Senin, 16 Februari 2009

PROFIL PARPOL PEMILU 2009Partai Demokrat (No. 31)

Selasa, 17/02/2009
Partai Demokrat didirikan tepat pada 9 September 2001. Entah kebetulan atau tidak, tanggal dan bulan yang sama adalah hari kelahiran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang sejak partai itu terbentuk hingga kini, menjabat sebagai ketua dewan pembina. SBY sendiri lahir pada 9 September 1949.Partai yang mengusung karakter sebagai partai nasionalis-religius itu kini dipimpin oleh Hadi Utomo, yang nota bene merupakan kerabat dekat SBY. Hadi dan SBY sama-sama menantu almarhum Jenderal TNI (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo. Baik Hadi maupun SBY sama-sama pensiunan tentara.Kehadiran Partai Demokrat pada Pemilu 2004 langsung menggebrak. Meraup tak kurang dari 7,5% suara, partai baru itu akhirnya berhasil mengusung duet SBY-Jusuf Kalla sebagai presiden-wapres yang terpilih lewat pilpres langsung pada tahun yang sama, mengalahkan duet Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.Kini Partai Demokrat menargetkan perolehan suara pada pemilu legislatif April mendatang sekitar 15%. Akankah target ini tercapai? Sejumlah lembaga survei mengungkapkan kemungkinan besar raihan suara partai tersebut memang akan meningkat.Untuk pilpres mendatang, Partai Demokrat sudah memastikan untuk mengusung kembali SBY sebagai kandidat presiden. Ihwal siapa yang akan menjadi cawapres, sejauh ini belum diputuskan. Seperti partai lainnya, Partai Demokrat akan menunggu hasil pemilu legislatif.Sebelumnya sempat beredar spekulasi kemungkinan besar duet SBY-Kalla akan dipertahankan. Akan tetapi belakangan Partai Golkar mungkin akan mengajukan kandidat capres sendiri. Dengan demikian, spekulasi duet SBY-Kalla tampaknya belum bisa dipastikan.Sulit dibantah, faktor SBY masih menjadi figur sentral dan magnet utama bagi Partai Demokrat. Dengan demikian, kinerja Partai Demokrat pada pemilu legislatif mendatang susah dilepaskan dari kinerja politik SBY, entah sebagai presiden maupun figur publik. (Tomy Sasangka/bisnis.indonesia)

Solusi krisis dalam bahasa politik

Isu ekonomi memang topik menarik untuk dimunculkan pada saat krisis keuangan global, apalagi menjelang pemilu seperti saat ini.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), misalnya, dalam acara dialog bersama antara pengusaha dan partai politik yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), kemarin, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri memperkenalkan paket kebijakan pembangunan ekonominya yang dinamakan kebijakan '2-8' yang artinya dua prioritas misi melalui delapan langkah.
Ada yang unik di sini karena sebutan paket kebijakan '2-8' tersebut ternyata sama seperti nomor urut partai PDI-P yaitu 28. Saya nggak tahu, apakah kesamaan ini kebetulan ataukah memang sengaja dibuat agar sama?
Dengan teks pidato di tangan, Megawati pun dengan lantang menjelaskan satu per satu maksud dari paket kebijakan '2-8' itu kepada peserta yang mayoritas berasal dari kalangan pengusaha.
Dua prioritas misi tersebut adalah, jelas Mega, meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui peningkatan ketahanan bangsa, dan pemerintahan yang jujur, terbuka dan melayani. "Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan perluasan kesempatan kerja," katanya menjelaskan prioritas kedua.
Delapan prioritas itu, pertama, memperkuat pertahanan dan kedaulatan negara. Kedua, memperkuat kedaulatan pangan dan energi. Ketiga, memperkuat kedaulatan keuangan. Keempat, memajukan pendidikan dan teknologi.
Kelima, memajukan kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Keenam, memajukan usaha nasional dengan memperkuat UMKM. Ketujuh, memajukan perdesaan dan kedelapan, menata pelayanan pemerintah.
Berbeda dengan PDI-P, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga menjadi salah satu parpol yang diajak berdialog oleh Apindo, memilih jargon 'keadilan' dalam kebijakan ekonominya. "Dalam kebijakan ekonomi PKS akan menerapkan prinsip 'justice' [keadilan]," tegas Ketua Umum PKS Tifatul Sembiring dalam acara itu.
Bahkan berdasarkan prinsip keadilan itu, Tifatul menyatakan jika partainya berkuasa, kebijakan pengampunan pajak yang selama ini diinginkan pengusaha akan diberikan.
Dia mensyaratkan bila kebijakan tax amnesty diberlakukan, harus ada jaminan sudah tak ada lagi kongkalikong antara pengusaha dan aparat pajak.
Sudah jelas atau malah terkesan sumir? Silakan Anda berpendapat, yang pasti dari sisi strategi saja, '2-8' dan 'justice' lebih banyak menekankan bahasa politik. (oleh : Achmad Aris/ redaksi@bisnis.co.id)

