Kamis, 14 Mei 2009

Koalisi parpol lebih sebagai persekongkolan

JAKARTA : Koalisi parpol saat ini merupakan sebuah persekongkolan karena tidak memerhatikan sistem dan melupakan rakyat sehingga berjalan dengan liar.Pengamat politik UI Arbi Sanit mengatakan koalisi merupakan konsekuensi dari pemilu dengan multipartai sebagai upaya untuk membangun kekuatan. "Nasib suara rakyat pascapemilu legislatif mempertanyakan landasan koalisi pilpres. Mereka [politisi] seperti orang mabuk karena tidak ada aturan main yang jelas, tidak jelas mau ke mana," ujarnya di Jakarta hari ini.Pemantau dari Lingkar Madani Ray Rangkuti sepakat dan menyayangkan pemilu saat ini dinilai mengalami penurunan. "Tiga kali pemilu, tapi pemainnya itu-itu juga. Tidak ada regenerasi. Saya tidak percaya demokrasi akan lebih baik di tangan mereka," terang Ray. Menurut dia, waktu dua hari yang tersisa untuk melakukan koalisi tidak menutup kemungkinan terhadap hal apapun. Pilihan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Gubernur Bank Indonesia Boediono, dinilai Ray bukan sesuatu yang pasti. Partai politik berlandaskan Islam (PPP, PKS, PKB) mungkin saja membuat poros baru."Banyak yang bisa terjadi. Namun, menurut saya tiga kriteria penting untuk pemimpin bangsa adalah gabungan antara orang tua-orang muda, pemain lama-pemain baru, dan partai-nonpartai. SBY hampir bisa dipastikan oleh survei akan memenangkan pemilu. Pilihan dari nonpartai itu sesuatu yang penting," tuturnya. Arbi menyatakan pilihan SBY merupakan sebuah inovasi. Menurut dia, memilih teknokrat sebagai cawapres bukan sesuatu masalah, SBY bahkan berani untuk melawan koalisinya sendiri. Arbi menambahkan konsep konvensional bahwa militer dipasangkan dengan sipil atau Islam dengan nasionalis akan dipatahkan jika pasangan SBY-Boediono sukses dalam pilpres. (tw)

Tidak ada komentar: