sih kayak bukan anak SMA…hihihihihihi
Ayoenkprass mengatakan:
7 Agustus 2008 pukul 7:52 pm
Merdekaaa…..( xixixixi kek lagi jaman perjuangan doeloe….. )Gwe tetep milih PDI Perjuangan,,,, Hidup Ibu Mega,,, teruskan perjuangan mu,,,,,perjuangan mu belum tuntas,,,, ( keburu direbut dulu ama SBY ),,,, SBY bukannya nerusin perjuangan Ibu Mega eh malah ngebuat rakyat Indonesia jadi tambah susah,,,,huuffttt,,,, wahai kepada para calon pemilih,,,jangan pernah ketipu ama wajah yang wibawa,,, umur yang muda,,, dan tetek bengek sebagainya,,,, belum tentu dia lebih baek,,,,peace awh,,,,
ryo mengatakan:
8 Agustus 2008 pukul 9:24 am
Ha…. ha… ternyata pendukung PKS banyak juga ya…seru juga… tetap rukun-rukun aja… saya mo ngelihat, apakah suara PKS di pemilu 2009 nyampe 20% ???
ya memang lebih baik rukun-rukun aja…soal sampe 20% tentu tidak dilihat dari banyaknya dukungan kepada PKS yang mampir ke blog saya ini, hehehehehe
mulato mengatakan:
8 Agustus 2008 pukul 10:18 am
hari ini tanggal 8 bulan 8 2008 besok pks no 8 heeeeeeeeee…………..jadi no 8 pilihanku
Pemilunya tahun 2009 lho? gimana PKS menyikapinya? hihihihii
mulato mengatakan:
8 Agustus 2008 pukul 10:19 am
sayakira besok pks masuk 3 besar dech…………………..
mulato mengatakan:
8 Agustus 2008 pukul 10:22 am
sayakira besok pks masuk 3 besar dech…………………..apakah pdi,golkar,pks apakah pdi,pks,golkar apa malah pks ,pdi,golkar………..heeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee bisa begitu lhooooooooooooooooooooo
lanjut….
DELAPAN mengatakan:
8 Agustus 2008 pukul 1:53 pm
“dan yang mempersatukan hati orang-orang yang beriman, walaupun kamu membelanjakan semua harta kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah lah yang mempersatukan hati mereka, sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana” (doa Rabithah)
Hal ini mengajarkan kepada kita jangan ada money politics lagi di alam demokrasi kita!
Doakan PKS tetap istiqamah, ia hanyalah sekumpulan manusia yang juga memiliki khilaf dan salah, terkadang apa yang hanya terbersit di hati (seperti merasa diri paling benar, ujub, dan menganggap orang lain salah adalah sama buruknya dengan mendengki)
PKSBersih, Peduli, dan ProfesionalWallahu alam…
Favorit mengatakan:
9 Agustus 2008 pukul 4:44 pm
Buat PDIP-ers, kenapa sich kudu Mega lagi yang diajukan? Seolah-olah gak ada alternatif lain? Apa terlalu menokohkan beliau sampai2 gak ada yang beranai mencalonkan yang lain?
Ini capres-cawapres fave gw:1. SBY-Fadel Muhammad, atau2. SBY-Hidayat Nurwahid, atau3. SBY-gw
Maju terus pak SBY!
Sya mengatakan:
10 Agustus 2008 pukul 10:12 am
PKS dipuji mulu, bosan! Ntar lupa diri! Hahaha….Ada yang punya data fakta keburukan PKS? Berbagi dong!
BADUT mengatakan:
10 Agustus 2008 pukul 11:47 am
Pernyataan yang diberikan (yang mewakili) PKS tentang capres muda saya rasa sengaja digulirkan agar terjadi pro dan kontra sehingga PKS terkesan tertindas dan rakyat indonesia (yang kebanyakan suka nonton sinetron) merasa iba trus memilih PKS pada pemilu 2009 nanti, ckckckkckck……..cerdas amat ya………, tapi politik seperti ini sdh basi, sdh dilakukan SBY di tahun 2004, cari cara baru dong……, bukankah PKS selalu memberikan pendapat atau apapun secara mendadak????, seperti memberikan dukungan kpd Amien Rais di pilpres 2004, and masalah megawati, PKS menolak pemimpin perempuan dengan alasan hadits, kalau caleg perempuan yang diusung PKS di pemilu 2009 nanti apa ada haditsnya juga?????
Amati Cermati mengatakan:
11 Agustus 2008 pukul 2:23 pm
PDIP vs PKS?Menarik juga buat dibahas nih.Jadi inget pilgub DKI Jakarta sama Pilwalkot Bandung kasus ini mah.
Ijinkan saya membahas deng objektif tanpa memihak manapun
Di Pilgub DKI: PKS vs koalisi 20 parpolDi Pilwalkot Bandung: PKS vs koalisi Golkar, PDIP, Demokrat, PAN, PPP, PBB
Dan dua-duanya PKS berada di pihak yang kalah (meskipun dengan dalih) walaupun sendirian tapi perolehan suara PKS dari dibanding 2004 meningkat tajam! (terlepas dari faktor parpo latau figur)
Di kedua daerah tadi (DKI dan kota Bandung) PKS tampak percaya diri (atau terlalu memaksakan diri) mengusung kadernya sendiri! Adang Daradjatun-Dani Anwar (DKI) dan Taufikurahman-Abu Syauqi Rabbani (Kota Bandung)
Ternyata, euforia kemenangan demi kemenangan PKS, tidaklah selalu dapat dibenarkan juga! (Toh, dikedua pilkada diatas mengalami kekalahan) walau suara meningkat tajam…
ISLAM vs Nasionalis (Sekuler)?Apakah ini fenomena demikian? Di saat masyarakat Indonesia merasa “disakiti” oleh kalangan Nasionalis Sekuler tadi (fakta di lapangan yang memperlihatkan oknum2 di kalangan partai Nasionalis Sekuler, Religus bahkan parpol Islam (di luar PKS) yang nyatanya korupsi, suap, aliran dana BI, skandal seks, sengketa tender, penyalahgunaan fungsi hutan, penangkapan KPK, mark-up tender, dsb.
Tampak PKS seperi sebuah “pelampiasan” pilihan alternatif (yang nyatanya belum tentu juga mejad solusi).
Tapi di balik ini semua, saya memandang positif dari sebuah niatan partai berplatform dakwah ini untuk memberikan “bentuk berpolitik baru” yang bersih, peduli, idelis, solid (meskipun banyak yang menuding sebagai bentuk strategi, munafik, sok suci) tapi saya amati demikian adanya dalam PKS (setidaknya sampai saat ini).
Rasanya PKS akan sulit (lebih tepatnya harus berproses lama) jika ingin menjadi pemimpin negeri ini karena bagaimanapun Idealisme PKS jika dihadapkan dengan kondisi kebobrokan dan ketidakdewasaan cara berpolitik di negeri ini akan sangat sulit melanggengkan langkah dakwah.
Kita semua (menutup mata atau tidak) sudah sadar dan paham jika berdemokrasi yang tidak sehat seprti Money Politics, Teror, Black Campaign, dsb, telah menjadi tradisi partai-partai Nasionalis (sekuler, religius, bahkan parpol Islam (diluar PKS, wallahu alam) dengan tanpa menafikan fakta di lapangan yang memang sudah menjadi rahasia umum
Sebagai contoh untuk pilwalkot Bandung, tampak aroma money politics begitu terbelalak seolah tiada pembatas ditambah lagi aksi teror dan black campaign yang menyudutkan PKS seperti PKS Islam yang keras (yang justru menurut saya PKS adalah Islam yang tegas bukan keras, ia tidak lembek (liberal) namun menyampaikan dengan cara-cara humanis dan intelek)
Terbukti, jika masyarakat Bandung (sebagai kota dengan julukan lautan sampah di tahun 2005-2006) rasional, incumbent tidak akan terpilih lagi. PKS menghadirkan sosok pakar lingkungan (Taufikurahman) dan pendiri Rumah Zakat Indonesia (Abu Syauqi Rabbani) yang nyatanya tidak dapat memikat masyarakat Bandung yang takluk dihadapkan dengan bentuk2 nyata money politics dan black campaign.
Wallahu alam
coba2 mengatakan:
11 Agustus 2008 pukul 3:33 pm
klu saya berpikir, bahwa target pks bukanlah 2009, tp 2014 atau 2019.kalau sekarang pks mencalonkan dan kalah di beberpa pilkada, itu bukan masalah, karena target ikut pilkada sesungguhnya bukan menang.. menang itu cuma bonus.. target utamnya , pembangunan infra struktur partai,penokohan kader dan pemanasan mesin.tokoh pks belum bisa terjual ke publik,satu-satunya cara adalah ikut pilkada. hampir 95% yang diikuti pks adalah mengambil posisi wakil, dimana tidak akan mengeluarkan dana yang banyak. trus peluang di 2009. dari 98,perbandingan kader pks dengan pemilih adalah 1:36 tahun 2004 adalah 1:24. dengan perbandingan jumlah kader yang sekrang telah naik menjadi 5 kali lipat dari tahun 2004 maka kalau saja asumsi 1:12 di pasang maka angka 15% hampir bisa diraih.. kisarannya mungkin 12-15%. tapi di 2014 dan 2019. target kader adalah 5x lipat. jd sesuatu yang mungkin untuk2014, untuk jadi pemenang.
surati mengatakan:
11 Agustus 2008 pukul 4:38 pm
Keadilan dan Ke Sejaktraan ini masih terus diperjuangkan. tampa perjuangan dan doa akan sia sia. mari bersama PDI Perjuangan kita perjuangkan keadilan dan kesejahteraan
Moncrit mengatakan:
12 Agustus 2008 pukul 11:48 am
Saya simpatisan PDI-P sejak 1999 dan 2004, tapi kecewa sekali dengan partai “wong cilik” yang dulu saya menaruh harapan karena kebencian saya pada Orde Baru (baca: Golkar), tapi nyatanya PDI-P sama saja tidak lebih baik dari yang buruk! Hiks…
Aroma money politics, memanglah bukan rahasia lagi di tubuh si Moncong Putih ini (sama seperti parpol lainnya) Mungkin PKS belum besar, entah kalau besar pasti akan sama saja seperti si Nasionalis (Sekuler) lainnya! Yang jelas saya tidak (belum) tertarik sama yang namanya partai Islam seperti PKS! Apalagi PBR, PBB, PPP, no way ah! Islam ok tapi dalam bentuk parpol nanti dulu ya!
Oke lah kita semua tahu dengan kesolidan PKS, jargon Bersih, Peduli, Profesional! Kader paling solid (bebenah jauh hari) Paropol lain malah bebenah menjelang pemilihan saja! Busuk
Akankan saya golput? Kecewa dengan money politics! Realitas rakyat kita masih bodoh, takluk akan uang!
Saya bukan warga Bandung, tapi tahu sedikit soal Pilwalkot Bandung kemarin. Mengulang kasus PILGUB DKI dimana di Kota Bandung (Lautan Sampah 2005-2007) yang mendapatkan predikat kota terkotor itu dari Adipura (Maaf ini fakta, hehe…) PKS kembali “menyendiri” dengan percaya dirinya mencalonkan wali dan wakil walikota internal PKS melawan koalisi parpol2 raksasa Golkar, PDI-P, Demokrat, PAN, PPP, PBB… didukung PNS, kaum marjinal yang takluk dengan money politics dan para pengusaha yang akan diberi kemudahan mendapatkan ijin bangun mall yang di Bandung pasar tradisional sudah terpinggirkan!
PKS mencoba denga “pede”-nya seorang tokoh pakar lingkungan ITB (DR.Taufikurahman) dan Penggiat Rumah Zakat Indonesia (Abu Syauqi) tapi nyatanya PKS tidak bisa memikat warga Bandung! Haha…
PKS terlalu idealis kah? Tidak bisa membaca zaman? Masyarakat kan masih bodoh! Kalau rasional tentunya seorang pakar lingkungan dan peggiat Rumah Zakat sangat menjanjikan untuk dipilih! Tapi kenyataannya di Bandung, incumbent lah yang menang!
