Jumat, 12 Juni 2009

Reformasi pertanian

Pertanian Jepang sedang berada di tepi jurang. Jumlah keluaran tahunan mengalami penurunan selama bertahun-tahun dan saat ini hanya bernilai 8 triliun yen, sama dengan penjualan tahunan Panasonic Corp.Penyebab utama penurunan tersebut karena kebijakan jangka panjang pemerintah yang mengurangi lahan penghasil beras untuk mempertahankan harga beras yang justru menyebabkan konsumen membeli beras dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama menyurutkan motivasi dan inisiatif dari para petani. Dengan alasan melindungi para petani beras, pemerintah menghabiskan 7 triliun yen uang pajak untuk mengendalikan produksi.Populasi pertanian mengalami penuaan dengan cepat, mereka yang berprofesi sebagai petani 60%-nya berusia 65 tahun lebih. Beberapa tahun ke depan sektor yang telah kekurangan tenaga kerja itu akan semakin kehilangan harapan.Kedua partai, partai Demokrat Liberal dan oposisi Minshuto (Partai Demokrat Jepang) harus dapat menawarkan perencanaan untuk menghidupkan kembali industri pertanian Jepang sebagai bagian dari kebijakan mereka.• The Asahi Shimbun, 10 Juni 2009
sumber: bisnis.com

Membenahi keuangan

Target pembangunan kembali bidang ke?uang?an oleh pemerintah telah di?ma?suk?kan dalam rancangan ‘kebijakan utama 2009’-panduan dasar untuk pengelolaan ke?bijakan fiskal dan ekonomi serta reformasi struktural.Tambahan tersebut merupakan cabang dari catatan program stimulus yang diumumkan k?abinet Perdana Menteri Taro Aso untuk meng?atasi krisis ekonomi.Di sisi lain terus membebankan ge?nerasi masa datang dengan utang akan se?ma?kin me?le?mahkan tingkat jaminan keamanan so?sial dan pelayanan publik lainnya yang di?terima anak cucu kita nantinya dibandingkan de?ngan tun?jangan yang ditawarkan saat ini.Rancangan target baru tersebut meng?adopsi dua patokan kunci. Pertama, ke?bi?jakan kon?vensional untuk memperbaiki ke?se?im?bangan utama-di mana untuk tahun fis?kal ini saja pe?ngeluaran tahunan didanai dengan pa?jak peng?hasilan. Ke?dua, utang publik se?bagai persentase dari pen?dapatan produk bruto negara dengan wi?la?yah-wila?yah?nya.• The Asahi Shimbun, 11Juni 2009
sumber : bisnis.com

Anomali diperbankan

Perbankan nasional mengalami anomali. Di tengah melimpahnya likuiditas, bank-bank tidak juga menurunkan suku bunganya. Selisih antara dana masyarakat dan kredit se?pan?jang tahun ini rerata sekitar Rp430 triliun. Pa?da periode yang sama, dana perbankan yang di?ti?tipkan ke sertifikat Bank Indonesia (SBI) rerata ni?lainya di atas Rp210 triliun, sementara total aset per?bankan rerata sekitar Rp2.300 triliun. Artinya dana perbankan yang idle mencapai lebih dari 9% dari total aset.Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) te?lah turun sebesar 250 basis poin, sementara pada periode yang sama suku bunga dasar kredit ha?nya terkoreksi sebesar 78 basis poin menjadi 13,49%. Meskipun beberapa bank sudah mulai me?nurunkan bunga kredit pemilikan rumah (KPR), nyatanya bunga kredit konstruksi dan beberapa jenis kredit lainnya masih enggan tu?run.Kondisi ini telah membuat geram para peng?usa?ha. Mereka sulit melakukan ekspansi terken?dala oleh tingginya suku bunga kredit. Dan bankir pun dituding mau untungnya sendiri de?ngan menetapkan suku bunga tinggi.Pertanyaan yang harus dicari ja?wabannya adalah mengapa hal ini bisa terjadi?Sikap trauma para bankir ter?hadap krisis finansial tam?pak?nya telah membuat kepercayaan antarbank menjadi luntur. Bank sangat memilih da?lam me?nyalurkan dana antarbank-karena tidak adanya ja?minan pemerintah-sehingga membuat biaya da?na menjadi tetap tinggi. Sementara masalah li?kuiditas menjadi prioritas utama bank. Ting?gi?nya risiko bisnis dan risiko politik masih men?jadi perhatian para bankir.Harian ini melihat selama ini bank lebih ba?nyak dijalankan dengan memakai horizon jangka pend?ek. Bank tidak beda dengan bisnis ke?uangan lainnya, yaitu untuk mendapatkan ke?untungan secara cepat.Bank sebenarnya adalah bisnis jangka panjang dan wajib memiliki kredibilitas tinggi di mata na?sabah dan masyarakat. Untuk mewujudkannya, di?perlukan investasi infrastruktur yang kuat di bi?dang teknologi, sistem, jaringan cabang, produk dan layanan jasa perbankan, hingga SDM.Melalui pembangunan fondasi yang kuat ma?ka bank akan menjadi lembaga keuangan mo?dern? dan tidak lagi terlalu mengandalkan kredit un?tuk mendapatkan laba.Seperti di negara maju, bank harus menjadi alat dan sistem pembayaran masyarakat melalui produk dan layanan, teknologi, serta jaringan cabangnya. Bank bisa mengandalkan pendapatan dari fee based dari berbagai transaksi perbankan. Dengan fondasi yang kuat maka secara jangka panjang bank akan mampu berkembang dan menguntungkan melalui berbagai jasa layanan perbankan.
sumber: bisnis indonesia

Pajak rokok belum final

JAKARTA: Keputusan mengenai pengenaan pajak rokok di kisaran 10%-15% dari tarif cukai rokok dalam amendemen Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), belumlah final.Ketua Panitia Khusus RUU PDRD Harry Azhar Azis mengatakan selama keputusan tersebut belum disahkan dalam rapat paripurna DPR, perubahan masih bisa terjadi.“Ini kan masih kesepakatan di tingkat panja, jadi jika tiba-tiba pemerintah atau DPR ada yang berubah itu masih mungkin terjadi. Tapi biasanya kan orang melihat dari konsistensinya,” katanya kepada di Jakarta, kemarin.Di tempat terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gapri) menggelar konferensi pers yang intinya menolak keras pemberlakuan pajak rokok dalam RUU PDRD. (Bisnis/ACA)

Jadikan pajak alat kampanye

Kampanye Barack Obama tentang pajak mampu meraih dukungan rakyat
Sampai saat ini kampanye calon presiden (capres) belum menyinggung masalah perpajakan sebagai salah satu materinya. Dialog capres dengan Kadin (18 Mei) lebih fokus pada agenda pertumbuhan ekonomi, belum menyentuh sama sekali kepada materi perpajakan.Dalam dialog dunia usaha dengan ca?pres pada 2004, re?formasi pajak jus?tru menjadi agen?da utama eko?nomi para capres saat itu (2 Agustus 2004). Mengapa sampai sa?at ini para capres belum me?munculkan pajak sebagai alat kam?panyenya? Tulisan ini men?coba mengupas lebih dalam ur?gensi pajak sebagai alat kam?panye para capres.Benang merah yang dapat di?ta?rik dari hasil diskusi capres de?ngan Kadin beberapa waktu lalu adalah para capres menargetkan ter?jadi pertumbuhan ekonomi apa?bila mereka terpilih kelak. Ca?pres Jusuf Kall optimistis da?pat mencapai pertumbuhan eko?nomi 8% pada 2011, capres Su?silo Bambang Yudhoyono lebih konservatif dengan menargetkan pertumbuhan 7% sedangkan ca?pres Megawati optimistis per?tum??buhan dapat mencapai dua di?git.Kalau melihat struktur dan sta?tistik pertumbuhan ekonomi saat ini, sangat dimungkinkan se?kali para capres untuk me?nyusun skenario pertumbuhan eko?nomi. Pertumbuhan eko?nomi erat kaitannya dengan faktor kon?sumsi (pemerintah dan ru?mah tangga), investasi (pe?m?ben?tuk?an modal tetap bruto) dan ne?raca ekspor-impor.Data BPS menunjukkan per?tum?buhan ekonomi Indonesia kuartal I 2009 mencapai 4,4%, de?ngan komponen utama per?tumbuhan adalah konsumsi ru?mah tangga sebesar 3,4%, di?su?sul konsumsi pemerintah se?be?sar 1,2% dan investasi sebesar 0,8%.Nah, kebijakan perpajakan me?ru?pakan satu hal yang sangat pen?ting untuk meningkatkan per?tumbuhan ekonomi. Melalui pe?ningkatan tax ratio, maka pe?ne?rimaan pajak yang besar akan da?pat digunakan secara leluasa un?tuk peningkatan pengeluaran pe?merintah (government spend?ing). Kebijakan pemotongan pa?jak (tax cut) juga akan mem?be?ri?kan dampak pada meningkatnya kon?sumsi rumah tangga, in?vestasi (pembentukan modal te?tap bruto) dan neraca ekspor-im?por.Para capres dapat me?na?war?kan peningkatan tax ratio dalam kam?panyenya. Tentunya, pe?ning?kat?an tax ratio yang dimaksud di?peroleh melalui peningkatan pe?nerimaan pajak melalui per?lu?as?an basis pajak (tax base).Artinya, dengan jumlah wajib pa?jak yang terus meningkat, per 31 Maret 2009 se?ba?nyak 11,167 ju?ta wajib pajak (WP), maka tam?bahan pe?ne?ri?maan pa?jak sa?ngat mung?kin ter?jadi. Di?tam?bah la?gi kon?disi pen?ca?paian tax ratio sa?at ini dapat dijadikan peluang ba?gi capres untuk me?nawarkan program peningkatan tax ratio.Produk domestik bruto (PDB) tri?wulan I 2009 mencapai Rp1.300,3 triliun (BPS, 2009) de?ngan penerimaan pajak Rp173,1 trilun (www.pajak.go.id), maka tax ratio triwulan I 2009 men?capai 13,3%. Diperkirakan pada 2009 ini PDB Indonesia akan men?capai Rp5.487,6 triliun de?ngan rencana penerimaan pajak (PPh, PPN, PBB dan pajak la?in?nya) sebesar Rp647,9 triliun (APBN 2009, www.fiskal.dep?keu.go.id), maka diperkirakan tax ratio mencapai 11,8%.Pemotongan pajakKampanye Barack Obama ten?tang kebijakan pajak mampu me?narik rakyat AS untuk men?dukungnya. Tidak salah kalau pa?ra capres juga melirik ke?bi?jakan pajak ala Obama tersebut. Dia menawarkan pe?motongan pa?jak (tax cut) bagi pen?du?duk ke?las me?ne?ngah sebesar US$736 mi??liar dan UKM sebesar US$100 miliar, se?baliknya me?nge?nakan pajak yang lebih ting?gi ke?pada orang ka??ya. De?ngan ke??bi?jakan ini, se?tiap ke?lu?arga kelas menengah akan he?mat US$800 setiap tahunnya.Sebagai respons dari krisis glo?bal, pemerintah me?ne?rapkan stimulus fiskal yang ter?di?ri dari pemotongan pajak (tax cut) dan pengeluaran pe?me?rintah (govern?ment spending). Pe?mo?tongan p?jak memiliki por?si yang terbesar dari pa?ket ke?bi?jakan fiskal tersebut, yai?tu se?be?sar Rp43,0 triliun dari total Rp73,3 triliun, yang meliputi pe?nu?runan tarif dan peningkatan peng?hasilan tidak kena pajak (PTKP).Peluang para capres untuk meng?kampanyekan pemotongan pa?jak ma?sih ter?buka. Walaupun ta?rif pa?jak ber?si?fat progresif, di?ma?na lapisan penghasilan ter?tentu akan dikenakan tarif pajak ter?tentu, tetapi peluang untuk men?aikkan tarif dan me?nu?run?kan tarif pada lapisan tertentu ma?sih memungkinkan.Terlebih, kebijakan penurunan ta?rif sesuai UU No. 36/2008 ten?tang Pajak Penghasilan bersifat ke?seluruhan, tanpa mem?be?da?kan kelompok penghasilan ter?tentu (kaya, menengah atau mis?kin).
Sumber : bisnis indonesia

Prospek peringkat utang Indonesia naik

JAKARTA: Moody’s Investor Service, lembaga pemeringkat internasional, menaikkan prospek utang Indonesia dari stabil ke positif atas peringkat yang tidak berubah di posisi Ba3.Selain memperbaiki outlook tersebut, Moody's juga menaikkan prospek pinjaman swasta dalam bentuk valas dari stabil ke positif yang saat ini berperingkat B1. Akan tetapi, prospek pinjaman pemerintah dalam bentuk valas yang kini mendapat peringkat Ba2, tetap memperoleh penilaian stabil."Perbaikan prospek ini didorong oleh prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif kuat dan meningkatnya efektivitas kerangka kebijakan makroekonomi," ujar Vice President dan Sovereign Analyst Moody's Aninda Mitra dalam siaran pers yang diterima Bisnis, kemarin.Kendati berada di tengah resesi global, Indonesia diperkirakan tetap mencapai pertumbuhan 4% tahun ini. Menurut Mitra, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif baik tersebut terutama ditopang oleh permintaan domestik yang kuat dan keseimbangan ekonomi dengan momentum investasi yang tidak rentan menghadapi perdagangan global dan guncangan finansial."Meningkatnya aktivitas ekonomi atas tren akhir-akhir ini [pertumbuhan] sebesar 5,5% diharapkan bisa terjadi pada 2010. "Dia yakin dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan lebih stabil dan berada pada posisi lebih baik daripada negara regional lain yang banyak mendapat peringkat Ba.Lembaga itu juga menyoroti pengelolaan kerangka makroekonomi yang meningkat dan efektivitas kebijakan proreformasi akan bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan siklus pemilu. “Perkembangan itu menandakan kredibilitas pertumbuhan dan proyeksi dari kebijakan pemerintah,” kata Mitra.Risiko turunMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai peningkatan outlook utang Indonesia versi Moody's ini menegaskan risiko perekonomian Tanah Air jauh lebih kecil dari yang diperkirakan oleh negara-negara acuan."Outlook Moody's atas rating sovereign dari stabil menjadi positif, artinya tingkat risiko menurun. Ini mengonfirmasi kebijakan utang dan defisit secara objektif dan bisa dipertangungjawabkan," jelasnya.Dengan begitu, lanjutnya, dari sisi ketahanan ekonomi, Indonesia dianggap sudah membaik. Menurut Sri Mulyani, perbaikan itu terutama dari sisi neraca pembayaran yang menunjukkan aliran modal masuk lebih baik dibandingkan dengan kondisi awal.Di sisi lain, Moody’s menyebutkan perbaikan fundamental kredit juga menjadi faktor penting lain yang mendorong dilakukannya perubahan proyeksi. “Utang pemerintah dan swasta Indonesia diperkirakan turun menjadi 31% dan 25% dari PDB hingga akhir 2009,” kata Mitra. (16)
Oleh Achmad ArisBisnis Indonesia

ICW temukan penggelembungan biaya haji

JAKARTA: Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan indikasi adanya penggelembungan (mark up) biaya hidup jemaah haji Indonesia hingga lebih dari US$3 juta atau senilai Rp30,09 miliar untuk periode 2005 hingga 2007.
Mengacu pada biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) yang dilaporan oleh Departemen Agama (Depag), total biaya hidup jemaah haji reguler pada 2005 mencapai US$75,83 juta dan terus naik menjadi US$75,64 juta pada 2006 dan US$78,19 juta pada 2007.
Adapun, berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh ICW, total biaya hidup jemaah haji pada 2005 seharusnya hanya sebesar US$75,06 juta dan turun menjadi US$74,86 juta pada 2006. Selisih total biaya hidup jemaah haji yang ditetapkan oleh Depag dan yang dihitung kembali oleh ICW untuk penyelenggaraan ibadah haji pada 2007 bahkan mencapai US$1,46 juta. (Bisnis/TRI)

Rabu, 10 Juni 2009

Peresmian Suramadu diwarnai demo 7 tuntutan

Rabu, 10/06/2009 11:03 WIB
Peresmian Suramadu diwarnai demo 7 tuntutan
BANGKALAN (Antara): Aksi demo pada peresmian jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa Menggugat (AMM), hari ini, diwarnai aksi saling dorong antara pihak demonstran dan petugas keamanan. Aksi saling dorong ini terjadi, karena mahasiswa memaksa masuk ke lokasi peresmian jembatan di Bangkalan, tapi dihadang oleh polisi. Pendemo memaksa untuk mendekati lokasi peresmian jembatan Suramadu sehingga terjadi aksi saling dorong.Aksi ini tidak berlangsung lama, karena jumlah demonstran dengan jumlah petugas keamanan tidak sebanding. Para demonstran akhirnya mundur pelan-pelan setelah sebelumnya membacakan pernyataan sikap."Kami datang ke sini ini hanya untuk meminta kepada pemerintah, agar tidak menjadikan jembatan Suramadu sebagai bisnis belaka," kata koordinator lapangan (korlap) aksi, Erfandi. Ada tujuh tuntutan yang disampaikan demonstran pada aksi kali ini, yang disebut dengan "Tugu Rama" (tujuh gugatan rakyat Madura). Antara lain, meminta pemerintah menghapus privatisasi aset, mewujudkan kontrak antara masyarakat dan pemerintah terkait eksploitasi sumber daya alam (SDA), dan meminta adanya transparansi pembebasan lahan pasca-Suramadu.Tuntutan selanjutnya adalah meminta pemerintah membentuk peraturan daerah (Perda) asosiasi sosial, memberdayakan sektor pertanian dan transparansi kebijakan tata ruang.Aksi demo yang digelar mahasiswa dari berbagai fakultas Unijoyo tersebut, memacetkan arus lalu lintas di sekitar kaki jembatan Suramadu. (ln)
sumber: bisnis indonesia

Pengguna jembatan Suramadu bayar 1 kali

SURABAYA (Bisnis.com): PT Jasa Marga Tbk akan menerapkan sistem pembayaran satu kali transaksi di jembatan tol Surabaya--Madura (Suramadu).Dirut Jasa Marga Frans S. Sunito mengatakan pemberlakuan itu merupakan sistem terbuka yang untuk kendaraan roda empat atau lebih dan sepeda motor."Pengoperasian jembatan tol Suramadu ini memakai sistem terbuka, artinya pengendara hanya membayar satu kali," katanya dalam siaran pers yang dikeluarkan, hari ini.Dia menyatakan pihaknya telah menyiapkan gerbang masuk tol di sisi Surabaya (Gerbang Tol Surabaya) dan di sisi Madura.Gerbang tol itu terdiri dari tiga gardu untuk pengendara kendaraan roda empat atau lebih dan satu gardu tol untuk pengendara sepeda motor.Menurut pantauan Bisnis.com, Jasa Marga belum mencantumkan tarif tol Suramadu di gerbang tol Surabaya dan Madura.Rencananya, tarif tol jembatan Suramadu akan lebih murah 40% hingga 60% dibandingkan dengan tarif angkutan penyeberangan menggunakan kapal ferry.Frans mengungkapkan sebagai operator tol Suramadu pihaknya berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna. "Selain itu juta turut berpartisipasi dalam memajukan pembangunan perekonomian masyarakat Jawa Timur," ujar Frans.Pemerintah telah menetapkan Jasa Marga sebagai operator jembatan tol Suramadu selama 18 bulan ke depan. Jasa Marga saat ini mengoperasikan 13 ruas tol di berbagai wilayah di Indonesia. Jasa Marga juga berpengalaman sebagai operator jembatan tol Jamuna di Bangladesh.(er)
oleh : Hendra Wibawa
Bisnis Indonesia

Mandiri Seriusi Pasar Madura

SURABAYA - Perlahan namun pasti, beroperasinya Jembatan Suramadu (yang sesuai jadwal diresmikan hari ini, red) mulai mendongkrak minat investasi di Madura. Salah satunya, PT Bank Mandiri Tbk yang berencana membuka kantor cabang baru di Bangkalan pada Juli mendatang. Regional Manager Bank Mandiri Kanwil VIII Surabaya Jiantok Hardjiman mengungkapkan, selama ini pasar Madura kurang tergarap optimal. Bahkan, pihaknya hanya punya dua kantor cabang di Pulau Garam tersebut, yakni di Pamekasan dan Sumenep. Pangsa pasarnya pun kurang begitu besar. Dengan penambahan satu kantor cabang baru, diharapkan penetrasi pasar bisa semakin dalam. "Target kami, dalam satu tahun minimal cabang Bangkalan bisa menghimpun DPK (dana pihak ketiga) sebesar Rp 25 miliar," katanya di sela-sela penandatanganan kerja sama Bank Mandiri dengan Universitas Kristen Petra di Hotel Sheraton, Surabaya, kemarin (9/6).Dia menambahkan, hingga saat ini cabang Pamekasan mampu mengumpulkan DPK sebesar Rp 50 miliar dan cabang Sumenep Rp 18 miliar. Dengan adanya Jembatan Suramadu, Jiantok berharap muncul berbagai pemicu pertumbuhan kinerja perbankan di Madura. Misalnya, pertumbuhan investasi, industri, dan perdagangan. "Kami juga berencana membuka kantor cabang di Sampang," imbuh Jiantok.Untuk di Jatim sendiri, Bank mandiri juga berencana menambah kantor-kantor cabang baru dalam waktu dekat. Lokasi yang dipilih adalah Malang, Surabaya, Madiun, Madura, dan Kediri. Selain itu juga akan dibuka 16 kantor cabang baru di Bali, NTT, dan NTB. "Jika semua terealisasi, jumlah kantor cabang di wilayah Kanwil VIII menjadi 152," tuturnya. (luq/fat)
sumber:jawapos.com

BPK Temukan Pungutan Tak Resmi Rp 731 miliar oleh 11 Kementerian/Lembaga

JAKARTA - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih menemukan berbagai jenis pungutan di kementerian/lembaga yang tidak memiliki dasar hukum dan dikelola di luar mekanisme APBN. Dalam audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2008, diketahui adanya pungutan liar sekitar Rp 731 miliar oleh 11 kementerian/lembaga. Pungutan itu merupakan salah satu dari sembilan kelompok permasalahan yang membuat BPK memberikan opini disclaimer (tidak menyatakan pendapat) pada LKPP 2008. Opini disclaimer kali ini merupakan kali kelima sejak LKPP dibuat pertama kali untuk tahun anggaran 2004. Hasil audit BPK dilaporkan Ketua BPK Anwar Nasution dalam rapat paripurna DPR di Jakarta kemarin (9/6). Anwar mengatakan, saat ini juga masih marak pungutan tambahan atas tarif resmi yang dicatat di luar pembukuan resmi dalam hal pelayanan publik. Contohnya pengurusan akta kelahiran, KTP, SIM, imigrasi, biaya perkara, izin mendirikan bangunan, hingga biaya pemakaman. "Masalah ini mencerminkan belum adanya program terpadu dalam pembangunan sistem keuangan negara," kata Anwar. Administrasi penerimaan hibah dalam negeri maupun luar negeri juga belum tertib. BPK menemukan 15 kementerian/lembaga yang menerima hibah secara langsung minimal senilai Rp 3,93 triliun tidak dipertanggungjawabkan dalam mekanisme APBN. Permasalahan lain adalah belum adanya sinkronisasi undang UU Keuangan Negara dengan UU Perpajakan dan UU Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kondisi itu diperparah adanya sikap tidak patuh terhadap peraturan perundang-undangan. Ketidakpatuhan itu tecermin antara lain pada kasus penetapan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk 63 Pemerintahan Daerah senilai Rp 1,3 triliun yang tidak memenuhi kriteria UU No 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan. Ada pula dugaan pengeluaran dana fiktif senilai Rp 9,9 miliar yang dibayarkan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta II. Masalah utama lainnya adalah inventarisasi aset negara di berbagai instansi pemerintahan berjalan lambat dan penilaiannya belum seragam. "Dalam LKPP ini dilaporkan inventarisasi dan revaluasi aset tetap pada 12.053 dari 22.307 satuan kerja yang belum selesai dilakukan. Juga hasil revaluasi aset pada 8.200 satuan kerja senilai Rp 77,32 triliun belum dibukukan," katanya. (sof/fat)
sumber:jawapos.com

Mewaspadai Survei yang Menyesatkan

Hasil survei beberapa lembaga menempatkan pasangan SBY-Boediono sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres). Misalnya, hasil survei FOX Indonesia per 7 Juni menyebutkan, pasangan Mega-Pro hanya memperoleh 21,18 persen, SBY-Boediono 70 persen, dan JK-Win 7 persen. Sementara itu, hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) per 4 Juni menempatkan pasangan Mega-Pro di urutan kedua dengan 18 persen, SBY-Boediono di urutan pertama (70 persen), dan JK-Win di urutan ketiga (7 persen). Begitu pula hasil survei LSN per 25 Mei, pasangan Mega-Pro meraih 11,80 persen, SBY-Boediono 67,10 persen, dan JK-Win 6,70 persen. Jika hasil survei itu benar-benar terbukti, pasangan SBY-Boediono tentu memenangi pilpres hanya dengan satu putaran. Di what's on your mind Facebook, salah seorang teman mengatakan, untung Mega-Pro dan JK-Win mengenyahkan hasil-hasil survei tersebut. Sebab, jika percaya, boleh jadi mereka tak meneruskan kompetisi. Dengan demikian, apalah jadinya Indonesia. Hasil survei beberapa lembaga memang terkesan memiliki motif penggiringan wacana pemilih. Alasan pertama, pemilik lembaga-lembaga survei itu dekat dengan kekuasaan. Sebut saja FOX Indonesia yang digawangi Mallarangeng bersaudara. Begitu juga LSI, yang memiliki kedekatan dengan Aburizal Bakrie, yang kini masih menjabat menteri di kabinet SBY.Untuk menghindari stereotip dan subjektivitas, mari kita lihat filosofi dan pendekatan metodologi yang digunakan. Selama ini, para pegiat survei selalu mengagungkan logika seperti ini: Jika ingin mengetahui jenis darah dalam tubuh, Anda tak usah repot-repot memberikan semua darah Anda, tapi cukup setetes. Sebab, setetes itu sudah merepresentasikan semua darah yang terkandung di tubuh Anda. Sepintas, logika itu benar jika dinisbahkan pada soal ilmu pasti (scientific science). Sebab, selama ini, jika kita ingin mengetahui golongan darah di tubuh, seorang dokter hanya mengambil setetes darah dari salah satu jemari kita. Namun, apakah logika yang sama bisa digunakan atau dibangun untuk mengukur kemajemukan pemilih dalam ilmu sosial atau politik (social science)? Sedangkan sifat ilmu pasti memang sangat tepat dan tidak berubah, dari dan sampai kapan pun. Itulah yang membedakan ilmu pasti dengan ilmu sosial yang sangat dinamis dan mudah berubah. Bahkan, Clifford Geertz (1977) sendiri pernah berkata, "The way in which mathematicians and physicists and historians talk is quite different, and what a physicist means by physical intuition and what a mathematician means by beauty or elegance are things worth thinking about." Maksudnya, ada perbedaan cara pandang, persepsi, kerangka berpikir, dan tentu juga hasil, antara ahli ilmu pasti dan ilmu sosial. Karena itulah, jangan mengandaikan atau melogikakan ilmu pasti untuk diterapkan pada ilmu sosial. Itu sama saja dengan membangun rumah di atas air. Apalagi, lebih spesifik, ilmu sosial yang dimaksud adalah politik. Lebih khusus lagi politik praktis yang berkaitan dengan persepsi massa, yang tentu saja sangat mudah berubah.Selain soal filosofi, apakah pendekatan metodologinya sudah benar? Untuk mengulas hal itu, mari kita ambil contoh dari salah satu lembaga survei. Lewat media website-nya, LSI mengumumkan, LSI merilis hasil survei terbaru yang dilakukan pada 25-29 Mei 2009 di 33 provinsi dengan jumlah responden 3.050 orang dengan margin of error 1,8 persen plus minus. Artinya, LSI menggunakan responden sekitar 3.050 orang yang tersebar di 33 provinsi. Dan, seperti kita tahu, hasil survei itu dirilis pada 4 Juni lalu serta menempatkan pasangan SBY-Boediono sebagai pemenang dengan 70 persen voters.Secara metodologi, tak ada lembaga survei mana pun yang meragukan akuntabilitas LSI. Tapi, persoalannya adalah soal pendekatan metodologi tersebut. Terutama persoalan teknis, seperti pada saat para surveyor terjun langsung ke lapangan untuk menanyai satu per satu responden. Apakah tingkat independensi antara surveyor dan responden benar-benar terjaga? Sebab, selama ini ditengarai atau terdapat kesan, ada penggiringan wacana dari surveyor ke responden. Akibatnya, responden akhirnya memilih salah satu pasangan yang dikehendaki surveyor, yang notabene pesanan salah satu pasangan tertentu. Itulah sebabnya, banyak orang selalu bertanya-tanya tentang tingkat independensi lembaga survei. Apakah lembaga tersebut memiliki interes politik ataukah benar-benar independen. Kenyataannya, yang pertama lebih mendominasi daripada yang kedua. Karena itulah, lembaga survei perlu dikawal agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dan kebebasan berpendapat. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu sebenarnya telah menerbitkan Peraturan KPU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Partisipasi Masyarakat. Peraturan tersebut, antara lain, mewajibkan semua lembaga survei mendaftarkan diri ke KPU. Selain itu, mereka diwajibkan mencantumkan sumber dana dan metodologi dalam melakukan survei.Di samping itu, paling tidak ada dua hal yang harus menjadi masukan bagi lembaga-lembaga survei. Pertama, lembaga-lembaga tersebut harus memperbaiki kinerja dan menjaga independensi. Jangan sampai hasil-hasil survei yang dibuat menjadi dilema di masyarakat atau secara lebih jauh dapat membingungkan masyarakat. Kedua, para pemimpin lembaga-lembaga survei tak boleh merangkap sebagai konsultan politik, tim sukses, atau tim kampanye, yang jelas hal tersebut sangat merugikan kepentingan publik. Sebab, jika itu terjadi, kredibilitas dan akuntabilitas lembaga survei patut dipertanyakan.
Ismatillah A. Nu'ad, peminat historiografi Indonesia modern
sumber: jawapos.com

Demokrasi Kita Mengkhawatirkan

SOEKARNO menggugat Indonesia soal nasionalisme, Hatta dengan ekonomi berdikarinya, dan Syahrir tentang filosofi ekonomi sosialisnya. Mungkin, kaum muda pada era sekarang bakal menggugat bangsa ini dengan fenomena kegagalan demokrasinya, yang sudah berada di titik meragukan. Apakah bangsa ini bisa melanjutkan revolusi demokrasi hingga di titian akhir riwayatnya atau menjadi onggokan sejarah yang terkapar di tengah-tengah labirin perebutan kekuasaan?Jared Diamond (Viking, 2005) pernah memotret salah satu indikator negara yang demokrasinya gagal. Yakni, parpol sudah terjebak dalam orientasi puritan, memperoleh kekuasaan politik (seize political power) semata ketimbang memberikan pendidikan budaya politik masyarakat. Senada dengan itu, ketiadaan kesadaran dan kritisisme parpol dalam menyingkap persoalan social, mau tak mau, telah mengekalkan doxa (ide absolut) parpol kepada kekuasaan. Terkait itu, Paulo Freire dengan mengutip Fransisco Weffers (2000) telah menggugat bahwa kekuasaan tanpa kesadaran kritis mengungkap tabir penindasan yang dialami rakyat merupakan pertanda kematian sebuah bangsa.Indonesia merupakan sebuah etalase kekhawatiran yang paling telak untuk menjelaskan fenomena tersebut ketika revolusi demokrasi sejak tumbangnya Orde Baru justru menuai paradoks lanjutan. Kematian rezim Soeharto di satu sisi memberikan kepastian kepada jalan baru demokrasi. Namun, di sisi lain kapasitas untuk itu tidak tersedia, bahkan kian meretas pesimisme baru; apakah konsolidasi demokrasi yang ditempuh lewat dua kali pemilu pada era reformasi ini bisa memberikan sebuah perubahan politik?Kekecewaan publik atas demokrasi yang dijalankan tidak secara matang memang bukan monopoli Indonesia. Negara-negara di Amerika Latin (Kolombia, Ekuador, Venezuela, Argentina) bahkan dengan politisi sayap kirinya pun mempraktikkan demokrasi yang masih amat superficial (Ellen Wood, 1996; Hollinger, 1996; Bowles & Gintis, 1987). Demokrasi yang memopulerkan keadilan, kesejahteraan, dan kesetaraan hanyalah sloganisme di siang bolong yang mengisi ruang hampa fatalisme rakyat setelah dilibas krisis sebelumnya.Politik Tituler Apa pun bentuk dan kekurangannya, demokrasi dalam perspektif pemilu yang sedang dijalani republik ini setidaknya diharapkan memberikan solusi bagi kedangkalan demokrasi yang menempatkan spirit dan visi bangsa sebagai kekuatan moral institusional. Hanya, sebelum itu tercapai, kita lalu sekejap dihadapkan pada musim semi pengelolaan politik-kekuasaan tituler. Istilah itu saya gunakan untuk disandangkan di bahu elite-elite politik kita yang pintar lagi lihai memanfaatkan kata demokrasi dan kebebasan untuk membereskan kepentingan pribadinya dan kelompoknya, jauh dari langgam demokrat sejatiBayangkan, dalam 10 tahun otonomi daerah ini, kita asyik mengisi kognisi publik dengan logika, kita tak kekurangan demokrat. Dengan desentralisasi kekuasaan, diniscayakan munculnya para elite lokal yang paham dan mampu menjelaskan otonomi politik secara nyata kepada masyarakat. Namun, nyatanya sejumlah friksilah yang dituai, baik itu dalam rupa otonomi yang kebablasan maupun makin intensifnya praktik korupsi. Selain itu, kita menyaksikan bagaimana NKRI ini perlahan-lahan dikoyak dengan pro-konta amandemen UUD 1945 yang gagal menempatkan kepentingan dan aspirasi masyarakat sebagai dasar konstitusi. Belum lagi pemraktikan syariat khusus di daerah yang sesungguhnya mengangkangi prinsip Indonesia yang satu itu. Pada dasarnya, demokrasi bukan saja dijadikan sebagai sesuatu yang bebas nilai, namun juga telah diterjemahkan menjadi proyek pragmatis yang bisa mematikan seluruh harapan substansial berdemokrasi di tangan para politisi tituler tersebut.Pada kerisauan ini, kita patut menyesalkan bahwa ada yang terpenggal dan tertunggak dari pelaksanaan tahap dua revolusi demokrasi ini. Meminjam istilah Fadjroel Rachman, tahap pertama revolusi demokrasi adalah saat tumbangnya kekuatan Orde Baru dan tahap revolusi kedua merupakan momentum paling strategis dalam mengonsolidasikan politik kekuasaan ke dalam agenda dan praksis yang terinternalisasi sebagai budaya kekuasaan yang terukur. Baik dalam komitmen maupun cita-cita hingga kinerja nyata.Sayangnya, di revolusi terakhir ini pelaksanaan demokrasi telah melewatkan koridor penting dalam institusionalisasi kepemimpinan nasional. Yakni, tidak terakomodasinya alternatif kepemimpinan dalam pemilu pasca putusan Mahkamah Konsitusi yang menetapkan parpol sebagai satu-satunya embrio organik politisi. Itu sebabnya Pemilu 2009 dan pilpres gagal menunjukkan kegengsian dramaturgis politiknya. Yakni, pemain-pemain politik merupakan hasil political laundry dari sisa-sisa elite lama yang mampu menjelmakan dirinya secara lebih apik dan populis. Termasuk diuntungkan pula oleh bentuk pencitraan politik yang lebih modern dan mekanisme survei yang ''sistematis'' (Kompas,26/5/2009).Berikutnya, gagalnya kepemimpinan muda (main political leadership) masuk bursa pencapresan setidaknya karena dua hambatan yang didesain secara konspiratif, yakni jaringan dan finansial. Kedua hal itu terlegalisasi dalam mekanisme penentuan kriteria intern di parpol. Maka, bisa disimpulkan, meski kita sudah berada di panggung demokrasi terbuka selama belasan tahun, karakter demokrasi kita masih menerapkan sebuah ideologi yang tertutup (closed ideology), yang gagal membuka kemungkinan dan alternatif dalam mengelola sirkulasi kepemimpinan secara bertanggung jawab. Dua hal itulah yang mendefisitkan seluruh pekerjaan demokrasi bangsa ini.
Umbu T.W. Pariangu, dosen FISIP, Universitas Nusa Cendana, Kupang
sumber: jawapos.com

Tanpa Korupsi, Indonesia Bisa

BUKAN rahasia lagi bahwa tingkat korupsi atau ketidakjujuran yang terjadi di negeri ini sangat tinggi. Sungguh ironis. Di tengah masalah bangsa yang kian terpuruk dan penderitaan rakyat kecil yang tak kunjung selesai, banyak pejabat yang tega mengorupsi uang rakyat. Mereka itulah yang sebenarnya menyengsarakan rakyat. Jika saja uang yang mereka curi itu dialokasikan untuk membuka lapangan kerja baru, kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan untuk rakyat kecil, tentu rakyat sangat terbantu. Indonesia bisa menjadi negara yang maju dan makmur.Karena itu, pemberantasan korupsi harus tetap dilakukan sampai ke akar-akarnya. Keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus dipertahankan, siapa pun pemimpin republik ini..DWI YANTO, Jl Surya 2 RT 03/RW XXV, Jebres Tengah, Surakarta
sumber: jawapos.com

Suramadu, Penerus Mimpi Besar Indonesia

TUNTASNYA pembangunan jembatan Suramadu sudah ada di depan mata. Mimpi berpuluh-puluh tahun itu akhirnya menjelma nyata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini meresmikan jembatan sepanjang 5.438 meter yang menghubungkan Pulau Jawa (Surabaya) dan Pulau Madura (Bangkalan) itu.Proses panjang dan berliku harus dilalui untuk sampai pada momen bersejarah itu. Suramadu berawal dari usul brilian guru besar ITB (Institut Teknologi Bandung) Prof Dr Setyadmo (alm) pada 1960-an untuk membangun jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan tiga pulau di sekitarnya (Sumatra, Bali, dan Madura). Ide yang dinilai gila pada zamannya itu ternyata disambut positif Presiden Soekarno. Pada 1965, dibuat desain jembatan melintasi Selat Sunda, Selat Madura, dan Selat Bali. Sayang, hiruk-pikuk politik sempat menenggelamkan ide proyek ambisius tersebut.Gagasan dan konsep pengembangan jembatan antarpulau baru mengapung lagi 20 tahun kemudian. Pada 1986, penguasa Orde Baru Soeharto mengonkretkan gagasan Prof Dr Setyadmo dengan mencanangkan proyek Tri Nusa Bima Sakti. Menristek dan Kepala BPPT saat itu, B.J. Habibie, mendapat tugas mengkaji pembangunan tiga jembatan spektakuler itu. Dari tiga jembatan, tim Habibie menyatakan, secara teknologi dan finansial, tahap awal lebih memungkinkan menyatukan Pulau Jawa dengan Madura.Keinginan merealisasikan jembatan Suramadu makin mengebu, pada awal 1990-an gubernur Jatim saat itu dijabat Soelarso. Pada era Gubernur Soelarso itulah, mulai dilakukan pembebasan lahan di sisi Surabaya maupun Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura.Krisis moneter pada 1998 kembali membuat perjalanan proyek Suramadu tertatih-tatih. Bahkan, saat Habibie menjabat presiden di awal orde reformasi, wujud fisik jembatan belum juga tampak. Baru saat Megawati Soekarnoputri menduduki kursi presiden, pembangunan pertama Suramadu dimulai, dan diresmikan pada 20 Agustus 2003. Setelah enam tahun masa pembangunan, hari ini, 10 Juni 2009, bangunan yang disebut-sebut akan menjadi landmark pembangunan di Indonesia itu selesai. Tak hanya menempuh rentang waktu hampir setengah abad, proyek Jembatan Suramadu juga melibatkan tenaga kerja 3.500 orang, menghabiskan 28 ribu ton baja dan 600 ribu ton campuran baja, dan menyedot dana negara Rp 4,5 triliun. Mahal dan melelahkan, tapi apalah artinya itu semua dibanding tumbuhnya kembali kebanggaan masyarakat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berhasil mewujudkan mimpi-mimpi besarnya.Sudah terlalu lama bangsa besar ini sangsi dengan kemampuannya. Padahal, di abad ke-12, Wangsa Syailendra, pernah memberi bukti dengan membangun Candi Borobudur. Sekarang Borobudur selalu mengingatkan dunia terhadap sejarah kebesaran Indonesia zaman dahulu.Presiden Soekarno pernah membubungkan kembali kebanggaan negeri ini dengan menuntaskan megaproyek Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, dan Menara Monas pada 60-an. Meski awalnya harus menerima cemooh, Soekarno terus maju. Kini, Monas, Gelora Bung Karno, dan Hotel Indonesia, tetap berdiri dan menjadi salah satu kebanggaan nasional. Belajar dari Syailendra dan Soekarno, selesainya pembangunan Suramadu adalah momentum besar yang patut disambut penerus mimpi besar bangsa. Pada momentum mendekati prosesi pemilihan pemimpin negeri, perlu diingatkan, kita tidak akan pernah memiliki apa pun bila setiap kali pergantian pemimpin tidak terjadi estafet mimpi besar pendahulunya. Karena itu, siapa pun pemimpin negeri ini ke depan harus melanjutkan dan senantiasa melindungi Suramadu. (*)
sumber: jawapos.com

Dari Suramadu, Kita Tatap Masa Depan

BILA Malaysia punya menara kembar Petronas di Kuala Lumpur sebagai ikon kebanggaan, Indonesia memiliki Monas dan Jembatan Suramadu. Jembatan sepanjang 5,438 km itu merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Dari sisi panjang bentangannya, Suramadu masuk dalam 15 jembatan terpanjang di dunia.Jembatan Suramadu dalam sejarah gagasan realisasi juga merupakan simbol sumbangsih pemikiran dan tekad kebangkitan nasional para pemimpin bangsa. Ia digagas sejak 1960-an oleh Ir Sedyatmo (alm) dari ide awal Tri Nusa Bima Sakti. Gagasan tersebut direspons positif oleh Presiden Soeharto (alm) dengan menunjuk Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) B.J. Habibie sebagai ketua proyek pada 1986. Kemudian, pembangunannya dimulai pada 20 Agustus 2003, yang dicanangkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada hari ini (10 Juni 2009), penggunaannya diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Aspek Teknis Jembatan Secara teknis, bila semua peraturan dan standar perawatan diikuti, konstruksi jembatan itu akan mampu bertahan hingga tidak kurang dari 50 tahun. Kecepatan angin di sekitar jembatan diperkirakan 20-27 meter/detik. Namun, dimasukkan dalam perhitungan struktur lebih dari dua kali lipatnya. Direncanakan, kalau ada angin kencang atau membahayakan, bisa dipasang komponen pengendali angin atau operasi jembatan berhenti sementara/lalu lintas ditutup. Prosedur operasi dan perawatan teknis jembatan secara standar yang telah ada selama ini di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum (Ditjen Bina Marga) tentu akan ditambah sehingga lebih lengkap. Ini perlu dilakukan karena konstruksi jembatan berada di atas laut yang rawan korosi atau karat serta kondisi cuaca lainnya. Apalagi di bawah jembatan itu juga dimanfaatkan jalur lalu lintas laut yang perlu dijaga kelangsungannya secara aman dan nyaman. Biaya perawatan jembatan tersebut diperkirakan 27 miliar per tahun. Bila dibagi merata, biaya perawatan adalah sekitar 2,25 miliar per bulan atau 75 juta per hari. Dengan asumsi tarif ''promo" mobil Rp 35 ribu dan sepeda motor di kisaran Rp 3 ribu-3,5 ribu, maka diasumsikan bahwa biaya perawatan akan dapat diperoleh dari jumlah mobil dan motor yang lewat sekitar masing-masing 2.000 unit per hari. Hal itu tentu sudah berada di dalam jangkauan skala ekonomis, mengingat bahwa jembatan tersebut diperkirakan akan dilintasi 4.000 mobil dan 8.000-9.000 motor per hari sesuai dengan kapasitas normal kapal feri penyeberangan sebelumnya.Uji coba pada bentang tengah untuk mengetahui lendutan telah dilakukan secara nyata beberapa hari yang lalu. Yaitu, dengan menjalankan truk trailer berkapasitas 40 ton/unit yang berjalan secara beriringan pada dua sisi jembatan di tengah bentang jembatan dan alhamdulillah aman. Meski demikian, beban bentang tengah jembatan perlu dipertahankan agar tidak melebihi kapasitas maksimumnya (1,25 persen dari uji coba awal). Hal itu berarti harus dihindari terjadinya kemacetan yang lama dan lebih dari sekitar 50 mobil penumpang (dengan asumsi rata-rata beratnya satu ton) pada bentang tengah pada masing-masing sisi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu monitoring terhadap kelancaran arus secara otomatis pada pintu masuk jembatan untuk menentukan pola antreannya serta penanganan kecelakaan cepat atau proses evakuasi singkat. Termasuk jika terjadi kebakaran di atas jembatan. Kekhawatiran perihal gempa bumi pun telah diantisipasi pada jembatan itu, dengan memasukkan beban gempa ke dalam perhitungan stukturnya.Pengembangan Ekonomi Sebagaimana pembangunan infrastruktur lainnya, dampak pembangunan Jembatan Suramadu itu terhadap faktor ekonomi dan budaya masyarakat sangatlah besar. Ini mengingat jembatan tersebut menghubungkan dua daratan dengan kultur dan kemajuan ekonomi yang berbeda. Surabaya sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi Jatim dengan Madura seakan-akan menjadi kota satelit extention dari Surabaya.Bila selama ini sering terkesan Pulau Madura agak tertinggal dari wilayah lain yang ada di Jawa Timur, maka dengan adanya jembatan baru ini, diharapkan kesenjangan tersebut dapat dihilangkan. Penelitian dari ITS menunjukkan bahwa industri-industri potensial yang bisa dikembangkan menurut indeks penyebaran dan indeks kepekaan pasca-Jembatan Suramadu adalah industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri logam dasar (di Bangkalan), industri kertas dan barang cetakan (di Sampang), industri alat angkut mesin dan peralatannya (di Sumenep). Dari data potensi lainnya yang belum tergali, maka hasil sektor pertaniannya, terutama tembakau, industri makanan dan minuman, serta garam dan lain-lain diharapkan bisa menjadi supporting bagi industri besar yang dikembangkan menjadi kluster industri tertentu. Adanya kluster industri ini akan mampu mengombinasikan kekuatan ekonomi modal besar dengan kemampuan ekonomi masyarakatnya. Kita berharap, Jembatan Suramadu dapat digunakan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan di Pulau Madura. Menilik sejarah kebudayaannya, banyak sekali kearifan lokal dan jiwa religius masyarakatnya. Sehingga, ''arah dan kecepatan'' pembangunan di sana harus benar-benar diperhatikan. Kesalahan arah pembangunan dapat berakibat penolakan atau resistensi masyarakatnya.Kecepatan yang sesuai akan dapat memberikan dampak positif bagi percepatan tingkat kesejahteraan masyarakatnya sehingga berdampak positif pula bagi Provinsi Jawa Timur. Kecepatan pembangunan juga diperlukan agar tetap memberikan sumbangan positif terhadap lingkungan dan kehidupan, baik bagi lingkungan alam, budaya, maupun kehidupan religiusnya.
Priyo Suprobo, Rektor ITS Surabaya
sumber:jawapos.com

Batal Kunjungan ke Suramadu, JK ke Lokasi Lumpur Lapindo

SIDOARJO - Capres Partai Golkar-Hanura Jusuf Kalla (JK) tak mau terkesan bersaing dengan capres Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Itu terungkap dari langkah JK yang membatalkan kunjungan ke Suramadu. Dia memilih mengunjungi lokasi semburan lumpur Lapindo di Kelurahan Siring, Porong, Sidoarjo. Sebelumnya, JK menghadiri acara silaturahmi yang dihelat Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) di convention hall Suncity Mall, Sidoarjo. Meski datang tiba-tiba, politikus yang masih menjabat Wapres itu tetap dikawal secara ketat. Untung, tidak ada warga yang menyambut dengan unjuk rasa.Di Suncity, JK yang didampingi Meneg BUMN Sofyan Jalil dan Wagub Saifullah Yusuf menghelat pertemuan tertutup sekitar 15 menit untuk membahas penyelesaian kasus lumpur dan pembangunan infrastruktur di Porong. Hadir dalam pertemuan itu Bupati Win Hendrarso, Wabup Saiful Ilah, dan Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bachrul Alam. Sesudah acara, JK meluncur ke Pabrik Gula Gempol Kerep, Mojokerto. Di tengah perjalanan, JK mampir ke Porong. Di tanggul Siring, dia melihat kolam lumpur dari dekat. Dia menegaskan, penyelesaian kasus lumpur menjadi tanggung jawab Lapindo. Selama ini, menurut dia, Lapindo telah memenuhi tanggung jawab itu. "Persoalannya, tanggung jawab tersebut dilaksanakan hingga selesai atau tidak? Itu perlu dikawal," tuturnya. Dia menargetkan, sebelum masa jabatannya berakhir, masalah tersebut harus bisa dicarikan solusi terbaik. JK lantas mengomentari pembatalan kunjungan ke Suramadu. Dia menyatakan sengaja tidak mau memolitisasi peresmian jembatan yang menghubungkan Surabaya dan Madura itu. "Saya tidak punya agenda ke Suramadu. Setelah Sidoarjo, saya akan menuju Mojokerto," ungkap pejabat pelobi pinjaman dana jembatan ke Bank Exim China sebesar Rp 2,1 triliun itu. JK merasa tugasnya dalam menangani Suramadu sudah selesai. Dalam kunjungan terakhir ke Suramadu akhir Maret 2009, dia menekankan agar proyek tersebut kelar Juni 2009 dan harus sudah dioperasikan.Sikap JK yang menolak politisasi itu juga terlihat dari minimnya atribut kampanye bergambar dirinya di sekitar Suramadu. Bahkan, gambar JK disingkirkan dari baliho besar peresmian, digantikan gambar istri SBY, Kristiani Yudhoyono. Atribut SBY juga mendominasi sekitar jembatan tersebut. "Tidak masalah foto saya tidak terpampang. Bagi saya, yang penting pembangunan Suramadu sudah selesai," tegas JK. (riq/nuq)
sumber: jawapos.com

Senin, 08 Juni 2009

Proyek energi angin Jerman terkendala pendanaan

FRANKFURT: Rencana Jerman mengembangkan energi listrik tenaga angin dengan dana sebesar 100 miliar euro diperkirakan mengalami kendala pendanaan.
Menurut Managing Director HEAG Suedhessische Energie AG Bern Wilmert, negara bagian Bochum yang merencanakan menjadi negara bagian yang pertama menggunakan tenaga angin telah menunda proyeknya hingga dua tahun.
Jerman saat ini membutuhkan tambahan pasokan listrik berbasis tenaga angin sebanyak 25 gigawatt hingga 2030. Pasokan itu cukup memenuhi kebutuhan 25 juta rumah per tahun. (Bloomberg/fh)

Investasi energi global US$26,3 triliun

KUALA LUMPUR: International Energy Agency memprediksikan investasi global untuk energi hingga 2030 akan mencapai US$26,3 triliun dengan kawasan Asia memberikan kontribusi sebesar 32% dari total investasi.
Menurut Executive Director International Energy Agency Nobuo Tanaka, investasi energi Asia akan mencapai US$8,5 miliar, atau mencapai 32% dari investasi dunia. “Prediksi itu menggunakan dua pendekatan dengan tingkat pertumbuhan investasi energi, yakni pertumbuhan 3% dan 5%,” ujarnya dalam Konferensi Minyak dan Gas di Kuala Lumpur, kemarin. (Bloomberg/fh)

Biaya sambung PLN salahi aturanKemampuan pendanaan untuk perluasan jaringan listrik masih terbatas

JAKARTA: Pemerintah menilai kenaikan tarif pemasangan listrik pelanggan baru telah menyalahi Kepmen ESDM No. 2038K/40 Tahun 2001 tentang Biaya Penyambungan Tenaga Listrik yang disediakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jacobus Purwono mengatakan setiap kebijakan PLN terutama berkaitan dengan menaikkan biaya penyambungan listrik baru harus tunduk kepada aturan yang ada."Regulasi mengenai biaya penyambungan pelanggan baru itu masih berlaku sampai saat ini. Artinya, PLN tidak bisa menentukan sendiri," ujarnya kemarin.Dia mengemukakan itu berkaitan dengan kebijakan PLN yang menaikkan tarif pemasangan listrik (sambungan baru) untuk semua pelanggan di wilayah Jawa-Bali hingga 200% sejak 15 Mei 2009.Untuk pemasangan listrik bagi pelanggan baru dengan kapasitas 450 volt ampere (VA) misalnya, PLN mengenakan biaya pemasangannya Rp550.000-Rp600.000. Sebelum 15 Mei, PLN hanya mengenakan Rp150.000.Menurut Purwono, PLN harus mengacu kepada regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Regulasi itu berupa Kepmen No. 2038K/40 Tahun 2001 merupakan regulasi yang mengatur soal biaya penyambungan tenaga listrik.Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan Keppres No. 104 Tahun 2003 yang mengatur soal tarif dasar listrik.Berkaitan dengan kenaikan itu, Direktur Operasional Jawa-Madura-Bali PLN Murtaqi Syamsuddin berkilah bahwa kenaikan biaya pemasangan listrik yang dibebankan kepada pelanggan baru itu sifatnya sementara saja.Kemampuan terbatasMenurut Murtaqi, penerapan kebijakan itu disebabkan kemampuan pendanaan PLN untuk perluasan jaringan listrik terbatas. Oleh karena itu, lanjutnya, PLN dan calon pelanggan yang mengajukan pasang baru harus melakukan kesepakatan."Tujuannya agar tidak mengganggu proses pelayanan di lapangan. Bila PLN belum bisa membangun jaringannya, ya pelanggan yang membangun jaringannya. Ini sifatnya temporer sekali," kilahnya.Pendapat yang sama juga diungkapkan General Manager PLN Distribusi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan Tangerang Purnomo Willy.Menurut dia, kebijakan untuk menaikkan tarif pemasangan listrik untuk pelanggan baru itu diambil karena kondisi keterbatasan pendanaan internal perseroan.Dia menambahkan besaran biaya pemasangan jaringan listrik yang akan dibebankan kepada pelanggan baru ditetapkan berdasarkan total daya dan jauh-dekatnya jarak pelanggan dengan sumber jaringan listrik.Di sisi lain, PLN menanggung biaya distribusi dari pembangkit ke jaringan listrik."Kenaikan ini tergantung besaran kebutuhan material untuk penyambungan ke pelanggan sehingga biaya yang dikenakan berbeda untuk tiap pelanggan. Ada yang lebih besar dari pemasangan baru dan ada yang tidak sampai sebesar pemasangan baru."Hanya saja, lanjutnya, PLN memang hanya melakukan sosialisasi dan pemberitahuan tentang kenaikan biaya penyambungan listrik bagi pelanggan baru, langsung kepada calon pelanggan di kantor pelayanan.Menurut dia, kebijakan kenaikan biaya penyambungan itu tidak akan bertentangan dengan Keputusan Menteri ESDM No 2038K/40 Tahun 2001."Ini win win solution. SK Menteri itu kan menghitung standar dari pembangkit dan yang dinaikkan sekarang hanya biaya meterial saja," ujar Purnomo. (12) (redaksi@bisnis.co.id)Bisnis Indonesia

BUMDes produksi perahu

PELABUHANRATU, Jabar: Perahu nelayan berbahan fiberglass pertama yang diproduksi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Cikahuripan, Kecamatan Cisolok-Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, kemarin, resmi diluncurkan.Dalam acara yang berlangsung di tempat pendaratan ikan (TPI) Cisolok itu hadir para nelayan, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto, Bupati Sukabumi Sukmawijaya, Kasubdit Usaha Mikro Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Sapta Putra Ginting.Kepala Desa Cisolok Aji Marpudin mengatakan peluncuran itu merupakan hari bersejarah bagi desanya. (Antara)

Kurs bea masuk Rp10.146/US$

JAKARTA: Kurs rupiah sebagai dasar pelunasan bea masuk periode 8 – 14 Juni 2009 ditetapkan Rp10.146/ US$ atau menguat dibandingkan dengan pekan sebelumnya Rp10.312/US$.Penetapan kurs rupiah ini berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 535/KM.01/ 2009 pada 8 Juni 2009 dan berlaku sebagai dasar pelunasan bea masuk, pajak pertambahan nilai barang dan jasa, pajak penjualan atas barang mewah, pajak ekspor, dan pajak penghasilan. (Bisnis/gak

BLT tak berlanjut pada 2010

JAKARTA: Pemerintah tidak berencana melanjutkan program bantuan langsung tunai (BLT) sebagai salah satu instrumen untuk mengurangi angka kemiskinan tahun depan.Deputi bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Bappenas Prasetijono Widjojo mengungkapkan dalam rencana kerja pemerintahan periode ini, tidak ada pengalokasian anggaran untuk BLT tahun depan.“Pemerintahan saat ini tidak memasukkan BLT sebagai bagian rencana program kemiskinan 2010. Kemungkinan besar [BLT] tidak akan ada,” tuturnya kemarin. (Bisnis/dea)

Menguji janji para capresPerekonomian nasional dipengaruhi dua faktor

Selasa, 09/06/2009
Untuk menarik perha?ti?an pemilih, sebelum gong kampanye ditabuh, calon presiden (capres) mulai tebar pesona de?ngan mengobral ber?bagai janji mulai dari pe?nurunan tingkat peng?angguran sampai de?ngan tingkat pertum?buh?an ekonomi yang cukup tinggi.Untuk janji yang terakhir ini, pa?sang?an Jusuf Kal?la-Wiranto menjanjikan tingkat pertumbuhan 8%, Su?silo Bambang Yudhoyono-Boe?diono 7%, pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo menjan?ji?kan di atas dua digit.Tulisan ini akan mengulas se?pu?tar janji capres dalam konteks per?tumbuhan ekonomi saja, se?bab jika tingkat pertumbuhan eko?nomi dapat tercapai, tentu?nya? janji-janji lainnya akan mu?dah dicapai. Bukankah dengan per?tumbuhan ekonomi yang ting?gi, otomatis akan mencipta?kan lapangan kerja yang tinggi, demikian pula dengan ting?kat kemakmuran rakyat.Pertanyaan yang mendasar ada?l?ah realistiskah pertumbuh?an ekonomi yang dijanjikan ketiga capres tersebut? Secara jujur, ti?dak gampang untuk menjawab per?tanyaan ini. Banyak faktor yang akan memengaruhi tingkat per?tumbuhan ekonomi 5 tahun mendatang.Pertama, dunia kini masih da?lam situasi krisis global yang be?lum jelas kapan akan berakhir. Bah?kan, menurut berbagai ana?lis, negara-negara di kawasan As?ia Tenggara akan menghadapi ma?sa sulit seiring dengan pelam?ban??an ekonomi di AS. Negara-ne???gara Asia akan berkompetisi un??tuk memperebutkan kue yang se??makin kecil apabila impor AS mengecil.?Asian Development Bank (ADB) juga tengah memangkas pro??yeksi pertumbuhan ekonomi ne?gara-negara di kawasan Asia un?tuk tahun 2009. Eko?nomi Asia diprediksi men?ca?pai ti?tik terburuknya se?jak krisis fi?nansial 1997/1998. ADB mem?per??kirakan perekonomian Asia ha??nya akan tumbuh 3,4% pada 2009, atau turun ta?jam di?ban??ding??kan dengan pertumbuh?an eko?nomi Asia tahun lalu yang men?capai 6,3% dan 9,5% pada 2007.Kedua, selain dipengaruhi re?sesi global, pertumbuhan ek?o?no?mi juga akan dipenga?ruhi per?kem?bangan har??ga minyak. Data ter???akhir menunjukkan bah??wa pa?da minggu keempat Mei, har?ga minyak dunia kembali me?nanjak mendekati US$60 per ba?rel, atau tepatnya US$57,78 per ba?rel dari posisi se?belumnya US$49,73 per berel (1 Mei 2009).Harga minyak mentah dunia di???prediksi terus bergerak na??ik dan kemungkinan akan me??nem?bus level US$75-US$80 per barel. Bahkan, Arab Saudi ju?ga telah memperingatkan ke?mung?kinan harga emas hitam itu bisa men?dekati rekor tertinggi US$150 per barel, seperti 2008, pada 2 sampai 3 tahun men??datang.Dunia sedang menghadapi kem???bali meroketnya harga mi?nyak setelah terbanting ke titik te?r?endah sebagai akibat me?le?mah????nya permintaan dunia akan energi akibat melambatnya per?eko?nomian global.Maizar Rahman, mantan gu?ber??nur OPEC, memperkirakan ba??tas atas harga minyak mentah US$70 per barel pada 2010. Per?ki??raan ini didasarkan atas perki?ra??annya pada faktor kembali na?ik??nya permintaan dunia akan mi???nyak dan kondisi geopolitik di Timur Tengah dan Nigeria be?lum stabil.Kenaikan ini kemungkinan juga dipicu oleh me?nguat?nya pendapatan di sektor ritel Ame?rika yang menunjukkan ra?por yang le?bih baik dari yang di?perkira?kan sebelumnya. Hal ini ju?ga me?nandakan bahwa ke?me?ro??sot?an pembelian konsumen Ame??ri?ka kemungkinan akan ber???akhir.Ekonomi ASTerdapat pula dugaan bahwa in?vestor mulai berjibaku untuk me?mulihkan perekonomian AS se?dikit demi sedikit. Namun, ter???da?pat pula keraguan da?ri se?jum?lah trader bahwa per?eko?no?mian Amerika yang terbesar di du?nia itu sudah mulai kem?bali pulih.Informasi berkenaan dengan per?sediaan minyak mentah Ame?rika beragam. Menurut Energy In?formation Administration un?tuk minggu kedua April, suplai mi?nyak mentah meningkat 1,7 ju?ta barel menjadi 361 juta barel, atau naik 15,2% dari level tahun lalu.Survei yang dilakukan oleh Platts, McGraw-Hill Cos, menun?juk?kan bahwa analis mempre?dik?si persediaan akan bertambah se?be?sar 2,3 juta barel. Persediaan gasoline naik sebesar 600.000 ba?rel menjadi 217,4 juta barel, 1,4% di bawah level tahun lalu. Analis memprediksi persediaan un?tuk bahan bakar minyak akan me?nyusut sebesar 1,5 juta barel.Dalam rangka mengantisipasi meroketnya harga minyak dunia ini, kelompok negara maju yang ter?gabung dalam G-8, sebagai?ma?na dikatakan oleh Menteri Energi Amerika Serikat, Steven Chu, meminta agar para negara pro?dusen menstabilkan harga mi?nyak mentah dunia, karena di?khawatirkan akan mengganggu upaya pemulihan ekonomi.

Kabupaten kaya potensi tambang yang masih tidur

Kabupaten Indragiri Hulu tercatat sebagai daerah terbanyak izin kuasa pertambangan. Dari 50 izin di Riau sebanyak 45 izin berada di kabupaten itu.
Kondisi tersebut sangat ironis dan disayangkan banyak kalangan di Riau karena Indragiri Hulu punya potensi besar. Sebut saja potensi batu baru yang ditaksir mencapai 2 miliar ton.
Kabupaten itu juga punya cadangan tambang galian C (granit) yang diperkirakan mencapai ribuan juta ton. (Bisnis/bas)

Kapal ikan asing dinasionalisasiHasil tangkapan harus diolah dahulu di dalam negeri

JAKARTA: Sebanyak 874 unit kapal penangkap ikan asing bertonase 30 hingga 600 gross tonnage (GT) dinasionalisasi dan menjadi perusahaan lokal. Nilai total kapal itu diperkirakan Rp441,57 miliar dengan asumsi satu unit kapal 30 GT seharga Rp505,23 juta.Pengalihan status ekskapal asing menjadi kapal perikanan berbendera nasional itu a.l. merujuk pada Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 14/KM/ 1996, tertanggal 29 Maret 1996 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengadaan dan Pendaftaran Kapal.“Tujuannya agar para pengusaha perikanan nasional dapat memperkuat armadanya dan memiliki menguasai teknologi perkapalan tersebut,” kata Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Bambang Sutejo kepada Bisnis, di Jakarta kemarin.Tyas Budiman, Kasubdit Verifikasi Dokumen Usaha Penangkapan Ikan DKP dari jumlah kapal itu, 100 kapal ikan di antaranya hasil tangkap karena mereka melakukan illegal fishing yang kemudian disita dan dilelang. Kapal ikan yang disita dan dilelang ini sebagian besar diperoleh pada 2004-2006. “Kebanyakan kapal ikan ilegal itu berasal dari Thailand, kapal asal China hanya satu atau dua kapal.”Meski ke-874 unit kapal penangkap ikan asing itu telah beralih menjadi armada penangkap ikan nasional, kata Bambang, masih terdapat 12 tenaga kerja asing di sejumlah perusahaan penangkapan ikan nasional. Alasannya, dalam rangka penguasaan teknologi operasional kapal dan ada juga yang disebabkan pengalihan kepemilikan usahanya belum tuntas.DKP berprinsip tidak mengizinkan lagi pengoperasian kapal penangkap ikan asing di Tanah Air. Data DKP menunjukkan pada 2006 tercatat 712 kapal ikan berbendera asing yang diizinkan beroperasi di wilayah Indonesia, terutama di zona ekonomi eksklusif (ZEE).Selain kebijakan itu, pemerintah mewajibkan perusahaan penangkapan ikan asing yang beroperasi di Indonesia untuk mendirikan industri pengolahan ikan di Tanah Air untuk meningkatkan pendapatan negara dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.Hasil tangkapan ikan mereka, tambah Bambang, tidak diizinkan lagi dibawa keluar, melainkan harus terlebih dahulu diolah di Indonesia, dan diekspor sudah dalam bentuk olahan. “Cara itu membuat perikanan Indonesia memiliki nilai tambah dan mampu membuka lapangan kerja,” kata Bambang.Selain itu, ungkapnya, pemerintah sejak 2005 hingga 2007, secara bertahap telah menghentikan izin operasional kapal penangkap ikan asing, terutama dari Filipina, Thailand dan China. Hingga akhir 2007, tidak memperpanjang lagi izin kapal ikan asing beroperasi di Indonesia.Kemudian, terkait soal pengadaan kapal ikannya, menurut dia, para pengusaha perikanan juga diberi kesempatan memperkuat armada perkapalannya yang dibeli dari luar negeri. Namun, hanya sebesar 40%-60%. “Tidak semuanya boleh dibeli di luar negeri, sisanya wajib dibeli di dalam negeri,” tuturnya.Saat ini, tercatat 4.468 surat izin penangkapan ikan (SIPI) yang diterbitkan DKP, sedangkan jumlah surat izin usaha penangkapan ikan Indonesia (SIIUP) berjumlah 2.567.Masih memprihatinkanDia memaparkan kondisi nelayan di Indonesia, sebagian besar masih sangat memprihatinkan dengan masih dioperasikannya 245.000 unit perahu tanpa motor dan 190.800 unit perahu motor tempel.Ketidakmampuan para nelayan untuk membangun armada perkapalan itu menjadi permasalahan tersendiri yang perlu menjadi perhatian.DKP berupaya melakukan sosialisasi agar tidak terjadi konflik yang sering terjadi. Misalnya para nelayan lebih berkonsentrasi menangkap ikan di laut, ketimbang ke arah selatan Laut Jawa, seperti di Cilacap.“Ketidakmampuan nelayan melaut lebih jauh karena kondisi perahu dan kapal motornya yang terbatas sering menimbulkan konflik perebutan wilayah tangkapan.”Persoalan lain, kata Bambang, para nelayan sering melakukan protes tentang daerah tangkapannya dengan kapal penangkap ikan yang berbobot lebih besar. “DKP sedang merancang aturan tentang standardisasi kapal penangkap ikan nasional,” ujarnya.Namun, standardisasi yang dibuat bersama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) belum bisa dijalankan dalam waktu dekat. “Masih dipikirkan bagaimana mencari standard yang tepat pada alat tangkap ikan dan kapal.” (erwin.tambunan@bisnis.co.id)Oleh Erwin TambunanBisnis Indonesia

Tarif Tol untuk Pemeliharaan dan Operasional

[ Selasa, 09 Juni 2009 ]
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kir­manto memastikan, tarif tol yang dikenakan kepada penyeberang di Jembatan Suramadu akan digunakan untuk biaya pe­meliharaan dan operasional. "Jadi, bukan untuk mengembalikan biaya pembangunan fisik jembatan," kata Djoko kepada wartawan Jumat lalu (5/6). Dia menambahkan, dengan biaya lebih dari Rp 4,5 triliun, Suramadu yang dibangun menggunakan dana APBN, APBD, dan bantuan asing itu harus dikelola secara efek­­tif agar sesuai lifetime-nya yang mencapai 100 tahun.Lantas, berapa tarif bagi penyeberang Su­ramadu? Kata Djoko, hari ini pihaknya ba­ru mengumumkannya. "Seperti yang pernah disinggung, tarif Su­ramadu dipastikan tidak melebihi tarif penyeberangan feri Ujung-Kamal," kata Dirjen Bina Marga Departemen PU Herman­to Dardak kepada wartawan pada kesempatan sebelumnya.Tarif penyeberangan mobil pribadi de­ngan kapal feri adalah Rp 73 ribu. Jumlah itu belum termasuk penumpang, yang se­tiap penumpang dikenai Rp 4.000. Sedangkan tarif untuk motor adalah Rp 6.000. Dari berbagai simulasi, tarif bagi kendaraan roda empat di kisaran Rp 35 ribu, sedangkan untuk motor dikenai retribusi Rp 2.500.Nilai nominal itu, menurut Hermanto, mempertimbangkan tiga hal. Yakni, investasi, operasional jembatan yang masih dalam masa garansi, dan kemampuan pengguna jasa membayar. "Jembatan ini bisa memberikan nilai tambah efisiensi waktu, BBM, dan biaya dibanding moda transportasi lain," jelasnya. (sep/ris/kum)

Orang-Orang di Balik Berdirinya Jembatan Suramadu

[ Selasa, 09 Juni 2009 ]

Ismail Bersihkan Ranjau, M. Noer Pindah Makam Jembatan Suramadu merupakan hasil dari sebuah proses yang terintegrasi. Tanpa sentuhan dingin sejumlah pihak, jembatan yang menjadi ikon Surabaya-Madura itu mungkin masih berupa wacana. Siapa saja mereka?SURYO E.-ARIS I., Surabaya --- SATU-SATUNYA akses dari Surabaya ke Madura atau sebaliknya hanya menggunakan penyeberangan feri. Karena pengguna jasa itu makin banyak dan menimbulkan kepadatan di Ujung-Kamal, Mochamad Noer (M. Noer) kala menjabat wakil bupati Bangkalan periode 1950 menangkap perlunya dibangun jembatan. Ketika itu, Angkatan Laut hanya mengizinkan Ujung-Kamal beroperasi pukul 06.00-18.00.Apalagi moda transportasi darat ketika itu dimonopoli Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, sekarang PT Industri Kereta Api/Inka). Menurut M. Noer, sejarah panjang pendirian Suramadu dimulai ketika sejumlah tokoh Madura menyampaikan keluhan tersebut. Setelah menjadi gubernur Jatim pada 1967, gagasan Noer ditangkap pakar konstruksi penggagas fondasi cakar ayam, Prof Dr Sedyatmo (alm). ''Keresahan ke­ter­belakangan kondisi sosial dan ekonomi Madura kami sampaikan kepada Presiden Soeharto (alm) ketika itu,'' ungkap Noer setelah menerima sejumlah tokoh Madura, Selasa (2/6). Gagasan dan konsep pengembangan jembatan antarpulau tersebut, menurut pria berumur 91 tahun itu, secara gigih disampaikan kepada Soeharto pada 1986. Empat tahun setelah dikaji, keluar Keputusan Presiden Nomor 55/1990 tentang Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu dengan ketua tim pengarah Menristek B.J. Habibie. Noer turut dipercaya untuk mendekati masyarakat di pesisir selatan Bangkalan berkaitan dengan pembebasan lahan. ''Banyak warga yang semula berkeberatan. Sebab, akibat proyek itu, makam leluhur mereka harus dipindah,'' jelasnya.Berkat komunikasi persuasif mantan Dubes RI untuk Prancis tersebut, kalangan ulama Madura yang bergabung dalam Badan Silaturahmi Ulama Madura (Bassra) mendukung pembangunan Suramadu. Konstruksi megaproyek itu dijadwalkan digarap mulai 10 November 1996.Namun, rencana tersebut ternyata tidak semulus yang diharapkan. Akibat krisis moneter yang menghantam pada 1997, proyek tersebut tertunda. Setelah tongkat estafet kepresidenan berpindah ke tangan Habibie, Noer tidak menyerah. Mantan gubernur kelahiran Sampang itu mendesak agar pemerintah pusat merancang kembali pembangunan Suramadu.Upaya percepatan dilakukan semasa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Kemudian, pada perte­ngah­an pemerintahan Presiden Megawati, 20 Agustus 2003, Suram­adu diresmikan. ''Setiap masa ke­pe­mimpinan negeri ini punya kon­tribusi besar terbangunnya Jem­batan Suramadu,'' tegas Noer.Sosok lain yang patut mendapat apresiasi adalah Kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V A.G. Ismail. Lewat ta­ngan dinginnya, proyek Suramadu akhirnya tuntas juga. Peran Ismail begitu besar. Lihat saja, dua kali pemerintah menunjuk dia untuk menangani proyek Suramadu dengan status yang berbeda.Tugas pertamanya adalah saat awal 2003, tepatnya saat proyek jembatan itu mulai berjalan. Dia ditunjuk menjadi Pimpro Suramadu. Di posisi tersebut, tugas Ismail cukup berat. Dia ditugaskan untuk mengoordinasi dan mengintegrasikan pelaksanaan konstruksi agar tersistem. Setelah sistem terbentuk, akhirnya dia ditarik dari Suramadu. Sebagai gantinya, dia ditunjuk menjadi kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional I Medan pada 2005.Namun, tangan dingin Ismail kembali dibutuhkan proyek Suramadu. Saat proyek sudah memasuki tahap pertengahan akhir, dia pun kembali ditarik pada pertengahan 2008. Tapi, kapasitasnya adalah kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V yang menaungi Jateng, DI Jogjakarta, dan Jatim.Sosok Ismail memang begitu akrab dengan pembangunan jalan dan jembatan. Beberapa jembatan prestisius di Indonesia tidak lepas dari tangan dinginnya. Di antara­nya, Jembatan Mahakam I (Kaltim) dan Jembatan Membrano (Papua). Dianggap prestisius karena dua jembatan tersebut memiliki tingkat kesulitan tinggi.Beragam pengalaman menarik mengiringi perjalanan Ismail selama menangani proyek tersebut. Salah satu yang paling berkesan adalah pada awal-awal proyek berlangsung. ''Saat itu, kami harus intens berdiskusi dengan warga di pesisir Madura. Sebab, mereka menganggap, jika jembatan jadi, mereka akan tersisih. Syukur mereka akhirnya mau. Bahkan, kami sampai bersama-sama ikut membersihkan ranjau di sana.''Sosok lain yang tidak bisa dilupakan adalah Atyanto Busono. Dia adalah kepala Satuan Kerja Sementara Bentang Tengah Proyek Suramadu. Dia merupakan salah seorang kepala satker terlama dalam proyek Suramadu. (iro)
sumber : jawapos.com

Korban Lapindo butuh dana talangan

Selasa, 09/06/2009 12:47 WIB
oleh : John Andhi Oktaveri

SIDOARJO (bisnis.com): Wapres Jusuf Kalla mengatakan penyelesaikan ganti rugi atas lahan dan bangunan korban lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jatim, dapat dilakukan dalam waktu satu tahun dengan langkah radikal.Menurut dia, tanggung jawab ganti rugi tidak akan berubah dari pihak Lapindo. Langkah radikal yang dapat diambil dengan mencari dana talangan dari perbankan."Dengan dicarikan dana talangan itu dalam waktu yang singkat, satu masalah sosial sudah bisa diselesaikan," ujarnya hari ini saat ditanya wartawan terkait penyelesaian ganti rugi atas korban lumpur Lapindo yang saat ini baru mencapai 20%.Dalam kunjungan mendadak ke Desa Siring, yang seluruh wilayahnya terendam lumpur itu, Kalla juga menanyakan langsung kepada sejumlah warga soal berbagai persoalan menyangkut penyelesaian kasus lumpur yang berlarut-larut tersebut. Dengan demikian, katanya, tinggal masalah penanggulangan lumpurnya yang harus diselesaikan di samping masalah hukum."Menurut saya bisa diselesaikan dengan segera asalkan Lapindo cepat selesaikan masalah sosialnya dengan dana talangan," jelasnya. Kalla menambahkan dengan selesainya masalah sosial maka pemerintah dapat berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah infrastrukturnya. Sampai saat ini, pihak Lapindo telah menghabiskan dana Rp3 triliun untuk biaya ganti rugi kepada korban lumpur tersebut. Sebelumnya, Kalla mengikuti rapat masalah lumpur Lapindo dengan jajaran Muspida Pemprov Jatim termasuk Wagub Safulloh Yusuf, sebelum melanjutkan perjalanan ke Mojokerto untuk meninjau pabrik gulan Gempolkrep. (tw)

Depkeu AS akan umumkan program buyback saham

Selasa, 09/06/2009 12:29 WIB
oleh : Djony Edward
WASHINGTON (Bloomberg): Departemen Keuangan tengah menyiapkan pengumuman untuk membeli kembali saham pemerintah pada 10 bank terbesar di AS, ungkap sumber yang mengetahui transaksi tersebut.Langkah ini memberi isyarat bahwa kepercayaan pemberi pinjaman terhadap bank-bank terbesar di AS itu akan meningkat dan para pembayar pajak tak ingin terlibat dalam program penyelamatan itu.JPMorgan Chase & Co, merupakan salah satu dari bank-bank yang memastikan untuk membayar kembali dana Program Pemulihan Aset Bermasalah (TARP), ungkap sumber yang mengetahui kondisi tersebut. Goldman Sachs Group Inc., American Express Co. dan State Street Corp. juga merupakan korporasi yang telah menjual saham dan utang tak berjaminan dari pemerintah, menunjukkan mereka dapat meningkatkan modal tanpa bantuan bank sentral.Persetujuan itu akan mengurangi perhatian investor soal kepemilikan pemerintah setelah ramainya komentar soal program bailout atas Wall Street. Pada saat yang sama, ini bertolak belakang dengan peringatan dari pimpinan Dana Moneter Internasional (IMF)Dominique Strauss-Kahn dan pimpinan lainnya soal pemulihan sistem keuangan."Ini tidak berarti kami keluar dari tanggung jawab, ada banyak pekerjaan untuk memperbaiki bank dan regulator harus melakukan itu," kata Richard Spillenkothen, direktur Deloitte & Touche LLP di New York, yang membantu pengawasan Federal Reserve sejak 1991 hingga 2006.Fed kemarin juga menyetujui rencana peningkatan modal 10 bank dengan pertimbangan karena memiliki modal negatif setelah akhir bulan mengikuti tes daya tahan krisis (stress test) atas 19 pemberi pinjaman terbesar di AS. Di dalamnya termasuk Citigroup Inc. dan Bank of America Corp., perusahaan yang telah melewati satu putaran bantuan dari Federal Reserve.Pedoman kompensasi Pada 10 Juni, Departemen Keuangan tampaknya akan mengumumkan pedoman untuk kompensasi bagi eksekutif di bank tersebut untuk menjaga saham pemerintah, ungkap sumber yang mengetahui masalah itu.Menteri Keuangan Timothy Geithner akan berbiara soal pembayaran ulang TARP, aturan kompensasi dan perkiraan pasar keuangan ke Komite Bantuan Senat pada rapat dengar pendapat hari ini di Washington.Sembilan dari 19 bank yang menjadi obyek tes oleh pihak regulator mengatakan akhir bulan bahwa mereka menginginkan tanpa adanya tambahan modal untuk menghadapi dalamnya krisis ekonomi. Pejabat yang berwenang mengatakan kepada bank-bank itu, termasuk JPMorgan dan American Express, bahwa mereka menginginkan menyelamatkan modal umumnya. (dj)

