Kamis, 14 Mei 2009

Internet jadi kunci pemasaran

Internet merupakan salah satu media yang paling ampuh untuk menautkan manusia dengan kemampuan menembus sekat ruang dan waktu.
Salah satu fenomena yang menarik akhir-akhir ini adalah demam Facebook, yang melanda semua lapis generasi.
Ibu-ibu di rumah maupun wanita karier bisa saling menemukan 'sahabat yang hilang' berkat situs jejaring sosial tersebut. Tidak mau kalah, anak-anak sekolah pun ikut ber-Facebook ria untuk menemukan komunitasnya sendiri.
Oleh karena itu, tidak salah jika para merchant mulai memanfaatkan Internet sebagai media untuk berpromosi. Bahkan beberapa merchant sudah memanfaatkan Internet untuk transaksi online.
Misalnya saja reservasi tiket pesawat online yang digelar oleh Mandala dan Lion Air. Layanan itu sangat membantu konsumen ketika memesan tiket pesawat secara cepat dan mudah.
Oleh karena itu, membuat tampilan situs yang menarik dan interaktif menajadi keinginan setiap merchant agar mampu berinteraksi 'mesra' dengan pasar.
Keberhasilan pemasaran produk dan jasa saat ini tidak hanya bergantung pada aktivitas konvensional, tetapi juga ditentukan pengelolaan perusahaan atas pemasaran Internet berbasis Web 2.0, mesin pencarian atau search engine, dan komunitas Internet.
Rendy Maulana, CEO Qwords.com, mengungkapkan perangkat pemasaran konvensional seperti halnya di media cetak atau iklan griya luar (bilboard) saat ini harus ditopang pengelolaan perusahaan pada aktivitas pemasaran di Internet.
Alasannya, lanjut praktisi web hosting dan e-commerce ini, keterlibatan masyarakat global dalam berselancar di dunia maya kian tinggi, sehingga pengaruhnya mulai meninggalkan pengaruh perangkat konvensional.
Dia menyebutkan jumlah pengguna Internet di Indonesia yang tahun 2006 saja sudah mencapai 18 juta, atau hampir tiga kali lipat dari total distribusi tahunan koran nasional sekitar 6,5 juta oplah.
Secara keseluruhan, jumlah pengguna Internet dunia per Maret 2008 mencapai 1,4 miliar dengan kontribusi pengguna dari Asia mencapai 530 juta atau tertinggi di seluruh dunia dengan proporsi 37,6%.
Angka ini yang membuat pengaruh media televisi terhadap pemasaran memiliki kisaran efektivitas sekitar 30% sementara pengaruh dari media online dan situs komparasi masing-masing 40% dan 35%.
"Di sisi lain, data terakhir menunjukkan, secara demografi, pengguna Internet di Indonesia tergolong strategis. Sebab 31,5% di antara pengguna adalah mereka yang berpenghasilan Rp5juta-Rp10 juta per bulan," katanya di Bandung, akhir pekan lalu.
Statistik demografi sisanya menunjukkan 10% pengguna adalah yang berpendapatan di atas Rp10 juta setiap bulannya, sementara sisanya (berkisar 51%) adalah yang berpenghasilan kurang dari Rp5 juta sebulan.
Mudah dicari
Dengan demikian, lanjut pengusaha berusia 21 tahun itu, pengelolaan pemasaran di Internet harus dikelola sama baiknya, khususnya pada pemasaran berbasis Web 2.0, mesin pencarian atau search engine, dan komunitas Internet.
Web 2.0 adalah situs interaktif yang menerapkan prinsip words of mouth/WoM di antara penggunanya, mesin pencarian berbasis situs google yang mengedepankan tautan situs, sementara situs komunitas berbasis pertemanan seperti Facebook.
Menurut Rendy, Web 2.0 memiliki peran vital karena rekomendasi WoM yang positif terbukti menghasilkan peningkatan penjualan sebesar 7% sementara rekomendasi negatif menekan angka penjualan sebanyak 1%.
"Demikian pula dengan search engine, situs yang lebih sering muncul di google, misalnya akan menjadi referensi tersendiri bagi pengguna Internet yang akan belanja produk atau menggunakan sebuah jasa layanan."
Oleh karena itu, lanjutnya, perusahaan harus membuat tipikal situs yang disukai mesin pencari. Misalnya membuat situs yang kontennya rajin diperbarui dengan konten gambar yang gampang menarik perhatian.
Sementara itu, situs berbasis pertemanan memiliki prinsip yang hampir sama dengan Web 2.0, di mana keterlibatan produsen terhadap persoalan di komunitas akan menjadi indikator keberhasilan aktivitas pemasaran. (sut) (muhammad.sufyan@bisnis.co.id)

Tidak ada komentar: