Jumat, 19 Juni 2009

Mega Isyaratkan Batasi Amandemen

Saat Terima Dukungan Sebagian Anggota DPRD JAKARTA - Sikap capres Megawati terhadap wacana amandemen konstitusi sulit diubah. Meski mendapatkan dukungan politik dari 44 senator, Ketua Umum (Ketum) PDIP itu belum tergerak untuk mendukung penguatan peran Dewan Perwakilan Daerah (DPD) melalui perubahan UUD 1945. Padahal, DPD sangat ingin mewujudkan sistem bikameral (dua kamar) yang utuh di parlemen.''Saya pernah bilang dengan Mas Amien (Amien Rais) dan Gus Dur, (amandemen, Red) sampai empat kali kok kebanyakan ya? Sebaiknya kan diimplementasikan dulu. Nanti terasa mana yang baik, mana yang harus ditambah atau dikurangi,'' kata Megawati saat menerima dan meresmikan dukungan 44 anggota DPD di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, kemarin (17/6).Megawati didampingi cawapres Prabowo Subianto. Hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP Taufiq Kiemas, Sekjen DPP PDIP Pramono Anung, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi, dan Ketua DPP Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) M. Yasin.Di antara 44 senator yang telah membubuhkan tanda tangan, hanya 31 orang yang berkesempatan datang. Anggota DPD dari Bengkulu Muspani yang memimpin rombongan mengakui, memang tidak semuanya bisa hadir. ''Kebetulan sekarang ada fit and proper test anggota BPK di DPD. Sebagian lagi tengah berada di daerahnya,'' jelasnya. Tampak juga I Wayan Sudhirta (Bali), Muhammad Nasir (Jambi), Intsiawati Ayus (Riau), Harun Al Rasyid (NTB), Sofwat Hadi (Kalimantan Selatan), dan puluhan anggota DPD lainnya.Megawati mengomentari salah satu materi menyangkut DPD yang tengah hangat diperdebatkan dalam pembahasan RUU Susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Materi itu adalah menyangkut domisili para senator. ''Saya pernah bercanda dengan Ginandjar Kartasasmita (ketua DPD, Red). Biasa saya panggil Kang Ginandjar. Ngapain ada di Jakarta, kamu seharusnya tinggal di Jawa Barat. Bukan maksudnya menimbulkan ketersinggungan. Tapi, adanya DPD, niatnya kan untuk memperkuat daerah,'' beber Megawati.Fraksi PDIP di DPR memang termasuk yang ngotot mendorong setiap senator berdomisili di provinsinya. Apalagi, UU Susduk yang berlaku sekarang memang mengatur begitu. Bila tengah bersidang, baru mereka bertempat tinggal di ibu kota negara, Jakarta. Hanya, selama hampir lima tahun ini, praktiknya justru bertolak belakang. Para senator tetap ''berkantor'' di Senayan dan pulang ke provinsinya saat reses layaknya anggota DPR.Muspani membantah jika pernyataan Megawati dimaknai sebagai tertutupnya pintu bagi penguatan DPD melalui amandemen konstitusi dan pembahasan RUU Susduk. ''Tidak begitu cara menerjemahkannya,'' katanya.Menurut dia, komunikasi politik antara DPD dan PDIP selama ini memang tidak berjalan baik. Para anggota DPD sendiri tidak pernah datang melobi Megawati. Dengan demikian, wajar-wajar saja terjadi kebuntuan politik. ''Jadi, kondisi DPD yang tidak berfungsi ini tidak diketahui Megawati,'' ungkap Muspani. (pri/tof)


Kamis, 18 Juni 2009 ]
Pro SBY Bangun Poros Daerah
JAKARTA - Tarik ulur arah dukungan pilpres berkembang di kalangan senator penghuni DPD. Tak hanya kubu pendukung Mega-Prabowo yang bergerak, kubu pendukung duet SBY-Boediono juga sudah menyiapkan manuver.''Sebagian besar anggota DPD cenderung ke SBY,'' kata anggota DPD dari Sulawesi Tengah Abdul Karim di gedung parlemen, Senayan, kemarin (17/6). Dia menuturkan, para anggota DPD yang condong mendukung SBY-Boediono melebur di sebuah forum yang bernama "Poros Daerah".''Kami memang tidak mau terburu-buru. Yang jelas, sudah ada pembicaraan (untuk memberi dukungan resmi, Red),'' ujar Sekretaris Dewan Pembina Al Khairat -organisasi Islam terbesar di Indonesia Timur itu.Anggota DPD dari Sulawesi Tenggara Laode Ida mengatakan, dirinya mendukung SBY sejak Pilpres 2004. Kecil kemungkinan, tegas dia, pendiriannya berubah di Pilpres 2009 ini. ''Saya juga meyakini rakyat sulit diubah persepsinya dalam tiga minggu ini,'' tegas wakil ketua DPD itu.Menurut dia, SBY-Boediono dalam struktur geopolitik memang mengesankan pola Jawa-Jawa. ''Tapi, bukan berarti pasangan bernomor urut dua itu akan menomorduakan pembangunan luar Jawa,'' katanya. SBY sendiri mengatakan prioritas pembangunan nasional ke depan adalah luar Jawa. Bahkan, Sekjen DPP Partai Demokrat Marzuki Alie, imbuh Laode, juga menegaskan, komposisi Jawa-luar Jawa akan terbuka di struktur kabinet.Meski tidak berniat menempuh manuver yang sama, anggota DPD dari Sulawesi Tengah, Ichsan Loulembah, menegaskan, pendukung JK -Wiranto di internal DPD cukup banyak. Kelompok pertama adalah anggota DPD yang berlatar belakang Golkar. (pri/tof)


Kamis, 18 Juni 2009 ]
Tak Kampanye, SBY Bertemu Ribuan Santri
SUMEDANG - Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin tidak berkampanye. Namun, kegiatannya sebagai presiden dipilih yang berhubungan dengan ribuan orang. Kemarin SBY membuka Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (Pekasa) II 2009 di Bumi perkemahan Letjen TNI Pur Mashudi di Jatinangor, Sumedang.Perkasa II atau yang dikenal dengan Jambore santri itu diikuti enam ribu santri dari 800 pesantren di Indonesia. Mereka adalah pemilih pemula dalam pilpres mendatang. Menurut SBY, Gerakan Pramuka di lingkungan pesantren dikenal sejak zaman kolonial Belanda. Di pondok-pondok pesantren di seluruh tanah air telah berdiri organisasi-organisasi kepanduan yang saat itu terlibat aktif dalam perjuangan. (tom/tof)

Kamis, 18 Juni 2009 ]
Orang-Orang Muda Motor Tim Sukses Pasangan Capres-Cawapres (3-Habis)
Pilpres Selesai, Berlibur Bersama Keluarga ke Bali Bintang-bintang muda bertaburan di Tim JK-Wiranto. Di antaranya Priyo Budi Santoso dan Indra Jaya Pilliang yang punya cerita menarik mengenai keluarganya di musim pilpres ini.Priyo Handoko, Jakarta --- BELAKANGAN ini Priyo Budi Santoso merasa sangat terhibur bila bisa berkumpul dengan istrinya, Fenti Estiana, beserta ketiga buah hatinya. Acara kumpul keluarga itu sangat berharga di tengah kesibukannya di pusaran pemilihan presiden. ''Hampir tiga bulan terakhir ini saya tidak bisa lagi jalan-jalan dan nonton film dengan anak-anak. Padahal, sebelumnya itu rutin kami lakukan setiap minggu,'' kata Priyo saat bincang-bincang santai dengan Jawa Pos di Jakarta kemarin (17/6).Karena itu, dia mengaku sudah menyiapkan ''penebusan dosa'' bila pelaksanaan pilpres selesai nanti. Sebagai tim pendukung JK-Wiranto tentu saja dia berharap selesai perhelatan nasional itu dengan hasil kemenangan pasangan yang diperjuangkannya. ''Saya akan mengajak mereka liburan di Bali sebulan penuh. Niat awalnya sih mau ke New Zealand (Selandia Baru, Red). Tapi, kami takut flu babi. Makanya, cari yang aman-aman saja,'' ujar ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) di DPR itu lantas terkekeh.Saat proses lobi membangun koalisi, Priyo selalu tampak setia mendampingi JK. Setelah JK positif berdampingan dengan Wiranto, tugas Priyo bertambah berat. Bersama Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier, Priyo menyinergikan para juru bicara tim pemenangan JK-Wiranto yang berjumlah sembilan orang.''Semuanya orang-orang muda,'' katanya. Siapa saja mereka? Priyo menuturkan, di antaranya, anggota Komisi I dari FPG Yuddy Chrisnandi, mantan pengamat politik yang kini menjadi politikus Golkar Indra Jaya Piliang, dan Wakil Bendahara DPP Partai Golkar Poempida Hidayatullah.Ada juga Wakil Direktur Eksekutif Lembaga Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar Jefrrey Geovani. Dari luar kubu beringin ada Drajad Wibowo dan Alvin Lie, keduanya dari PAN.''Usia saya dengan Yuddy hanya lebih tua enam bulan. Sama Indra juga masih segenerasi. Poempida itu setahun di bawah saya. Jadi, masih satu generasi. Tapi, saya memang dituakan dan dianggap kepala suku untuk generasi muda. Mungkin karena dianggap senior secara jabatan ketua fraksi di DPR,'' beber pria kelahiran Trenggalek, 30 Maret 1966 itu.Karena usia yang tidak terpaut jauh itu, Priyo mengaku tidak punya hambatan berarti saat berkoordinasi. Priyo menuturkan, banyak ide progresif dan cemerlang yang lahir dari mereka. Misalnya, ide-ide iklan politik JK-Wiranto. ''Selanjutnya itu semua digodok bersama dengan para senior dan jenderal,'' katanya.Dia merasa hasil yang dipetik sudah optimal. Mengingat mereka sama sekali tidak mensubkontrakkan program kampanye pemilu kepada konsultan profesional. ''Semua kami rumuskan sendiri. Soalnya, dana kami tidak sebesar pasangan lain, terutama incumbent,'' ujar Priyo yang mengaku tetap sangat menghormati Presiden SBY itu.Selain menyinergikan para jubir, Priyo mengomandani caleg-caleg terpilih dan anggota DPR dari Golkar periode sekarang untuk turun ke daerah masing-masing. ''Secara khusus saya menjadi penanggung jawab pemenangan Jatim juga,'' kata caleg terpilih dari Dapil Jatim I, Surabaya dan Sidoarjo itu.Indra Jaya Pilliang menceritakan, kesibukannya di Tim Pemenangan JK-Wiranto juga harus ditebus mahal. Salah satunya, dia terpaksa tidak bisa pulang ke Padang saat nenek tersayangnya meninggal dunia pada 30 Mei lalu. Sebab, pada hari itu Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengundi nomor urut pasangan capres-cawapres.Sebagai salah satu jubir yang diandalkan Tim JK-Wiranto, kehadirannya tentu sangat bernilai strategis, terutama untuk berkomunikasi dengan media massa. ''Apalagi, pada awal-awal JK-Wiranto mulai running sepi sekali. Orang yang datang ke Mangunsakoro (markas tim Sukses JK-Wiranto di Jalan Mangunsakoro, Red) bisa dihitung dengan jari. Sekarang saya bersyukur sudah ramai, banyak yang mau bergabung,'' beber pria kelahiran Pariaman, Sumatera Barat, 19 April 1972 itu.Indra menceritakan, sesibuk apa pun, dia tetap berusaha mencuri-curi waktu untuk rileks. ''Setiap hari saya mengambil beberapa jam, biasanya pagi untuk Facebook, baca buku, main-main bersama anak-anak atau jalan-jalan berdua dengan istri,'' kata mantan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) itu, lantas tersenyum. (tof)
[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Kementerian BUMN Diminta Tegas
ANGGOTA Bawaslu Bambang Eko Cahyo Widodo menyatakan, Bawaslu tidak hanya mengklarifikasi ke tim kampanye, namun juga kepada pejabat bersangkutan. ''Kami belum memutuskan hasil klarifikasi ini. Bisa jadi yang kena pasal tim kampanye atau pasal pejabat bersangkutan yang berinisiatif sendiri menjadi tim kampanye nasional,'' katanya. Nama-nama baru yang disampaikan timkamnas JK-Wiranto juga akan dipanggil dalam waktu yang berbeda. Desakan berbagai pihak agar Kementerian BUMN bersikap tegas kepada komisaris yang masuk tim sukses calon presiden mulai direspons.Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengatakan, meski tidak bisa memberikan sanksi kepada para komisaris yang disebut-sebut terlibat, pihaknya akan memberikan imbauan agar mereka segera mengambil keputusan. ''Cepat putuskan, tetap ingin menjadi komisaris BUMN atau tim sukses,'' ujarnya kemarin (17/6).Menurut Said, keterlibatan para komisaris dalam tim sukses berpotensi melanggar UU Pilpres. Karena itu, jika nanti memang terbukti melanggar, mereka terancam hukuman kurungan minimal 6 bulan. ''Kalau dihukum 6 bulan, pasti diganti,'' katanya.Kementerian BUMN, lanjut dia, juga akan membuka pintu bagi komisaris BUMN yang ingin mengundurkan diri. Dia mencontohkan, pengunduran diri Raden Pardede dari jabatan komisaris utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) karena lebih memilih bergabung dengan tim sukses SBY-Boediono. ''Kasus kemarin, begitu saya konsultasi dengan Men BUMN, langsung disetujui,'' terangnya.Ditanya terkait kurang proaktifnya Kementerian BUMN, Said mengelak. Menurut dia, pihaknya hanya bisa aktif untuk menyerahkan nama-nama pejabat BUMN, baik komisaris dan direksi BUMN maupun komisaris dan direksi anak perusahaan BUMN, kepada Bawaslu. ''Dalam hal ini, yang berhak menafsirkan UU adalah Bawaslu, termasuk tindak lanjut atas keberadaan para komisaris tersebut,'' ujarnya. (tom/bay/owi/agm)


[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Tim SBY Copot Sembilan Anggota Tim Sukses yang Berlatar Pejabat BUMN
JAKARTA - Tim Pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono bergerak cepat. Di tengah inisiatif Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) mengklarifikasi keterlibatan pejabat dalam tim sukses, kubu incumbent itu mencopot sembilan anggota tim sukses yang berlatar pejabat badan usaha milik negara (BUMN).Ketua Tim Pemenangan SBY-Boediono Hatta Rajasa menegaskan, dengan pencopotan itu, saat ini tidak ada lagi pejabat BUMN di tim yang dipimpinnya. Karena itu, sudah tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan di tim sukses SBY-Boediono. ''Kami sudah menarik. Kecuali Pak Raden Pardede karena beliau mundur dari PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA),'' kata Hatta di Kantor Bravo Media Center kemarin. Hatta mengatakan telah mengecek dalam struktur tim sukses seputar para pejabat BUMN. Tim sukses adalah anggota pemenangan yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). ''Kami dari timnas, sama sekali tidak ingin menggunakan atau memanfaatkan pejabat-pejabat BUMN, apalagi terkait jabatannya. Kami jamin itu,'' tegas Hatta.Menurut dia, ada sembilan anggota tim kampanye nasional yang ditarik. Di antara sembilan nama itu, tim SBY-Boediono hanya mengganti dengan satu nama, yakni Sudrajat yang mengisi posisi Soeprapto. Soal posisi mantan Kapolri Jenderal (pur) Sutanto yang menjadi komisaris Pertamina, Hatta menyatakan bahwa namanya tidak ada dalam tim kampanye nasional. Sutanto, kata Hatta, hanya masuk tim relawan. Sutanto telah mundur dari posisinya sebagai ketua Dewan Pembina Gerakan Pro SBY (GPS) untuk menghindari tudingan negatif.Saat memberikan keterangan pers, Hatta didampingi Ketua Umum PPP Suryadharma Ali dan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Hatta juga mengklarifikasi kritik tentang keterlibatan para menteri di tim kampanye nasional. Menurut Hatta, keterlibatan para menteri tidak dilarang dalam undang-undang. Dalam UU Pilpres maupun PP Nomor 14/2009 tentang cuti pejabat negara telah diatur secara rinci. ''Pada peraturan KPU 28/2009 pasal 51 juga dikatakan bahwa pejabat negara yang berstatus anggota parpol dapat melakukan kampanye,'' kata Hatta. Selain itu, lanjut Hatta, dalam pasal 62 ayat 1 UU Pilpres diterangkan bahwa menteri dapat melakukan kampanye dengan diberikan cuti. Dalam PP 14/2009 disebutkan, cuti diberikan satu hari dalam seminggu. ''Tidak ada yang salah. Yang penting, tidak menggunakan fasilitas negara,'' katanya.Kubu JK-Wiranto Tak Tahu Sementara itu, Tim kampanye nasional (timkamnas) capres-cawapres Jusuf Kalla (JK)-Wiranto kemarin memenuhi panggilan Bawaslu. Kedatangan mereka itu mengklarifikasi dugaan keterlibatan sejumlah pejabat BUMN dalam tim kampanyenya. Ketua Timkamnas JK-Wiranto Fahmi Idris mengatakan, pencantuman sejumlah pejabat itu terjadi karena kealpaan. ''Kami lupa mengecek nama-nama yang kami susun itu,'' kata Fahmi di Kantor Bawaslu, Jakarta, kemarin (17/6). Dia didampingi Wakil Ketua Timkamnas Syamsul Muarif dan anggota Bawaslu Bambang Eko Cahyo Widodo.Fahmi lantas menceritakan kronologi pembentukan timkamnas. Dia menyatakan, timkamnas itu disusun partai gabungan pengusung capres dan cawapres, yakni partai Golkar dan Hanura. Masing-masing partai menyusun nama-nama yang masuk di timkamnas, kemudian digabung menjadi satu. Daftar Timkamnas itu selesai disusun 6 Mei. ''Namun, saat itu kami tidak sempat mengecek," kata Fahmi. Ketika itu, timkamnas memiliki pekerjaan padat. Timkamnas masih harus berkonsentrasi pada proses deklarasi pasangan calon, pendaftaran di KPU, dan membentuk tim kampanye di daerah. ''Itu baru selesai akhir Mei,'' tutur Fahmi. Memasuki Juni, lanjut Fahmi, timkamnas baru menyadari bahwa ada nama-nama pejabat BUMN yang tercantum di dalamnya. ''Kami langsung mengeluarkan surat bahwa yang bersangkutan tidak lagi berada di timkamnas. Suratnya sudah ada,'' ujar Fahmi. Dia mengatakan, surat itu dibuat pada 10-11 Juni.Ketika ditanya apakah timkamnas mengetahui adanya larangan menyertakan pejabat negara dalam tim kampanye, Fahmi mengatakan baru tahu setelah rampung menyusun struktur tim kampanye. ''Dulu kira-kira begitu, itu ketahuan saat disusun,'' jawabnya.Berdasar data Bawaslu, lima nama pejabat BUMN yang diduga tergabung dalam timkamnas adalah Komisaris Utama Telkom Tanri Abeng selaku anggota dewan penasihat timkamnas, Komisaris PTPN XI Fadhil Hasan selaku anggota tim kajian, Komisaris Jamsostek Rekson Silaban sebagai wakil koordinator penggalangan pekerja, tani, dan nelayan, dan Komisaris Pertamina Sumarsono menjadi anggota dewan pengawah timkamnas.Pada saat klarifikasi, timkamnas mengkoreksi nama-nama yang dirilis Bawaslu. Dua nama lagi yang belum tercantum. Mereka adalah Abdul Razak Manan selaku komisaris Pelindo I sekaligus anggota bidang kajian dan Sjukur Sarto yang menjabat komisaris Jamsostek. ''Nama Sumarsono di tim kampanye itu bukan komisaris Pertamina, melainkan Sekjen Partai Golkar,'' kata Syamsul.Fahmi menambahkan, timkamnas juga sudah menyampaikan pencantuman itu kepada para pejabat BUMN. ''Kecuali Rekson Silaban, dia tidak mengetahui namanya dicantumkan,'' ujarnya. Fahmi pada kesempatan itu juga mengkritik kinerja Bawaslu yang hanya memeriksa pejabat BUMN. Dia menilai, masih bertebaran pegawai negeri sipil (PNS) yang diduga juga masuk di timkamnas. ''Jika pejabat BUMN dikejar-kejar, seharusnya PNS juga,'' kata Fahmi.Setelah Fahmi, Tanri Abeng datang memenuhi panggilan Bawaslu. Pemeriksaan Tanri sejatinya dijadwalkan Selasa (16/6). Namun, dia mendadak berhalangan hadir. Tanri kepada pers menyatakan tidak tahu-menahu bahwa dirinya dicantumkan dalam timkamnas. ''Saya tidak tahu dan tidak pernah dikasih tahu,'' kata Tanri kepada wartawan.Dia mengumpamakan, akan sangat bodoh jika dirinya tahu dan kemudian masuk timkamnas saat memiliki posisi sebagai pejabat BUMN. Menurut dia, mungkin pencantuman itu terjadi karena posisinya sebagai anggota Dewan Penasihat Partai Golkar. ''Tapi, saya tidak pernah menyatakan diri masuk timkamnas,'' terangnya.Dia menyatakan, mungkin petinggi di timkamnas mengetahui kabar bahwa dirinya sudah menyatakan bersedia sebagai timkamnas. Namun, sejatinya dia tidak pernah diberi tahu. ''Itu biasa di dalam suatu koordinasi. Petinggi tahu dari bawah. Padahal, yang di bawah tidak pernah berbuat apa-apa,'' ujarnya.Sebanyak 12 pejabat BUMN kemarin dipanggil oleh Bawaslu. Selain Tanri Abeng, mereka yang dari timkamnas JK-Wiranto adalah Fadhil Hasan dan Rekson Silaban. Sedangkan dari kubu SBY-Boediono, terdapat nama Achdari, Max Tamaela, Dadi Prajitno, Effendi Rangkuti, Yahya Ombara, Umar Said, dan Sulatin Umar.(tom/bay/owi/agm)
Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Minta Tidak Tebang Pilih
APA reaksi kubu tim pemenangan JK-Wiranto terhadap rencana Bawaslu memolisikan capres dan cawapres tersebut? Juru bicara Yuddhi Chrisnandi mengatakan, semua pejabat teras di tim pemenangan JK-Win siap menjalani proses hukum. ''Pak JK adalah orang yang menjunjung tinggi hukum. Beliau menyerahkan semuanya pada proses hukum yang ada,'' ujarnya di Jakarta kemarin (18/6).Namun, lanjut Yuddy, dia meminta Bawaslu tidak tebang pilih. Sebab, pejabat BUMN yang banyak terlibat justru berasal dari tim pemenangan SBY-Boediono. Kalaupun ada di JK-Win, itu tak lebih dari dua orang. ''Dua-duanya pun sudah mundur dari tim pemenangan. Lantas, kenapa sampai sekarang masih mempermasalahkan kami,'' katanya. Dia berharap Bawaslu menindak tegas semua orang yang terlibat. ''Jangan hanya karena di kami ada, kami yang terus-terusan disalahkan. Yang di tim pasangan lain harus ikut ditindak tegas dong,'' tuturnya.Persoalan keterlibatan pejabat BUMN dalam tim kampanye nasional dianggap kubu SBY sudah selesai. Ketua Departemen SDM DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengatakan, tim SBY-Boediono menarik sembilan anggota tim sukses dari daftar di KPU. Dengan demikian, tidak ada yang perlu dipersoalkan lagi.Menurut Andi, saat ini sudah tidak ada lagi pejabat BUMN yang berada di tim kampanye nasional SBY-Boediono. Mereka diberi pilihan terus menjadi pejabat BUMN atau tim sukses. ''Jadi, semuanya sudah selesai. Mereka telah memilih sendiri,'' ujarnya. (aga/tom)


Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Sudi: SBY Andil Besar Damaikan Aceh
JAKARTA - Klaim Capres Jusuf Kalla (JK) bahwa dirinya yang membuat keputusan soal perdamaian di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) membuat kubu Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) meradang. Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi sampai harus memberikan keterangan khusus kepada wartawan terkait klaim wakil presiden itu.Menurut Sudi, sebagai presiden, SBY tentu memiliki andil besar dalam proses perdamaian di provinsi berjuluk Negeri Serambi Makkah itu. ''Tidak hanya manggut-manggut saja,'' kata Sudi di Kantor Presiden kemarin. Dia lantas menjelaskan bahwa proses perdamaian Aceh digagas SBY sejak 2001. Itu semasa SBY menjadi Menkopolkam. Kerja keras SBY saat itu terlihat dengan keluarnya inpres yang berisi instruksi penyelesaian Aceh secara baik dan bermartabat. ''Saat itu dibentuk desk Aceh yang dipimpin sekretaris Menkopolkam, yang kebetulan saat itu saya jabat,'' kata Sudi.Saat itu, menurut Sudi, memang belum berhasil. Sebab, unsur-unsur di pemerintahan dan DPR tidak cukup solid dalam penyikapan kasus Aceh. Tidak semua mendukung upaya penyelesaian Aceh secara damai dan bermartabat.Pada waktu terpilih menjadi presiden, lanjut Sudi, SBY sangat bersungguh-sungguh berniat menyelesaikan masalah Aceh secara damai dan bermartabat. Dan, puncaknya ketika terjadi tsunami, SBY aktif mengimbau untuk dilakukan perdamaian. Dan, imbauan itu direspons secara positif oleh kelompok GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di dalam dan luar negeri. ''Akhirnya dibentuklah suatu tim perunding, itu pun keluar dengan keppres, siapa saja juru runding itu, apa saja misinya, dan upaya-upaya perundingan itu adalah arahan dari presiden,'' kata Sudi. ''Sampai terjadi persetujuan damai ada MoU-nya, naskahnya pun dalam kontrol dan kendali Pak SBY. Saat perundingan alot, sampai titik koma naskah perjanjian, pr esiden ikut campur di dalamnya,'' sambung Sudi.Apakah SBY terganggu oleh klaim JK tersebut? Sudi justru menjawab bahwa dirinya yang merasa terganggu karena ikut menjadi pelaku sejarah. ''Presiden hanya tanya ke saya, 'Lho, kok begitu? Mas Sudi kan tahu seperti apa dulu perjuangan kita dari 2001 untuk menyelesaikan Aceh secara damai dan bermartabat','' kata Sudi menirukan ucapan SBY. Meski demikian, kata Sudi, SBY tidak tersinggung. Sebab, SBY memang tidak pernah ingin menonjolkan pekerjaan yang dilakukannya. ''Tidak sampai terganggu. Sampai sekarang jalan terus dan pemerintah terus mengawal agar hasil yang telah dicapai bisa dijaga dan dipertahankan,'' katanya. (tom/agm)
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Bawaslu Akan Polisikan JK dan Hatta
Bersama Para Bos BUMN yang Jadi Tim Sukses JAKARTA - Kendati sejumlah pejabat BUMN sudah ditarik dari tim pemenangan pasangan capres-cawapres, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tetap akan memper­karakan mereka. Lembaga pimpinan Nur Hidayat Sardini itu bakal melaporkan para petinggi perusahaan pelat merah tersebut ke Mabes Polri dengan tuduhan melakukan pelanggaran pidana pemilu.''Saat ini kami masih dalam pro­ses pemberkasan akhir. Kami putuskan untuk membawa laporan ter­sebut ke polisi,'' kata anggota Bawaslu Wirdianingsih di gedung KPU kemarin. Dia didampingi Bambang Eko Cahyo, anggota Bawaslu lainnya, dan Bambang Widjojanto, konsultan hukum Bawaslu.Itu, lanjut Wirdianingsih, berda­sar pemeriksaan yang dilakukan terhadap sejumlah pejabat BUMN pada Rabu lalu (17/6) dan kemarin (18/6). Mereka yang secara formal tertulis dalam daftar tim kampanye dikonfirmasi. ''Ada yang menga­kuinya, ada yang tidak datang saat kami undang untuk hadir mem­berikan konfirmasi,'' ujarnya.Para pejabat BUMN yang terjaring Bawaslu itu berasal dari tim pemenangan SBY-Boediono dan JK-Win. ''Kami juga mendapatkan laporan adanya pegawai negeri sipil (PNS) yang terlibat dalam tim sukses Mega-Prabowo. Tapi karena tidak ada bukti formalnya, kami tidak bisa menindaklanjuti,'' ungkapnya. Bukan hanya pejabat BUMN yang bakal diseret ke meja penyelidikan. Ketua tim pemenangan yang menandatangani struktur tim pemenangan pun akan terseret. Mereka adalah Ketua Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono Hatta Rajasa dan Sekretaris Tim Kampanye Nasional Marzuki Alie. Di kubu JK-Win, Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla dan Wiranto ikut terseret karena menandatangani daftar tim kampanye yang memuat pejabat BUMN plus sejumlah pejabat teras Hanura dan Golkar. ''Mereka yang menandatangani dikenakan pasal 216 UU Pilpres, sementara pejabat BUMN-nya dikenakan pasal 217 UU Pilpres,'' jelas Wirdianingsih.Bagaimana dengan keputusan tim pemenangan menarik pejabat BUMN tersebut? Kata Wirdianingsih, itu takkan mengubah upaya hukum Bawaslu. Sebab, keputusan menarik pejabat dari tim kampanye tersebut dilakukan setelah memasuki masa kampanye. ''Artinya, mereka sudah melakukan pelanggaran. Penarikan mereka dari tim kampanye tidak bisa menghapus kesalahan mereka,'' tegasnya. (aga/tof)
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Tim SBY Optimis Rebut 70 Persen Suara Pemilih Jatim
PEMETAAN kekuatan tiga kubu pasangan capres-cawapres mulai melokal ke daerah. Tak mau hanya berkontestasi di level elite, tim sukses kampanye pemenangan Soesilo Bambang Yudho­yono (SBY)-Boediono bahkan mengatakan sudah menghitung peta di daerah. Anggota tim sukses pemenangan SBY-Boediono Ramadhan Pohan mengatakan, pihaknya optimistis bahwa pasangan capres-cawapres nomor urut dua bakal mampu meraih minimal 70 persen suara pemilih di Provinsi Jawa Timur. Selain melihat kecenderungan pemilih, menurut Pohan, keyakinan itu didasarkan pada hasil pemilu legislatif April lalu.''Alat ukur kami jelas. Di Jawa Timur itu sudah umum apa pun partainya, ya tetap SBY presidennya,'' kata caleg terpilih dapil Jatim VII itu kepada wartawan di Jakarta kemarin.Argumentasi lain yang mampu menegaskan bahwa optimisme 70 persen suara di Jawa Timur rasional, ungkap dia, adalah ikatan emosional masyarakat Jatim yang mayoritas warga nahdliyin. Sebagai capres yang berasal dari Pacitan, sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, tentu SBY secara emosi akan mendapatkan paling banyak simpati. Meski belum memiliki hitungan matang, dia juga yakin, kemenangan mutlak juga bakal terjadi di banyak provinsi lainnya.''Walaupun SBY didukung semua suku daerah yang ada di Indonesia, pasti emosional orang Jawa, khususnya Jawa Timur, tentu lebih besar. Rasa kepemilikan mereka terhadap anak sendiri pasti kan berbeda dengan orang lainnya,'' urai mantan wartawan Jawa Pos itu. Lebih lanjut Pohan mengatakan, keyakinan 70 persen kemenangan juga bertumpu kepada karakter SBY yang merepresentasikan sosok negarawan yang lebih unggul daripada calon lainnya. Sejak 2004 sosok SBY demikian fenomenal, antara lain, kata dia, karena kenegarawanannya.Menurut dia, negarawan sangat berbeda dengan politisi. Negarawan selalu memikirkan apa yang akan terjadi pada generasi berikutnya, sedangkan politisi pasti hanya memikirkan apa yang akan terjadi pada pemilihan berikutnya. ''Negarawan itu selalu berbicara next generation, sedangkan politisi bicara apa yang akan dilakukan next election,'' tuturnya. (did/jpnn/agm)


[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
JK dan Prabowo Tolak Gerakan Pilpres Satu Putaran
JAKARTA - Isu pemilihan presiden satu putaran yang di­kam­panyekan Lembaga Studi De­mokrasi (LSD) pimpinan Den­ny J.A. semakin gencar. Ku­bu JK-Wiranto dan Mega-Prabowo menilai gerakan tersebut tidak demokratis. Calon presiden Jusuf Kalla meng­anggap bahwa klaim gerak­an pilpres satu putaran menghemat anggaran negara sekitar Rp 4 tri­liun itu tidak tepat. ''Benar Rp 4 triliun itu besar, tapi kalau rakyat salah memilih pemimpin, kita bisa rugi ratusan triliun. Jika kita selalu telat membangun bangsa, ruginya bisa ratusan triliun. Salah memilih pemimpin itu lebih besar ruginya daripada Rp 4 triliun," ujar JK di Jakarta kemarin (18/6).Calon wakil presiden Wiranto menuturkan, pemilu adalah hak rakyat untuk memilih pemimpin nasional yang terbaik. Aturan UU pemilu presiden memang memungkinkan pemilu presiden bisa selesai satu putaran dengan syarat-syarat yang berat. Karena itu, dia meminta tidak perlu ada gerakan untuk menyelesaikan pemilu presiden dalam satu putaran de­ngan segala macam cara yang tidak demokratis. ''Yang terbaik, biarkan rakyat memilih, jangan diganggu upaya-upaya yang membuat pemilu tidak transparan dan tidak adil," tandasnya.Wiranto menuturkan, JK-Wiranto tidak akan meramal dan melakukan upaya untuk mempercepat pemilu. Mereka hanya menggunakan waktu hingga 8 Juli untuk menampilkan yang terbaik untuk selanjutnya dipilih rakyat secara jujur dan adil. Cawapres Prabowo Subianto juga menilai kampanye pilpres satu putaran sangat mempriha­tinkan. Dia menyebut, upaya tersebut tidak arif. Dalam konteks demokratisasi, pendekatannya tidak semata-mata efisiensi.''Kalau mau hemat, tidak usah pilpres saja. Atau, kalau mau lebih hemat lagi, bikin saja sistem pemerintahan yang otoriter atau oligarki,'' tegasnya. (pri/noe/tof)


Politika
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Megawati-Prabowo Sepakat Tidak Terima Gaji bila Menang Pilpres
JAKARTA - Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto terus bermanuver untuk menarik simpati publik. Salah satunya, capres-cawapres PDIP-Partai Gerindra itu berjanji tidak menikmati gaji plus tunjangan bulanan bila kelak memenangi pemilu presiden (pilpres).Aksi pantang gajian itu akan terus dilaksanakan selama komitmen yang tertuang dalam kontrak politik belum terealisasi. ''Saya sudah bicara dengan Ibu Me­gawati. Bila terpilih, kami sepakat tidak akan memanfaatkan semua gaji dan tunjangan yang diberikan selama sasaran-sasaran kami di kontrak politik atau delapan program aksi untuk rakyat itu belum tercapai,'' tegas Prabowo di Jakarta Selatan, kemarin (18/6). Lantas, selama tidak gajian, diberikan kepada siapa penghasilan bulanan tersebut? ''Semua akan kami salurkan kepada pihak-pihak yang lebih memerlukan. Misalnya, yatim piatu, kaum duafa, dan mereka yang tertimpa bencana,'' ujarnya.Menanggapi hal tersebut, Ketua Departemen SDM DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng menyatakan, persoalan di negara ini tidak sekadar menerima atau tidak menerima gaji. ''Yang penting adalah bagaimana menjalankan kekuasaan pemerintahan itu,'' katanya di Kantor Presiden.Menerima atau tidak menerima gaji, jelas dia, tidak berkaitan dengan kinerja seorang pemimpin. Kalau ki­nerja pemimpin jelek, meski tidak menerima gaji, hasil yang dicapai tetap akan buruk.Menurut dia, yang justru menjadi pertanyaan publik terhadap Mega bukan soal menerima gaji atau tidak. Tapi, yang perlu dijelaskan saat Mega menjalankan kekuasaan pemerintahan adalah apakah program-programnya untuk rakyat menguntungkan negara atau merugikan negara. (pri/tom/agm)


Opini
[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Dana Cekak, Buat Skala Prioritas
DPR sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan budgeting mencoba merespons kian banyaknya pesawat TNI yang jatuh. Mereka berikhtiar untuk meningkatkan porsi anggaran Departemen Pertahanan (Dephan), dari Rp 33,7 triliun menjadi Rp 36,5 triliun. Jadi, meningkat Rp 2,8 triliun.Ikhtiar itu bukanlah sesuatu yang mudah. Sebab, untuk itu, dewan harus mengorbankan departeman yang lain. Disebutkan, porsi anggaran Dediknas harus turun dari Rp 62,1 triliun menjadi Rp 58 triliun. Begitu juga departemen yang lain. Misalnya, Departemen Pekerjaan Umum (Rp 35 triliun menjadi Rp 34 triliun), dan Depag (26,7 triliun menjadi Rp 25,3 triliun). (Jawa Pos, 17/06/2009).Kendati demikian, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menyatakan tidak puas. Menurut dia, kenaikan Rp 2,8 triliun tersebut tidak sesuai dengan hasil kesepakatan dengan Komisi I DPR yang menyepakati kenaikan anggaran Dephan berkisar Rp 7 triliun hingga Rp 10 triliun.Menhan tentu memiliki alasan kuat untuk kecewa. Bisa jadi, kenaikan ''sekecil itu'' memang tidak memadai untuk keperluan departemen yang dipimpinnya. Namun, dewan tentunya juga memiliki alasan yang sama kuatnya. Yakni, keterbatasan kemampuan negara. Itu bisa dilihat ketika menaikkan porsi anggaran Dephan, dewan harus memangkas anggaran untuk departemen yang lain.Jadi, persoalannya memang cukup pelik. Dan, kita semua maklum akan hal itu. Negara kita memang kaya raya dari sisi potensi. Namun, karena salah urus, negara yang kaya raya ini menjadi negara yang serba kekurangan. Utang luar negeri pun, karena saking banyaknya, sulit dibayangkan kapan kita bisa melunasi. Kini yang menjadi masalah, sudahkah para penyelenggara negara menyadari kondisi itu? Ketika kebingungan membagi jatah anggaran seperti yang dialami dewan saat ini, mungkin mereka bisa merasa bahwa kemampuan negara menyediakan dana memang lemah. Namun, fakta menunjukkan, hal itu tidak membekas dan berimplikasi apa-apa.Bukan hal yang sulit untuk membuktikan hal itu. Bukankah selama ini publik sering disuguhi perilaku bermewah-mewahan oleh para pejabat? Dari kebiasaan mereka mengadakan mobil dinas baru, kendati mobil yang lama masih layak, hingga kesukaan mereka mengadakan studi banding yang pada praktiknya hanya jalan-jalan (pelesir). Dan, yang terbaru dan paling menghebohkan adalah rencana memberikan kenang-kenangan cincin emas kepada anggota dewan. Padahal, untuk keperluan itu, negara harus menyediakan dana Rp 5 miliar lebih. Dengan demikian, yang menjadi masalah adalah sikap mental yang dimiliki para pejabat itu sendiri. Bila mentalnya masih seperti itu, berapa pun dana yang dimiliki negara tidak akan pernah cukup. Karena itu, kata kunci yang harus kita pegang adalah perubahan sikap mental. Kita, terutama mereka yang saat ini menjabat, harus bisa menyadari kondisi riil bangsa ini. Tanpa terus mengungkit kesalahan masa lalu, mari kita tatap masa depan dengan perilaku yang rasional. Karena bangsa ini telanjur jatuh miskin dan terjerembab dalam utang luar negeri yang begitu besar, pilihan rasional adalah hidup hemat. Tentukan sekala prioritas. Hal-hal yang tidak sangat mendesak janganlah dipenting-pentingkan. Dengan bersikap begitu, berarti kita bertanggung jawab terhadap keberlangsungan bangsa ini ke depan. (*)

Kamis, 18 Juni 2009 ]
Suramadu Cacat di Usia Dini
SIAPA pun yang menyaksikan Jembatan Suramadu tentu akan bangga. Namun, akibat ulah tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, jembatan itu kini ''cacat'' di usia sangat dini, belum satu minggu. Sungguh, itu tidak bisa dibiarkan. Pemerintah dan Jasa Marga harus bertindak cepat dan tegas. Sebab, jembatan yang diperkirakan umurnya bisa bertahan hingga seratus tahun tersebut bisa terancam. Apalah gunanya dana triliunan rupiah dan waktu pengerjaan yang lama jika akhirnya runtuh sia-sia? Jembatan merupakan proyek infrastruktur penting yang sangat berguna bagi masyarakat. Karena itu, sungguh sangat disesalkan bila perusakan dan pencurian tidak bisa dicegah.SOTYASARI DHANISWORO, Griya Sedati Permai, Jl Cenderawasih, Sedati, Sidoarjo
Opini
[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Jangan Pilih Pemimpin dalam Karung
Oleh: Djohansjah MarzoekiSUDAH lama berselang, seorang teman baik saya, yang biasa bicara macam-macam bagai seorang teman, suatu hari berkata, "Kalau orang respek pada Anda, itu jelas. Tapi, kalau orang suka pada Anda, itu belum tentu!" Jawab saya, "Ya, saya tahu, tidak semua orang suka pada saya."Diagnosis yang dia ucapkan secara jujur dalam suasana yang kurang bersahabat itu terasa menusuk perasaan. Sehingga, saya perlu memikirkannya berhari-hari. Pertama, haruskah saya mengubah perilaku sehari-hari? Tetapi, nanti dulu, yang harus berubah itu saya atau mereka yang tidak suka? Masih banyak lagi pertanyaan yang timbul. Tetapi, pertanyaan yang paling penting akhirnya keluar. Yakni, lebih baik mana, direspeki atau disukai orang kalau hanya satu yang boleh dipilih? Orang bisa suka begitu saja. Tanpa alasan rumit, yang disukai tidak perlu bekerja apa-apa. Seperti boneka dan bayi, tergeletak saja, sudah banyak yang suka. Paling-paling, lucu, cantik, ganteng, dan mbanyol atau cukup nyanyi yang merdu, banyak yang suka. Cukup kepemilikan dan kemampuan yang bersifat primordial.Tetapi, respek berbeda. Orang baru bisa respek kepada orang lain karena ada suatu prestasi, suatu kemampuan yang ditunjukkan. Suka dan tidak suka hanya emosi yang berlangsung tidak terlalu lama dan mudah berubah. Sedangkan respek yang muncul karena prestasi akan lebih permanen. Akhirnya, saya lebih memilih direspeki orang daripada disukai. Diagnosis teman yang dulu saya anggap berbau merendahkan itu kini saya sadari sebagai pujian. Dalam hati, ada rasa berterima kasih karena telah bisa menganalisisnya dengan lebih baik. ***Masa berjalan terus. Pola pikir telah berkembang. Maka, analisis yang terkait dengan itu berkembang pula. Ternyata, banyak sekali orang, baik pejabat maupun bukan, tidak bisa membedakan masalah publik, seperti fungsi menjabat, keilmuan, dan kepentingan orang banyak, dengan persoalan personal, seperti perkawinan, upaya mendesain rumah, cara berpakaian, dan kehidupan beragama. Masalah yang bersifat publik membutuhkan analisis dan pengujian rasional. Sedangkan kebanyakan masalah personal tidak perlu dan tidak bisa dianalisis atau diuji rasional seperti itu. Tapi, kalau bisa dilakukan, hasilnya tentu lebih baik. Itulah yang terjadi pada teman saya tersebut. Waktu kami berbicara tentang keilmuan, suatu masalah publik, timbul asupan-asupan emosional yang seharusnya tidak terjadi. Dalam ilmu, yang dibicarakan bukan suka dan tidak suka, melainkan valid dan tidak valid, bukti (evidence) dan alat ukur. Mencampuradukkan pola pikir rasional dan emosional untuk mencari kebenaran ilmiah atau masalah publik bakal menelurkan suka dan tidak suka dan bentrok emosional antarstaf.Kalau kebiasaan seperti itu membudaya dan berada di semua sektor kegiatan publik, entah kantor pemerintah, sekolah, universitas, maupun DPR, runyam akan terjadi di mana-mana. Karena itu, kalau kita ingin memilih pejabat dan pemimpin, bahkan presiden, jangan pilih yang Anda suka, melainkan yang Anda respek, yang prestasi dan kemampuannya Anda ketahui. Alasannya bukan dia cantik, ganteng, dan pintar mbanyol atau nyanyi. Riwayat prestasi calon pemimpin harus diketahui oleh umum. Kalau tak punya prestasi dasar sebagai pemimpin, seharusnya calon itu tidak ikut nominasi. Pertimbangan berikutnya adalah program yang dijalankan kalau dia menjabat. Debat publik antarcalon pemimpin akan memberikan gambaran pola pikir yang dipakai dalam menyelesaikan masalah yang diajukan. Jika semua cara itu ditempuh, rakyat bakal memilih dengan lebih mudah, siapa yang berkemampuan lebih di antara mereka, tidak membeli kucing dalam karung. Tampaknya, kita saat ini menuju ke sana walaupun masih setengah hati.***Kalau sekarang banyak pejabat yang hanya bermodal cantik, pintar mbanyol, atau berbaju penuh embel-embel mencolok, itu bukan salah mereka. Mereka dipilih. Akarnya ada di si pemilih. Kemampuan rakyat untuk memilih hanya sampai di situ. Karena itu, jika kita ingin lebih baik, lebih maju untuk hari yang akan datang, perhatian tidak ditujukan kepada yang menjabat sekarang, melainkan rakyat, si pemilih. Seberapa jauh pengertian bangsa ini akan perlunya pemimpin yang berkemampuan dan berpotensi untuk berprestasi.Itu tujuan pendidikan politik. Pendidikan membedakan kepentingan umum dan personal/kelompok, meletakkan pola pikir emosional dan rasional di tempat yang sesuai. Kalau pendidikan politik berhasil, pemimpin di hari yang akan datang adalah yang berkemampuan dan berpotesi mendulang prestasi. Negara digarap berdasar sistem yang teruji, dengan perencanaan riil, oleh orang yang berkemampuan. (*)*). Djohansjah Marzoeki, guru besar (LB) Unair.


[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Koruptor, Kabur Lagi...Kabur Lagi...
Oleh: Emerson Yuntho KEJAKSAAN Negeri Jakarta Selatan Selasa lalu (16/6) gagal mengeksekusi Djoko S. Tjandra, terpidana kasus korupsi hak tagih (cessie) Bank Bali di Bank Dagang Nasional Indonesia dengan kerugian negara Rp 546 miliar. Eksekusi itu merupakan bagian dari pelaksanaan putusan peninjauan kembali (PK) Mahkamah Agung (MA) yang memvonis Djoko S. Tjandra dua tahun penjara. Jika Djoko gagal dieksekusi dan dinyatakan buron oleh kejaksaan, fakta itu akan memperpanjang deretan koruptor Indonesia yang kabur atau melarikan diri. Dalam catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), lima tahun terakhir terdapat 45 koruptor -dengan status tersangka, terdakwa dan terpidana- yang melarikan diri, baik ke luar maupun di dalam negeri. Para koruptor yang kabur, antara lain, Samadikun Hartono, tersangka kasus BLBI di Bank Modern yang merugikan negara Rp 80 miliar. Terpidana yang lain Bambang Sutrisno, terkait kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara sekitar Rp1,5 triliun. Oleh pengadilan, Bambang divonis penjara seumur hidup. Demikian juga, Andrian Kiki Ariawan, terpidana kasus BLBI Bank Surya Rp1,5 triliun, divonis seumur hidup dan diduga kini berada di Australia. Daftar terpidana lain adalah Sudjiono Timan, terpidana kasus korupsi di BPUI yang merugikan negara USD 126 juta; Eddy Tansil, terkait kasus ekspor fiktif Rp 1,3 triliun; dan David Nusa Wijaya, terpidana kasus BLBI Bank Servitia Rp 1,3 triliun dan telah divonis di tingkat kasasi 8 tahun penjara.Di antara sejumlah pelaku yang melarikan diri, hanya David Nusa Widjaya yang tertangkap. Hendra Raharja, terpidana seumur hidup BLBI Bank Modern, bahkan meninggal dunia dalam pelariannya di Australia. Selebihnya belum tertangkap dan bahkan masih leluasa menjalankan usahanya dari luar negeri. ***Jika dicermati kembali, kaburnya Djoko S. Tjandra terjadi karena lambatnya MA menyerahkan salinan putusan dan lambatnya kejaksaan melaksanakan eksekusi. Berdasar pasal 170 KUHAP, intinya menyebutkan bahwa kejaksaan baru dapat melakukan eksekusi setelah menerima salinan putusan dari pengadilan. Artinya, meskipun telah divonis penjara oleh MA, jika salinan putusan kasasi belum diserahkan kepada jaksa sebagai eksekutor, terpidana belum dapat dijebloskan ke penjara. MA menjatuhkan putusan peninjuan kembali pada 11 Juni 2009. Namun, eksekutor dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan baru akan melaksanakan eksekusi pada 16 Juni 2009 atau enam hari kemudian. Adanya rentang waktu yang cukup lama itu jelas membuka peluang Djoko melarikan diri. Sebelumnya, peristiwa itu juga terjadi pada terpidana David Nusa Wijaya yang divonis MA selama 8 tahun penjara pada 23 Juli 2003. Namun, hingga setahun lebih, salinan putusannya belum juga diserahkan kepada kejaksaan. Demikian halnya dengan Sujiono Timan, terdakwa korupsi BPUI Rp 2 miliar yang divonis 15 tahun penjara oleh MA. Petikan putusannya baru diserahkan ke kejaksaan seminggu setelahnya. Lambatnya proses tersebut justru menjadi peluang David dan Sujiono Timan melarikan diri ke luar negeri. Tidak dimungkiri pula, terdapat indikasi adanya upaya kesengajaan dari pihak-pihak tertentu untuk memberikan kesempatan kepada koruptor melarikan dengan cara sengaja mengulur-ulur atau menghambat salinan putusan ke pengadilan negeri tempat terpidana kali pertama disidangkan yang selanjutkan diserahkan kepada kejaksaan negeri untuk di eksekusi. Masalah lain juga muncul akibat buruknya koordinasi di antara penegak hukum dan imigrasi. Ketika koruptor kabur, sering antara pihak pengadilan, kejaksaan, dan imigrasi akan saling menyalahkan. ***Indonesia bukanlah negara pertama yang mengalami masalah koruptor melarikan diri. Tiongkok dan Peru jauh sebelumnya juga memiliki masalah serupa. Surat kabar Legal Daily dalam tajuk rencananya di halaman depan, sebagaimana dikutip kantor berita AFP akhir 2004, menulis ada sekitar 4.000 pejabat Tiongkok yang melarikan diri ke luar negeri. Begitu pula Peru yang pada 2003 dalam kasus Alberto Fujimori, mantan presiden Peru keturunan Jepang yang diduga melakukan sejumlah kasus korupsi selama menjabat sebagai orang pertama di Peru. Alberto Fujimori bahkan telah berganti kewarganegaraan Jepang sehingga upaya mengadili dia di Pengadilan Peru pada akhirnya kandas. Untuk menghindari kejadian serupa pada masa mendatang, terdapat beberapa hal penting yang harus dilakukan. Pertama, sebagai langkah antisipatif, pelaku korupsi sudah selayaknya dicekal sejak berstatus sebagai tersangka. Perlu ada upaya mencegah pelaku melarikan diri sejak penyidikan hingga pelaksanaan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap (inkracht). Kedua, perlu penelusuran dan penyitaan harta kekayaan koruptor. Hal itu menjadi penting untuk menghindari pelaku mengalihkan harta kekayaannya kepada pihak ketiga maupun membawa kabur ke luar negeri. Dengan cara tersebut, kewajiban koruptor membayar uang pengganti senilai uang yang dikorupsi dapat segera dilaksanakan. Meskipun koruptor kabur, harta kekayaaannya dapat disita dan dilelang untuk negara. Ketiga, koordinasi antaraparat penegak hukum perlu diperbaiki kembali. Seharusnya pada saat pengadilan menjatuhkan vonis bagi pelaku korupsi, pada hari itu juga salinan putusan disampaikan kepada kejaksaan. Selanjutnya, kejaksaan segera mengeksekusi terpidana sekaligus berkoordinasi dengan pihak imigrasi untuk mencekal pelaku ke luar negeri. Keempat, selain pembenahan administrasi, MA dan kejaksaan harus juga memeriksa dan memproses secara hukum terhadap pihak-pihak yang diduga memperlambat penyelesaian dan pengiriman salinan putusan atau bahkan membocorkan putusan kepada koruptor sehingga mengakibatkan pelaku melarikan diri.Tanpa adanya perbaikan dan langkah yang extra ordinary, dapat dipastikan pada masa mendatang peristiwa koruptor yang kabur akan kembali terjadi. (*)*). Emerson Yuntho, wakil Koordinator Badan Pekerja ICW, Jakarta