Terbuka peluang gugat balik RS Omni

Senin, 08/06/2009 08:35 WIB
oleh : Elvani Harifaningsih
Sepekan terakhir, pemberitaan media massa mengenai kasus Prita Mulyasari menjadi sorotan berbagai kalangan.
Dukungan yang besar terhadap Prita a.l. mengalir dari komunitas dunia maya yang menggalang support melalui situs jejaring paling populer saat ini, Facebook. Bahkan, calon presiden pun tak luput memanfaatkan isu ini pada awal masa kampanye.
Kamis pekan lalu, Prita telah mulai menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Tangerang, terkait dengan kasus pencemaran nama baik terhadap dua orang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Omni Internasional.
Dalam dakwaannya, jaksa penuntut umum menjerat Prita dengan tiga dakwaan alternatif, yakni Pasal 45 Ayat (1) jo Pasal 27 Ayat (3) UU No.11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta Pasal 310 Ayat (2) KUHP dan Pasal 311 Ayat (1) KUHP.
Ancaman hukuman dakwaan pertama yakni penjara paling lama 6 tahun dan atau denda maksimal Rp1 miliar. Sedangkan, ancaman pasal 310 KUHP adalah 1 tahun 4 bulan atau denda maksimal Rp4.500, serta Pasal 311 KUHP memuat ancaman hukuman penjara paling lama 4 tahun.
Kejadian yang menimpa Prita berawal ketika dirinya berobat ke rumah sakit yang terletak di bilangan Serpong, Tangerang, tersebut, pada 7 Agustus 2008. Lima hari kemudian, dia akhirnya memutuskan untuk pindah ke rumah sakit lainnya karena menurutnya kondisi kesehatannya tak kunjung membaik.
Sebelum meninggalkan RS Omni Internasional, Prita disebut-sebut membuat surat tertulis yang berisi keluhan atas pelayanan rumah sakit itu.
Akan tetapi, karena suratnya tak mendapatkan respons lantas dia mengirimkan e-mail yang berisi 'curhatan' kepada beberapa temannya.
Mungkin, tak pernah terbayangkan olehnya jika surat elektronik yang awalnya dikirimkannya kepada beberapa teman tersebut akhirnya menyebar di dunia maya dan menyeretnya sebagai 'pesakitan' di meja hijau.
Bagaimana tidak, e-mail curhat atas pelayanan rumah sakit itu membuat pihak RS Omni Internasional gerah.
Rumah sakit itu pun melayangkan tuntutan hukum terhadap Prita, baik secara perdata maupun pidana, karena dituding telah melakukan pencemaran nama baik.
Dalam perkara perdata, Prita 'kalah' dalam pengadilan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Tangerang. Dia dinyatakan terbukti melakukan pencemaran nama baik dan dihukum membayar ganti rugi hingga Rp384 juta.
Serupa tapi tak sama dengan nasib yang dialami oleh Prita, Khoe Seng Seng dan Kwee Meng Luan (Winny) juga terseret sebagai 'pesakitan' di pengadilan. Kedua konsumen tersebut berseteru dengan salah satu perusahaan pengembang, PT Duta Pertiwi Tbk.
Pekan lalu, persidangan atas dugaan pencemaran nama baik yang dilakukan keduanya terhadap perusahaan pengembang itu sudah sampai pada tahap pembacaan tuntutan dari jaksa penuntut umum.
Pada persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, keduanya dijerat dengan Pasal 311 KUHP. Pelanggaran terhadap pasal tersebut diancam dengan pidana penjara 1 tahun dan percobaan 2 tahun.
Surat pembaca
Kasus yang menimpa kedua orang yang merupakan pemilik kios di ITC Mangga Dua berawal ketika mereka menulis surat pembaca di dua media cetak nasional, yang intinya berisi komplain atas pelayanan perusahaan pengembang itu yang dinilai tidak memberi informasi yang benar mengenai status tanah di kompleks perbelanjaan tersebut.
Namun, perusahaan pengembang itu melaporkan Seng Seng dan Winny ke polisi, dengan tuduhan melakukan tindak pidana penistaan atau fitnah secara tertulis. Selain pidana, keduanya juga digugat secara perdata di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Dari kedua peristiwa yang dialami Prita serta Seng Seng dan Winny tersebut, anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, berpendapat semestinya perkara yang dialami Prita, Seng Seng, dan Winny tidak bergulir di meja hijau.
"Kalau dari pandangan kami, YLKI, permasalahan yang dialami Prita maupun Seng Seng tersebut semestinya bisa diselesaikan di luar pengadilan," ujar Sudaryatmo, kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Bagaimanapun juga, menurutnya, pasien ataupun konsumen, mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan atas pelayanan suatu pelaku usaha atau produsen.
Mekanisme komplain itu, katanya, dapat dilakukan dengan cara mengadu terlebih dahulu kepada pelaku usaha atau produsen yang bersangkutan.
Jika akhirnya tidak mencapai titik temu, menurutnya, maka konsumen dapat melanjutkan pengaduannya ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) ataupun Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).
Dia menilai akar permasalahan dalam kejadian yang menimpa Prita ataupun Seng Seng adalah karena buruknya komunikasi antara pasien dan rumah sakit, serta konsumen dan pelaku usaha.
Seharusnya, sambungnya, pihak rumah sakit dan pelaku usaha harus bersifat lebih responsif dan menjadikan komplain dari konsumennya sebagai cambuk untuk meningkatkan pelayanan.
"Kami [YLKI] juga agak kaget mengapa mereka [rumah sakit atau pelaku usaha] yang melakukan gugatan? Biasanya, pelaku usaha atau produsen menghindari hal-hal semacam itu [menggunakan jalur hukum dalam menyelesaikan sengketa]," tuturnya.
Pasalnya, dia berpendapat, hal itu akan berpengaruh terhadap pelaku usaha atau produsen itu sendiri, a.l. terkait dengan pencitraannya karena proses hukum dilakukan secara terbuka sehingga akan diketahui publik, serta dampak dari proses hukum yang lama dan tidak bisa dihentikan.
Tempuh upaya hukum
Senada dengan Sudaryatmo, salah satu praktisi hukum yang concern menangani perkara-perkara konsumen, David ML Tobing, menilai justru seharusnya Prita atau Seng Seng yang menempuh upaya hukum.
"Pelaku usaha dan produsen harus menganggap konsumen sebagai raja. Mereka berhak untuk komplain. Seharusnya, pelaku usaha atau produsen harus bersifat lebih pasif dan mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh konsumen," ucapnya akhir pekan lalu.
David berpendapat secara perdata peluang Prita mengajukan gugatan baru secara terpisah dapat dikatakan sudah tertutup, mengingat Prita sudah mengajukan gugatan balik (rekonpensi) dalam gugatan perdata sebelumnya, yang akhirnya dimenangi RS Omni di pengadilan tingkat pertama.
Langkah-langkah yang mungkin dapat ditempuh Prita, menurutnya, adalah memperjuangkan gugatan rekonpensinya itu di tingkat banding, membantah tuntutan pidana, melaporkan ke Majelis Kode Etik Kedokteran, ataupun melaporkan ke instansi yang berwenang.
Di bagian lain, dia menilai secara teori UU No.11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang sejatinya berlaku efektif pada 2010, bisa dijadikan sebagai bahan eksepsi (nota keberatan) yang disampaikan Prita dalam sidang selanjutnya.
Berkaca dari kedua peristiwa tadi, sebagai konsumen, kita memang tidaklah dipantangkan jika mengajukan keluhan secara tertulis, baik melalui media cetak, elektronik, maupun Internet.
Akan tetapi, satu yang mungkin harus diingat bagi semua pihak, komplain yang disampaikan hendaklah disusun dalam redaksional yang intinya bukan suatu kesimpulan, tetapi berupa praduga tak bersalah yang memuat paparan fakta yang sebenarnya.
Kata-kata seperti 'merasa', 'menduga', dan bukan suatu kesimpulan yang bersifat justifikasi, mungkin akan lebih aman bagi setiap konsumen yang akan mengajukan keluhan terhadap pelaku usaha atau produsen.
Semoga, peristiwa yang menimpa Prita, Seng Seng, dan Winny, tidak akan terjadi pada masa yang akan datang. (elvani@bisnis.co.id)

Membaca 'peta buta' industri PR

Selasa, 09/06/2009 11:27 WIB
oleh : Karnain Lukman & Yeni H. Simanjuntak

"Membaca peta industri public relation di Indonesia sama seperti membaca peta buta. Saya sendiri tidak tahu seluruh pemain di industri ini. Kami biasanya saling bertemu pada saat ada bidding [tender]. Bahkan, sejumlah perusahaan biasanya selalu berganti nama [dalam tender yang berbeda]."
Heri Rakhmadi, pemilik Bamboe Doea Communication, spontan melontarkan kalimat tersebut saat ditanya tentang para pelaku dan kondisi industri manajemen pencitraan atau yang kerap dikenal dengan public relation (PR).
Industri PR memang tidak seperti industri perbankan atau bidang usaha lain yang punya tokoh 'jagoan' yang jelas. Jago dalam hal besaran aset, penjualan, atau berbagai indikator lain yang bisa dipakai untuk mengukur skala setiap pemain dalam satu industri.
"Modal memang penting, tetapi bukan hal yang utama, karena PR adalah industri jasa. Yang penting adalah kompetensi dan soal kesempatan. Perusahaan berskala kecil pun [dari segi modal] bisa mempunyai kompetensi yang bagus, asalkan diberi kesempatan untuk menunjukkan kompetensinya," ujar Heri.
Akhirnya, skala klien yang berhasil ditangani oleh perusahaan PR yang dapat dijadikan salah satu ukuran. Namun, nilai bisnis yang mereka peroleh dari klien itu pun tersimpan rapat-rapat. Tidak ada yang tahu besarannya. Bonafiditas klien pun dipakai sebagai patokan. Logikanya, klien yang bonafide akan memberikan bayaran yang sama bonafidenya.
Mengacu pada klien yang ditangani, Heri akhirnya menyebut sederet nama perusahaan PR multinasional seperti Burson-Marsteller Indonesia, Indo Pacific, Maverick, dan Fortune PR, yang mungkin dapat digolongkan sebagai perusahaan PR di urutan depan.
Namun, dia mengklaim dalam hal kompetensi, perusahaan PR lokal pun tidak kalah dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja pada perusahaan PR multinasional.
Label peta buta yang diberikan Heri agaknya juga berlaku pada sumber daya manusia (SDM) yang bergelut di industri PR. Muslim Basya, Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), yang ditemui beberapa waktu lalu, juga tidak dapat menyebutkan dengan pasti berapa banyak SDM yang ada di industri PR.
"Memang belum ada data yang pasti soal jumlah praktisi humas yang ada di Indonesia saat ini," katanya.
Nilai bisnis
Ketua Asosiasi Perusahaan Public Relation Indonesia (APPRI) Ahmad Fuad Afdhal mencoba menawarkan acuan lain dalam menilai skala perusahaan PR yakni kemampuan dalam menangani biaya operasional perusahaan. "Bisa diukur dari jumlah stafnya. Perusahaan yang besar mampu membayar gaji karyawannya yang banyak."
Namun, dia juga tidak dapat memberikan pemetaan yang lebih nyata tentang industri yang tengah digelutinya itu. Nilai kontrak yang diperoleh dari klien besar belum tentu sebesar nama perusahaan yang disandang sang klien.
Bayaran yang diterima oleh perusahaan PR akan tergantung dari seberapa keras usaha yang dibutuhkan untuk menjaga citra kliennya. "Apabila klien yang ditangani tengah mengalami krisis [masalah dengan pencitraan], bayaran untuk PR-nya juga akan lebih besar, karena dibutuhkan upaya yang lebih keras untuk menangani hal tersebut," jelas Ahmad.
Menurut dia, saat menangani satu klien tertentu, perusahaan PR biasanya mendapatkan kontrak senilai Rp2,5 miliar untuk penyelenggaraan satu acara berskala besar yang membutuhkan persiapan dalam waktu lama. Untuk acara skala kecil, seperti acara konferensi pers, kontrak penyelenggaraannya diperkirakan senilai Rp50 juta.
Tak jarang, jasa profesional seorang konsultan PR dibayar berdasarkan hitungan jam, tak ubahnya sistem pembayaran yang dikenakan oleh seorang pengacara terkenal. Masukan berupa strategi yang harus dilakukan klien, merupakan hal mahal yang dibayar dari seorang PR profesional.
Dalam industri kehumasan atau PR, kemampuan praktisinya dapat dikategorikan dalam tiga level yakni teknisi (pelaksana), manajerial, dan strategis.
Menurut Elizabeth Goenawan Ananto, President-Elect International Public Relations Association (IPRA), lebih dari 60% dari praktisi PR yang ada di Indonesia saat ini hanya memiliki kemampuan sebagai teknisi. "Ini juga disebabkan oleh pemahaman bos atau CEO terhadap peran PR yang masih sangat minim."
Miranty Abidin, President Director Fortune, juga memberikan pendapat senada. "Yang masih banyak itu berada di level teknisi dan manajer. Yang berpikir profesional itu belum banyak. Baru sekitar 20% dari praktisi PR yang mempunyai fungsi korporat atau yang bisa memberikan advokasi."
Dia juga menilai perusahaan PR yang mampu menjalankan fungsi strategis hanya tiga hingga empat perusahaan.
Persaingan
Dalam memperebutkan pangsa pasar, perusahaan PR multinasional ternyata cukup agresif. Menurut Ahmad, perusahaan PR multinasional yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan lokal, mampu mengambil 25% pangsa pasar.
"Diperkirakan ada lima hingga tujuh perusahaan PR multinasional di Indonesia dan beberapa dari mereka masuk ke Indonesia melalui perusahaan biro iklan yang terlebih dahulu hadir di sini," katanya.
Perusahaan multinasional, yang menggunakan nama perusahaan PR asing yang telah dikenal di sejumlah negara, mendapatkan kemudahan dalam memperkenalkan diri mereka kepada klien.
"Mereka lebih worldwide. Mereka juga punya dana besar. Untuk bisa menjadi perusahaan PR yang punya spesialisasi itu memang membutuhkan dana besar. Namun, jangan takut, orang Indonesia lebih paham Indonesia kok," kata Miranty.
Menurut dia, untuk memiliki spesialisasi tertentu, seperti PR yang memahami masalah keuangan atau sektor industri tertentu, dibutuhkan dana sekitar Rp10 miliar dan orang-orang dengan kemampuan tinggi.
Kendati industri PR tidak dapat dipetakan dengan jelas, persaingan di industri tersebut nyata terlihat. Tidak jarang, praktik-praktik tidak sehat juga cukup sering dijalankan, terutama dalam proses tender untuk satu proyek bernilai besar.
"Persaingannya ketat sekali. Dalam setiap bidding, ada lebih dari 10 perusahaan yang ikut. Tidak jarang juga harus kecewa dengan hasil bidding karena merasa ada yang tidak beres," kata Heri. (yeni.simanjuntak@bisnis.co.id)