Pilgub DKI terualng di Pilwalkot Bandung! Haha… Rasanya kalau PKS harus mengorbankan idealisme mereka nantinya malah sama saja dengan parpol2 lain!
Saya jadi berkesimpulan mendingan PKS jadi legislatif aja selamanya! Haha… Jadi kontrol, jadi oposan aja dech! Susah masyarakat kita masih takluk sama uang! PKS mau idealis terus? Monggo saja! Bagus itu, tapi gak jaminan menang mudah!
Golput gak golput, saya jadi pusing ama kebodohan sosial masyarakat kita (termasuk kita/saya juga) ikut dalam antrian itu, sadar atau tidak kita telah dibodohi atau emang kita yang bener2 bohoh!
Golput?! Terserahlah…
Bojeg mengatakan:
12 Agustus 2008 pukul 12:56 pm
34 parpol?! Pff… Kebanyakan bikin mumet dah! Mana kagak ada bedanya satu ama yang laennya
Banyak yang beranak-pinak atau cuman ganti casing! Basi! Mari kita lihat:
1. PNI MARHAENISME punya anak namanya PDI, lalu punya cucu namanya PDI-P punya cicit namanya PDP, PNBK, PATRIOT, PELOPOR
2. GOLKAR punya anak namanya PKPB, HANURA, DEMOKRAT, GERINDRA, PPRN, PKPI, PKP, PPDK, etc…
3. PPP punya anak namaya PBR
4. PAN juga punya anak namanya PMB
5. Dulu, MASYUMI juga punya anak namanya PBB
6. Kalau gitu, PKS anaknya siapa nih?! Wakakak…
alberthus mengatakan:
12 Agustus 2008 pukul 1:16 pm
Ngapain mikir 34 parpol, mendingan mikir pks aja gimana spy menang !? jadikan nggak mikir banyak 2 capek deeeeh wueeek
Tulkiyem mengatakan:
12 Agustus 2008 pukul 1:22 pm
semua kok yag dibicarakan politiiiik aja, seperti saya ini lo ? jadi pembantu rumah tangga cuma mikir waktu gajian n bayar utang ! kaciaaaan deh gw dari atas nyampe’ bawah !
GOLPUT mengatakan:
12 Agustus 2008 pukul 11:07 pm
PARTAI????????, ogah………..cape ngikutinnya, awalnya sih semua partai yang baru pasti selalu bagus, tapi lama kelamaan pasti keliatan bobroknya, apalagi partai yang selalu mengandalkan iuran anggotanya Rp. 2.000 / bulan (katanya), tapi setahu saya Islam tidak pernah mengajarkan berbohong, apalagi membawa nama umat islam lainnya, mudah2an agama islam tidak dijadikan ajang pelelangan umatnya hanya untuk mendukung seseorang.
DELAPAN mengatakan:
13 Agustus 2008 pukul 12:42 pm
Caleg PKS di Provinsi Papua 70% adalah non-muslim Menurut saya ini adalah langkan rasional PKS dan memang harus begitu adanya!
PKS tidak pernah memaparkan syariat Islam apalagi negara Islam, dia tetap lebih menekankan pada platformnya sebagai partai dakwah, Islam adalah solusi sebagai Rahmatan Lil Alamin (berkah bagi semesta alam) dengan wajib melindungi kaum minoritas (non-muslim).
Dalam hal ekonomi contohnya, Islam memiliki sisten syariah yang jauh lebih manusiawi (dan lagi trend juga) seperti perbankan syariah, asuransi dan koperasi berbasis syariah! Islam tidak menghendaki sistem Liberalis-Kapitalis atau Sosialis-Komunis yang nyatanya tidak manusiawi.
Namun sayang, kecurigaan dan tuduhan terhadap Islam begitu menyakitkan (bahkan dari kaumnya sendiri).
Disini saya melihat PKS ingin menunjukkan keislaman yang sukses, ia tegas tetapi tidak galak, menyampaikan dengan cara humanis dan intelek!
Wallahu alam bis shawab…
Tulkiyem mengatakan:
13 Agustus 2008 pukul 2:01 pm
PKS lagi …………PKS lagi……..pegel aku ! suwe-suwe tak coblos engkok !!!
surati mengatakan:
13 Agustus 2008 pukul 3:17 pm
syariah………. bank syariah hanya beda nama!!!!!