Lihat, apa yang dilakukan orang sukses!

Pertanyaan :
Salam Antusias Pak Dio Martin, saya saat ini sedang merasa sedih karena baru - baru ini saya mengalami suatu kejadian yang sangat tidak mengenakkan. Perusahaan tempat saya bekerja baru saja melakukan perampingan karyawan, dan saya termasuk salah satu orangnya.
Saya saat ini sedang bingung karena tidak tahu mau melakukan apa. Satu - satunya sumber penghasilan yang biasanya selalu saya dapat setiap bulan tiba - tiba saja menghilang. Dapatkah Bapak memberikan motivasi kepada saya supaya saya bisa maju dan bangkit lagi? Saya dalam kondisi stres. Mohon petunjuk. Terima kasih.
Herman - 0818.78.402.XXX
Jawaban
Salam antusias Bung Herman! Apa yang Anda alami saat ini juga dialami oleh beberapa orang yang menjadi karyawan di Indonesia dan di dunia, yang menjadi dampak dari krisis ekonomi global. Saat ini Anda pun tidak sendiri, ada puluhan, ratusan, ribuan yang mengalami hal yang sama seperti Anda. Krisis ekonomi global ini memang "mengharuskan" beberapa perusahaan melakukan perampingan karyawannya.
Saya dapat merasakan apa yang sedang dialami oleh Bung Herman, tetapi daripada berputus asa, raihlah kembali semangat untuk bangun dan melangkah lagi. Kali ini saya secara pribadi akan memberikan tip yang selalu diberikan oleh orang - orang sukses saat mereka menghadapi tantangan, masalah ataupun hambatan dalam hidupnya.
Pertama, Orang sukses selalu melihat kegagalan sebagai sesuatu yang sementara.
Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang berlangsung selamanya, terutama kegagalan ataupun masalah. Demikian moto dari orang sukses, termasuk Steve Jobs yang bahkan dikeluarkan dari perusahaan Apple, yang dibangunnya sendiri.
Mari belajar dari sikap dan karakter dari orang sukses yang selalu menganggap masalah sebagai hal yang sementara. Saat menghadapi masalah, tentunya orang sukses memiliki mental terus dan terus berpikir positif.
Orang sukses selalu melihat suatu masalah, krisis atau hambatan sebagai suatu peluang untuk lebih lagi maju, menjadi lebih baik lagi. Masalah, hambatan ataupun tantangan serta kegagalan yang dialami adalah sesuatu yang membuatnya harus menjadi lebih baik lagi. Sikap positif inilah yang menjadikan orang sukses memandang suatu kegagalan, masalah ataupun tantangan sebagai hal yang sementara.
Saya pun teringat dengan kisah sukses Thomas Alva Edison, sang pencipta bola lampu, kegagalan demi kegagalan didapati-nya, tetapi dirinya meng-anggap hal itu bukan sebagai suatu kegagalan dan melihatnya sebagai suatu yang harus dila-kukan dengan cara dan pendekatan yang ber-beda. Hasil akhirnya Edison berhasil menciptakan bola lampu karena melihat kegagalan yang dialaminya sebagai sesuatu hal yang sementara.
Kedua, Orang sukses melihat kegagalan sebagai sebuah pembelajaran.
Anthony Robbins pernah mengatakan, "Take the opportunity to learn from your mistakes: find the cause of your problem and eliminate it." Ya, selalu saja kita dapat mengambil hikmah dari apa pun yang kita alami, entah itu tantangan, hambatan, masalah maupun kegagalan yang dialami.