Anonim mengatakan:
13 Agustus 2008 pukul 6:03 pm
Hidup PKS! Semoga PKS menang! Demi nama setiap Tuhan dalam agama apapun, semoga PKS menang…PKS paling top, PKS paling bersih, PKS paling muda (yang lain udah tua-tua bau tanah), PKS paling suci, PKS paling pinter (PhD bow, yang lain SMA), PKS paling lucky (nomer 8 di tahun 2008, fengshuinya OK)… Pokokna PKS pasti menang lebih dari 20%!…Kader PKS bersih-bersih, nggak suka korupsi, suci dan beriman tinggi (jenggotnya panjang, dahinya hitam-hitam, celananya di atas tumit)… Kualitas kader pasti OK (nikah tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan level Bibit, Bebet dan Bobot standar PKS)… Kader PKS pinter-pinter (intelek, PhD semua)…Ayo beramai-ramai coblos PKS di 2009!… Allahu Akbar!…
BADUT mengatakan:
13 Agustus 2008 pukul 9:51 pm
NAH LHO…………….MULAI ADA HADITS BARU NIH……………, KIRA2 LIMA TAHUN LAGI AKAN ADA LAGI NGGAK YA???????????????
PDP mengatakan:
14 Agustus 2008 pukul 8:26 am
Saya mau tanya sama PDIP, apa yang kalian tawarkan untuk bangsa Indonesia tercinta ini? Platformnya apa? Kemana arahnya?
Soalnya aku udah cukup sakit hati sama partainya bu Mega ini, kelakuan di grassroots nya “nggak” banget dech!
PKS? Ah partai baru kemarin sore! Gak dulu lah yaw
Jayalah PERSIB KU! mengatakan:
14 Agustus 2008 pukul 9:10 am
Hey hey sayah urang BANDUNG yeuh
Iya euy, sakit hati juga di Pilwalkot kemarin PKS dikeroyok sama partai-partai besar pendukung incumbent (GOLKAR, PDIP, DEMOKRAT, PAN, PPP, PBB… plus para PNS yang udah keenakan, kaum ekonomi lemah yang bisa disuap politik uand sama para pengusaha tajir)
PKS di Bandung cuma didukung kalangan akademisi, aktivis lingkungan sama beberapa simpatisannya!
TERANG AJA jadi PKS kalah, hiks hiks… (Seperti kisah di Pilgub DKI)PKS (28%) versusKoalisi GOLKAR, PDIP, PPP, PAN, DEMOKRAT, PBB (65%)
Bandungku lautan sampah, Bandungku lautan mallKader PKS gak menang padahal pak Taufikurahman adalah pakar lingkungan ITB dan pak Abu Syauqi Mujahid Rabbani adalah pendiri Rumah Zakat Indonesia!
Ah, urang Bandung masih pro status-quo, incumbent lagi deh! Hiks…
Gomez mengatakan:
17 Agustus 2008 pukul 1:21 pm
PDIP vs PKS? Gw setuju 100% ini spekulasi terlalu dini! Haha…
Perlu diingat, masyarakat Indo mayoritas masih bodoh, masih takluk ama politik suap (baca: money politics). So, PKS gak akan mungkin menang di 2009 ntar!!!
Saran gw, di PKS legislatif aja jadi teladan buat parpol2 lain yang busuk! Ajarin mereka cara berpolitik yang elegan dan cerdas!
PKS bisa menang kalo masyarakat Indo udah cerdas, mungkin Pemilu 20 tahun lagi! Kalau sekarang2 masyarakat pasti milih partai2 sekelas Golkar, PDIP atau PPP!
hahahahahaa …
Pro SBY mengatakan:
18 Agustus 2008 pukul 10:47 am
GSP jadi salah satu juri di ajang sampah Puteri Indonesia Mega gak mau dateng ke upacara 17an di Istana dengan alasan gak perlu seremonial semata seperti itu
Gua jadi antipati ama PDIP ini, bangsa ini harus dipimpin oleh orang yang amanah! SBY berjayalah bersama rakyat!
surati mengatakan:
19 Agustus 2008 pukul 11:36 am
Tidak upacara di Istamana tapi memimpin upacara di DPP Lenteng Agung bersama pengurus dan simpatisan PDIP. HIDUP PDI PERJUANGAN …….. kita tak akan tergoyah dan tergugah serta terpincut dgn partai yg lain ….
kayaknya Anda dapat serangan dari segala penjuru nih…
Pro SBY mengatakan:
19 Agustus 2008 pukul 1:12 pm
Bodoh banget upacara bareng partainya! Keliatan arogan mementingkan kelompok! Haha…
Lihat aja situs PDI “Berjuang Untuk Mega Menjadi Presiden!” suatu tag yang sangat menyakiti rakyat! Saya sarankan tagnya berbunyi “PDI-P berjuang untuk rakyat menjadi Presiden!
Kalao gitu, ntar Mega jadi presiden (mudah2an sih nggak kesampaian biar sakit hatinya bertambah2) jangan mimpin upacara di Istana dong?! Hayo…! Kenapa Mega mimpin upacara sewaktu engkau jadi presiden 2001-2003 Hah?
Harsunya alasannya jujur “saya sakit hati sama SBY”, bukannya berdalih “gak perlu seremonial kayak gitu”
Duh, lebih aneh lagi orang2 yang memuja bu Mega! Kasihan… PDI-P saya harap keluarkan dong tokoh2 lain yang lebih fresh dan muda!
PDI-P Yes! Mega No!
hmmmmm…. aku senyum ajalah
Tulkiyem mengatakan:
20 Agustus 2008 pukul 11:00 am
Betul….betul….sangat aneh dan sangat menyakitkan seharusnya undangan upacara 17 diistana, kalau menurut sy harusnya dihadiri jangan seperti anak kecil yang gampang sakit hati, sepertinya ratu kita ini gak cocok jadi presidenmudah tersinggung, susah menerima kritik, maunya menang sendiri… gitukok katanya bela wong cilik………! wong cilik yang mana ? sudah kelihatan mementingkan kelompoknya sendiri (upacara di kelompoknya) pasti ini saran dari sang pengarang hi…hi…hi
wuahahhhhhhhaaaa…aku gak ikut-ikut, yem….
Glek mengatakan:
20 Agustus 2008 pukul 7:47 pm
Gw sih pengennya milih PAN, karena aku kagum sama Bp. Amien Rais, sekitar thn 2004 pernah ada acara debat Ketua Partai, Presiden Partai Keadilan kala itu, waktu ditanya apa kelebihan anda: dijawab : Saya tidak punya kelebihan, saya masih harus belajar byk dari Bpk Amien Rais (waktu itu ketua PAN).
Tapi perlu saya akui, kader2 PKS bekerja dgn hati, melakukan pengobatan gratis, dan hal2 lain yg bersentuhan langsung dgn rakyat membuat PKS menjadi Partai yg istimewa.
Kalo PDIP, pada pemilu thn 1992, saya milih PDIP (waktu itu masih PDI), waktu itu kelas 3 SMA, sempat diancam kelulusan akan dipersulit karena tdk milih golkar
kelas tiga sma taon ‘96, saya dan keluarga wajib ikut penggalangan. Maklum, ayah saya PNS. Disuruh milih Golkar sama Harmoko, ) Awak gak ikut, tapi ayah jadi sedih, akhirnya dia pigi sendiri. Saya nyesal. Toh pigi k kantornya juga kl saya milih non golkar juga mereka gak tau…Ayah sudah tau kita gak mau, dan dia pun gak mau digalang-galang sama Harmoko. I’m sorry, Pa… Tapi sekarang, pilihan mestinya tak begitu lagi, harus objektif rasional. Emosional boleh tapi tetep mesti ada landasannya.. Kl gak syoor n ndak ketemu yg cocok ,,,ya golput aja… hahahahaha
Bojeg mengatakan:
21 Agustus 2008 pukul 1:05 pm
Gue ngebayangin ibu Megawati Soekarnoputri berbelok menjadi mujahidah kader PKS sejati
Panggilan mbak Mega diganti menjadi ukhti Megawati, pake jilbab yang lebar khas Wanita Keadilan, senengnya tausyah Liqo atau ikut keputrian. Peduli dengan wong cilik sesungguhnya dan membina persaudaraan ukhuwah islamiyah di seluruh duina dan negeri tertindas Palestina
Teriakan beliau yang khas, “Merdeka!” diganti dengan takbir suci sepenuh hati seperti Bung Tomo merebut Surabaya dari penjajah Belanda, dengan pekikan “Allahu Akbar!”