Tuhan pun sebenarnya menginginkan setiap dari kita menjadi pemenang, yakni pemenang dalam setiap kehidupan kita. Oleh karena Tuhan sudah menciptakan kita secara sempurna, maka 'bola keberhasilan' itu kembali kepada tangan kita untuk mewujudkannya. Jadi, bagaimana caranya?
Salah satu caranya adalah dengan bagaimana sikap kita saat kita mengalami kegagalan ataupun masalah dalam kehidupan ini. Apakah kita mau untuk belajar dari hal ini? Pertanyaan saya bagi Anda, Bung Herman, apa yang Anda pelajari?
Saat mengalami baik masalah maupun kegagalan semacam ini, hal ini bisa menjadikan starting point bagi Anda untuk lebih baik. Dalam buku saya, Management Intrapreneurship saya menjelaskan kualitas yang akan membuat diri kita menjadi seorang bintang di tempat kita bekerja ataupun berusaha, salah satunya kualitas tetap antusias meskipun mengalami kekalahan.
Dengan kualitas - kualitas yang Anda bangun, percayalah diri Anda akan menjadi lebih berkualitas lagi!
Ketiga, Orang sukses menganggap kegagalan sebagai kesempatan jatuh ke depan (falling forward) dan memantul ke depan (bounce forward).
Kualitas terakhir inilah yang seharusnya Anda miliki, khususnya saat ini! Setiap kegagalan anggaplah menjadikan diri kita sebagai jatuh ke depan dan bukan jatuh ke belakang. Memantul ke depan dan bukannya memantul ke belakang. Intinya apa pun yang dialami jadikan itu sebagai sesuatu untuk memajukan!
Lihatlah permainan bola basket! Pada saat bola digiring, tentunya bola tersebut selalu dijatuhkan atau dipantulkan ke depan, karena sang pemain mau terus membawa bola tersebut ke mana pun dia bergerak.
Namun, bola tersebut bukannya dibuang ke belakang, sehingga permainannya justru terhambat ataupun mundur. Nah, seperti itu pula, Anda pun harus memiliki mental positif saat mengalami masalah, hambatan maupun kegagalan.
Anggaplah itu sebagai sesuatu yang membuat terjatuh ke depan sehingga makin mendekatkan dengan tujuan akhir Anda! Tidak mudah, tapi Anda bisa memilih sikap semacam ini!
Dengan demikian, Bung Herman tetaplah memiliki semangat dan daya juang! Toh bukan hanya Anda saja yang mengalami situasi ini. Namun, percayalah, supaya diri Anda bisa lebih maju lagi dari kondisi sekarang selalulah melihat pada orang - orang sukses di sekeliling Anda.
Jangan banyak mengelilingi diri Anda dengan mereka yang juga kalah, Anda akan semakin depresi. Amati apa yang orang sukses lakukan, pelajari mentalitas apa yang mereka miliki. Mereka pun tidak selalu menang. Namun, mereka selalu bisa memilih sikap mereka yang terbaik.
Jadi, apa pun masalah yang sedang Anda hadapi saat ini janganlah membuat Anda menjadi berhenti maupun mundur, tetapi teruslah jadikan sebagai motivasi untuk terus maju dan maju lagi!
Jadikanlah diri Anda bagian dari minoritas manusia yang tetap tegar, berdiri, dan maju lagi, meskipun mengalami kegagalan. Sementara itu, sebagian besar tenggelam dalam rasa kecewa, frustrasi bahkan depresi. Jangan menjadi bagian dari mayoritas tersebut dan buktikan bahwa diri Anda memang beda (Anthony Dio Martin, naging Director HR Excellency/Bisnis.com).