Mungkin gak yang ukhti Megawati seperti ini?!
walau mega di PDIP, kan dia tetep muslimah…ya mau gak mau, dia tetap “ukhti” juga…toh panggilan “ukhti” kan tak perlu harus menjadi PKS ya…
Tulkiyem mengatakan:
21 Agustus 2008 pukul 2:06 pm
wah kalo beliau pake jilbab dan panggilan mbak mega diganti ukhti mega aku yakin pasti beliau akan sukses di kancah politik n pasti membela wong cilik yang dimaksud pasti wong cilik beneran bukan wong cilik yang perutnya gendut yang jiwanya n pandangannya cilik, soo pasti aku akan dukung dng jiwa ragaku dari atas nyampe bawah apalagi pandangan kedepan sama dng PKS Aku akan teriak Allahu akbar….n…Merdeka Bung ..!
seandainya Mega mau, maka yang gawat PKS…dipastikan Presiden PKS tahun depan itu Megawati…ini pasti ditolak habis-habisan sama Hidayat Nur Wahid yang juga sedang tergoda ingin mencicipi kursi kepresidenan (wapres mungkin ) hahahahaha…tapi apa mau PKS milih presiden perempuan?
Tulkiyem mengatakan:
22 Agustus 2008 pukul 1:07 pm
ampouuuun klo presidennya perempuan jangan donng !!!! ?di pos yang laen aja om misalnya di keputrian! biar nampak keibuannya !pasti asiiiik banget dan jadi putri indonesia harum namanya he he he he
ntar perempuan pada marah …
DELAPAN mengatakan:
22 Agustus 2008 pukul 1:19 pm
Ya ikhwah fillah, ikhwan, akhwat, akhi, ukhti, saudara sebangsa dan se-Tanah Air semua!
Kenapa jadi ngomongin ibu Megawati?! Udah ah cukup ya Mari kita semua istighfar! Sebenernya apakah mungkin tidak ya kalau berpolitik itu tanpa harus menghujat antara satu dengan yang lainnya? Hiks hiks… Tegas boleh tapi jangan galak (merendahkan)!
QS Ali Imran 140:“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”
Salam Keadilan Sejahtera!
PKS No. 8Insya Allah Bersih, Peduli, Profesional
silahkan kampanye …
pitekantropuserektus mengatakan:
23 Agustus 2008 pukul 10:34 am
Uedaaan, panjang beneeer… ada yang nganalisa, ada yang sekedar numpang lewat, ada yang menggebu-gebu kampanye.. sampai-sampai mereka-reka nama untuk memberi komen biar keliatan “mak nyus” dan ‘iso mbujuki’ orang hehehe…
Kalo saya blm tahu yang mana yang harus dipilih. Secara konsep sih ada partai baru yang sepertinya lumayan, tapi itu kan baru konsep. Entar lihat dulu, ndak ikut2 juga dalam pendikotomian islam-nasional-komunis. Ibarat kucing, ndak perlu apa warnanya, yang penting bisa menangkap tikus dan tidak nyakar-nyakar kucing yang ber-ras lain, atau nyuri jatah lauk rakyat semua. Sementaa, saya mau milih calon isteri dulu.
cari istri? mungkin saja ada di antara yang ngasih komen di sini … hehehehe
Puteri Indonesia 1960 mengatakan:
23 Agustus 2008 pukul 1:51 pm
Sebenarnya 38 parpol itu terlalu buaaanyak, coba kita perhatikan sebenarnya parpol-parpol baru yang muncul adalah hasil dari peranakan parpol lama! Ada yang karena alasan klasik tidak puas (kecewa dan sakit hati), tidak sepeham lagi atau cuma mencari “peruntungan” baru!Bete gak sich?! Parpol-parpol yang beranak-cucu jadinya tidak profesional!
1. GOLKAR = HANURA, GERINDRA, PKPB, DEMOKRAT, PKPI, PDK, BARNAS, PKP, PPD, P. KEDAULATAN, P. MERDEKA, PPRN, PPI, PPPI, PSI, P. BURUH, PPIB, REPUBLIKAN
2. PNI (MARHAENISME) = PDI-P, PPDI, PDP, PDS, PNBK INDONESIA, PATRIOT, PELOPOR, PKDB, PIS
3. PKB = PKNU, PPNU
4. PPP = PBR
5. PAN = PMB
6. MASYUMI = PBB
7. PKS
JADI, aku pikir untuk Pemilu kedepan, 8 sampai 10 parpol aja cukup!Yaitu sebagai berikut:
a. Nasionalis = GOLKAR, DEMOKRAT, PAN, dan PDSb. Nasionalis Sekuler = PDI-P, PKB, dan PNI MARHAENISMEc. Islam = PPP, PBB, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Nah, jadi jumlahnya hanya 10 parpol saja!Cukup kan?! Gak bikin bingung dan boros biaya Pemilu!
Salam cantik dan manja dari saya,“Hidup adalah perbuatan!”
saya tertarik dengan nick name ibu… “putri indonesia” … dan kalimat “salam cantik dan manja dari saya”… begitu menggoda dan menggemaskan …. wadohhh… hahahahaha
Uda Sabarani mengatakan:
25 Agustus 2008 pukul 12:43 pm
Di saat banyak parpol “menjual” artis…PKS tetep tampil beda tak mau ikut2an
Di saat banyak parpol kisruh tidak puas soal caleg dan konflik internal…PKS cukup terorganisir dalam prosesnya
Di saat para oknum di banyak parpol terlibat kasus…PKS insya Allah “buruknya jauh lebih sedikit”
Di saat banyak parpol lain telat datang ke KPU mendaftar calegDi Padang, PKS membawa berkas calegnya dengan keranda mayat!
Di saat beberapa parpol gemar memasang bendera di tiang2 tertinggi…PKS lebih memilih membuat acara langsung ke pelosok RT/RW
Oke, banyak parpol yang bagus kok, tapi aku suka PKS Dari yang sekedar simpatik, hanya itu….
Di Deliserdang, Sumut, pendiri dan tokoh PKS diinformasikan justru menyeberang ke partai lain. Gimana nih?
manpuk mengatakan:
26 Agustus 2008 pukul 3:51 am
aku tau benar cikal bakal pk - pks karena mereka banyak adik2 kelas aku, mereka setia dan loyal, tp yg membuat aku tdk suka pd mereka mengaku dirinya islam tp kelakukannya tdk seperti orang islam,banyak yg munafik. hati2 mereka akan mendirikan negara islam. coba cek anggota mereka yg telah berumah tangga minimal anaknya 6 orang, jd kl anggota mereka 5jt kk x 6 = 60 jt org,mereka mulai dari kelompok forstudi dikampus2 kota besar. mereka memang anti pdi perjuangan apalagi terhadap ibu megawati,tp aku sangat senang dgn kejadian di jcc kemayoran th lalu ibu mengalungkan ucapan trima kasih kpd ketua mpr.kl di propinsi kami aku perdiksi suara pemilu 2009 akan melorot,krn udah dikasih kesempatan tp byk mengkecewakan masyarakat.
hmmmm
pengamat kelakuan oknum pks mengatakan:
26 Agustus 2008 pukul 4:03 am
dimana partai tdk meminta uang utk calon gubernurnya dan walikotanya pks memintanya kpd bpk gamawan fauzi dan yusman kasim. dimana mereka berkoar tdk memakai mobil pemerintah tp mereka melakukannya cek aja sendiri di seketariat dewan malah untuk memasang dan menurunkan atribut kl aja waktu itu ada hp camera aku dokumentasikan kegiatan mereka.
hmmmm… ada komentar?

Sumber :nirwansyahputra.wordpress.com