[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Capres Suka Saling Klaim
Bursa capres semakin hari semakin panas. Para kandidat saling serang, sindir, dan saling klaim keberhasilan. Keberhasilan yang tercapai seakan hasil kerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Semua itu dilakukan hanya dengan satu tujuan. Yakni, masyarakat mau memilihnya saat pilpres mendatang.Mengklaim itu sah-sah saja. Tapi, mereka semestinya juga mengungkapkan bahwa keberhasilan yang sudah diperoleh tersebut tak semata-mata dari dirinya. Sikap menghargai itu perlu. Hal tersebut merupakan cermin dari orang yang jujur dan amanah.Bila menghargai rekan kerja saja tidak mau, bagaimana nanti bisa menghargai amanah? Padahal, seorang pemimpin yang baik haruslah orang yang bisa memegang amanah yang diberikan rakyat kepada dia. MUH. SUPRIHATIN, mahasiswa Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah




Ekonomi Bisnsi :

[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Gudang Garam Menarik Investor Asing
Philips Morris-BAT Paling Berminat JAKARTA - Satu persatu pe­ru­sahaan rokok kretek nasional yang sudah go public (Tbk) dicaplok perusahaan rokok asing. Se­telah Sampoerna dibeli Philips Morris lalu Bentoel diakuisisi Bri­tish American Tobaccos (BAT). Kini, tinggal Gudang Garam yang masih bertahan. Sedangkan PT Djarum masih berstatus perusahaan keluarga dan belum ada rencana menjadi perusahaan publik."Sekarang ini hanya tinggal Gudang Garam, terserah komisaris nya kalau mau dijual. Saya tidak ta­hu isi hati mereka saat ini," ujar Ketua Umum Gabungan Perseri­katan Perusahaan Rokok Indonesia (Gappri), Ismanu Soemiran ke­marin. Namun menurut dia, jika Gudang Garam dijual maka pihak yang berminat membeli adalah dua perusahaan rokok global, Philips Morris dan BAT.Ismanu mengatakan, fenomena pen­jualan rokok kretek nasional oleh asing tidak terlepas dari kon­disi pasar rokok dunia. Saat ini rokok kretek dipandang sebagai jenis yang bisa mendunia. "Mereka itu kan ahlinya di bidang industri. Saat ini rokok kre­tek dipandang sebagai new co­mer yang bisa mendunia, bisa men­jadi era baru dalam industri rokok," ungkapnya.Pada saat yang sama, industri ro­kok dalam negeri menghadapi berbagai tekanan regulasi. Selain itu, penjualan pabrik rokok dalam negeri juga terkait dengan ki­nerja perusahaan rokok kretek yang semakin baik. "Inovasi pa­sar rokok kretek semakin meng­ge­ser pasar rokok putih, yang justru turun," terangnya.Rumor Gudang Garam dijual ke investor asing sudah sering ter­dengar. Enam tahun lalu, ka­bar itu muncul ketika Gudang Garam mengumumkan akan meng­gandeng produsen rokok ter­besar keempat sedunia dari Jerman, Reemtsma Cigarettenfa­bri­ken GmbH, pemilik pabrik Da­vidoff. Tapi, rencana untuk meng­garap pasar rokok putih itu gagal di tengah jalan lantaran seng­keta merekKabar dilegonya pabrik rokok ke­banggaan warga Kediri, Jawa Ti­mur, itu kembali menguat ketika presiden komisaris dan anak da­ri pendiri Gudang Garam, Rachman Halim meninggal di Si­nga­pura pada 27 Juli 2008. Rumor penjualan saat itu bahkan sem­pat membuat harga saham GGRM (kode emiten Gudang Garam) melesat 47 persen dalam dua hari. Namun, lagi-lagi rumor itu dibantah. GGRM memang beda karakter de­ngan HMSP dan Bentoel. Ken­dati sudah berstatus pe­rusaha­an terbuka, manajemen Gu­dang Garam masih bersifat ke­ke­lu­argaan yang cenderung tertutup. Selain itu, dibandingkan de­ng­an pesaingnya, keluarga Wo­nowi­djojo termasuk kurang ekspan­sif mengembangkan bisnis baru di luar rokok. Padahal bis­nis keluarga Sampoerna dan ke­luarga Hartono (Djarum) sudah merambah kemana-mana. Na­mun, seperti riwayat penjua­lan HMSP dan Bentoel, keputusan menjual perusahaan itu bisa mu­ncul kapan saja dan selalu me­ngagetkan semua pihak. Selalu ada faktor X yang melatar belakangi. Nah, faktor itu masih tergolong misteri di Gudang Garam. (wir/kim)

]


Kamis, 18 Juni 2009 ]
Hadapi Perdagangan Bebas, Perkuat Konsumsi Domestik
SURABAYA - Tersendat-sendatnya proses perundingan multilateral dalam WTO (world trade organisation) menyebabkan banyak negara mencari alternatif kerjasama liberalisasi perdagangan. Baik melalui kerjasama perdagangan bilateral maupun regional. Kerjasama tersebut dalam bentuk Free Trade Agreement (FTA).Indonesia sendiri telah menandatangani kerjasama FTA dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea. Di katakan oleh Kepala Bidang Pengaduan dan Hukum, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Murad Purba, selain ketiga negara tersebut, ada beberapa negara lain yang kini tengah dalam proses negosiasi FTA. Negara tersebut antara lain, Australia, New Zealand, India dan Uni Eropa.Perjanjian kerjasama perdagangan ini mengakibatkan bebas bergeraknya barang, jasa, dan modal di suatu negara. ''Tidak ada lagi hambatan (tarif dan non tarif, Red) untuk memasuki wilayah suatu negara,'' kata Murad disela acara Sosialisasi posisi kulit dan alas kaki dalam FTA di Hotel Utami, kemarin (17/6).Dengan begitu setiap negara termasuk Indonesia mendapatkan keuntungan seperti akses pasar, bantuan teknis, transfer teknologi dan investasi. Tapi disisi lain, dengan dibukanya pasar akan terjadi peningkatan impor. Mengenai dampak tersebut, Murad mengatakan kalau Indonesia mampu menghadapinya. ''Persiapan Indonesia untuk perdagangan bebas sudah matang,'' ucapnya.Industri alas kaki merupakan salah satu sektor yang dianggap berpotensi dalam era perdagangan bebas. Peluang pasar sepatu dalam negeri terus tumbuh, produk alas kaki Indonesia juga diakui oleh negara lain. Terbukti pada tahun 2001 Indonesia menduduki peringkat delapan dalam pengusaan pasar ekspor. Meski kemudian terjadi tren penurunan dari tahun ke tahun.Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim Sutan R.P. Siregar melihat FTA membawa peluang ekspor. ''Ini kan menguntungkan. Pasar luar negeri semakin terbuka, tidak hanya Uni Eropa dan Asean saja, tapi juga Asia Pasifik,'' ungkapnya. Peluang ini, kata dia, bisa dimanfaatkan industri alas kaki Jatim untuk memperluas pasar. ''Produk alas kaki Jatim memiliki ciri khas yaitu sepatu non sport mengunakan bahan kulit. Ini potensial mengingat sudah ada beberapa produk kita yang telah mendapatkan order dari Uni Eropa. Berarti kedepannya bisa ditingkatkan,'' paparnya.Meski demikian, dia tetap menghimbau agar mewaspadai kemudahan impor yang diakibatkan oleh FTA. Produk impor yang masih menjadi "musuh" bagi produk sepatu lokal adalah sepatu impor dari Tiongkok. (jan/kim)


Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Sejuta Konsumen Madura Beralih
Pilih Surabaya Melalui Suramadu SURABAYA - Beroperasinya Jembatan Suramadu diprediksi memacu pertumbuhan ekonomi Madura. Jika peluang tersebut tidak segera direspons pengusaha dengan membuka bisnis ritel di pulau garam itu, sekitar satu juta konsumen akan mengalihkan belanja mereka ke Surabaya. Pakar statistik ITS Kresnayana Yahya mengatakan, PDRB empat kabupaten di Madura diperkirakan naik sekitar 10 hingga 25 persen dari nilai rata-rata empat tahan terakhir yang mencapai Rp 10 triliun hingga Rp 12 triliun. "Dengan semakin mudah dan murahnya akses, saya prediksi akan ada satu juta konsumen dari empat juta penduduk di pulau tersebut yang beralih belanja ke Surabaya," katanya kemarin (18/6). Konsumen tersebut adalah orang-orang yang memiliki potensi cukup baik secara finansial, namun selama ini hanya sempat membelanjakan uangnya di Madura. "Pada Agustus hingga September merupakan musim panen tembakau. Saat itu akan ada Rp 3 triliun hingga Rp 5 triliun uang yang mengalir ke Madura. Jumlah itu akan bertambah jika akses ke sana semakin mudah," ucapnya.Biasanya. Lanjut Kresnayana, uang hasil panen tersebut dibelikan hewan ternak atau kendaraan di Madura. Ke depan, sangat mungkin mereka tak lagi belanja di Madura karena akses ke Surabaya sangat mudah. "Itu bisa sedikit dicegah jika ada sarana perbelanjaan modern di Madura,'' tuturnya.Dia mengakui, potensi pasar yang besar di Madura masih belum terbangun sepenuhnya. Artinya, saat ini bisnis ritel berskala besar dengan jaringan nasional belum bisa dibuka di sana. ''Yang paling berpeluang untuk dibuka di sana adalah minimarket atau sejenisnya di lokasi-lokasi tertentu,'' imbuhnya.Senada dengan Kresnayana, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jatim Abraham Ibnu mengatakan bahwa keberadaan jembatan penghubung antara Surabaya dan Madura membuka peluang bagi pengusaha untuk membuka ritel di kawasan Madura. Namun, tidak semua jenis ritel dapat didirikan di kawasan tersebut, terutama untuk ritel skala nasional. "Membuka bisnis ritel baru membutuhkan perhitungan cermat. Misalnya tentang kapasitas penduduk, tingkat pendapatan, sampai kondisi geografis, sehingga dapat memperkirakan nilai investasi. Yang bisa segera menangkap peluang itu adalah jenis minimarket," katanya. Di sisi lain, keberadaan jembatan itu juga menimbulkan dilema di kalangan pengusaha ritel skala besar untuk membangun jaringan di Madura. Sebab, akses transportasi ke Surabaya relatif lebih mudah. ''Bisa jadi masyarakat Madura memilih pergi ke Surabaya daripada membeli kebutuhan di daerahnya," ucapnya. (luq/res)


Ekonomi Bisnis
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ]
Setoran Dividen BUMN Tahun 2010 Dipastikan Menyusut
JAKARTA - Gejolak perekonomian global membuat roda bisnis perusahaan, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), melambat. Salah satu dampak lanjutannya, setoran dividen 2010 yang akan diambil dari keuntungan 2009 dipastikan menyusut. Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan angka setoran dividen 2010 yang akan diusulkan dalam pembahasan APBN 2010. "Angkanya belum bisa disebutkan. Yang jelas turun jika dibandingkan tahun ini," ujarnya kemarin (18/6). Tahun ini, pemerintah menargetkan setoran dividen sebesar Rp 26,11 triliun. Menurut Said, penyusutan nilai dividen 2010 bakal lebih besar jika tahun ini pemerintah menarik dividen interim 2010 (dividen sementara, red) yang akan dibayar di muka (pada 2009). "Kalau tahun ini ditarik dividen interim, pasti angka pada 2010 akan semakin kecil," katanya. Saat ditanya apakah ada rencana pemerin­tah menarik dividen interim, Said mengaku belum diputuskan. Namun, lanjut dia, jika melihat perkembangan harga minyak dunia yang bergerak naik, maka diasumsikan beban APBN makin berat karena subsidi BBM maupun listrik dipastikan ikut melonjak. "Setoran pajak kan juga turun. Jadi ada kemungkinan (diambil dividen interim, red),'' terangnya. Menurut Said, untuk mengamankan target setoran dividen tahun ini yang sebesar Rp 26,1 triliun, Kementerian BUMN juga menyiapkan opsi menarik dividen spesial. ''Kami akan tarik porsi dividen yang besar sekali dari salah satu BUMN, mungkin Anda akan kaget,'' ucapnya. Namun, Said enggan menyebut nama perusahaan yang dimaksud. Yang jelas, lanjut dia, dividen spesial diambil karena kondisi likuiditas perusahaan tersebut sangat kuat. ''Pembukuan perusahaan itu terkena dampak selisih kurs. Tapi cash-nya sangat kuat,'' ujarnya. Sementara itu, Said memastikan tahun ini ada beberapa perusahaan pelat merah yang tidak akan diambil dividennya tahun ini, yakni PT Askes, PT Taspen, PT Asabri, PT Jamsostek, PT Jasa Raharja, Askrindo, dan Jamkrindo. "Dividen BUMN-BUMN itu nol,'' katanya. Menurut Said, dividen nol tersebut dimaksudkan agar hasil pengelolaan dana dari iuran tenaga kerja bisa digunakan perseroan untuk memperkuat pendanaan, sehingga bisa memberikan fasilitas tambahan kepada tenaga kerja yang menjadi ang­gota. "Gantinya sudah ada, tapi belum bisa kami sebut akan diambil dari BUMN mana," terangnya. Sebelumnya, Deputi Kementerian Negara BUMN Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Parikesit Suprapto mengatakan, dividen yang akan diambil dari BUMN perbankan tahun ini akan lebih kecil dari setoran tahun 2008. Itu dilakukan untuk mengantisipasi tingkat kredit macet atau nonperforming loan (NPL) yang dikhawatirkan naik pada 2009. ''Dividen pasti akan lebih sedikit. Sebab sebagian dana akan diarahkan sebagai cadangan," ujarnya. (owi/fat)

Ikut Tim Sukses Capres, Dibawa ke Mana BUMN?

Tulisan OPINI :

Selasa, 16 Juni 2009 ]
Ikut Tim Sukses Capres, Dibawa ke Mana BUMN?
Di era Orde Baru, sejumlah BUMN banyak yang dilaporkan merugi, namun para pejabat dan kroninya semakin kaya raya. Karena itu, sempat muncul istilah: perusahaan boleh bangkrut, tapi pengelolanya tetap hidup berlebihan. Dan, kenyataannya memang begitu. Perusahaan pelat merah itu menjadi sebuah contoh kehidupan yang ironi. Di tengah booming ekonomi (era Orba) dan menguasai lini bisnis secara monopoli, tetap saja mereka tak mampu berkembang. H.S. Dillon, pengamat ekonomi lulusan Harvard University, menyebut BUMN sebagai sapi perah. BUMN dianggap tempat para kroni kekuasaan mengambil keuntungan secara pribadi. Tak hanya itu, sudah bukan rahasia lagi kalau sejumlah BUMN saat itu menjadi mata rantai dalam mendanai kepentingan politik penguasa. Itulah yang menjadi biang kerok ruginya sebagian besar perusahaan milik negara itu. Lihat saja, Pertamina kalah besar dibanding Petronas Malaysia, padahal potensi alam Indonesia jauh lebih besar. Sejatinya, era Orde Reformasi ini merupakan momentum untuk membawa BUMN ke orbit profesional. Secara sisi ekonomi sebagai institusi bisnis, BUMN harus menjadi perusahaan yang berorientasi profit. Secara politik, sebagai perusahaan yang sahamnya dikuasai secara mayoritas oleh negara, BUMN harus bersikap netral serta pengurusnya, baik komisaris maupun direksi, tak boleh berkecimpung dalam politik aktif. Namun, semangat untuk menempatkan BUMN sebagai perusahaan milik negara belum mampu kita lakukan. Masih ada juga pengurus BUMN yang terlibat aktif dalam politik praktis. Termasuk menjadi anggota tim sukses para capres yang bertarung. Kalau ada yang risau dengan keterlibatan para pengurus BUMN, itu sangat wajar. Mereka khawatir BUMN dimanfaatkan kelompok tertentu di tengah semangat menjalankan pemilu yang adil dan fair. Bayangkan, betapa banyak keuntungan yang dipetik pasangan capres tertentu bila mereka mampu "menguasai' BUMN. Keuntungan pertama, dari sisi finansial bisa saja ada aliran dana dari BUMN itu kepada pasangan capres itu. Kedua, BUMN mempunyai properti yang banyak seperti gedung dan lapangan yang bisa dimanfaatkan untuk kampanye atau pertemuan. Keuntungan ketiga, tentu masalah pengarahan suara dari karyawan BUMN. Rata-rata BUMN mempunyai ribuan karyawan yang bisa menjadi potensi dalam setiap pemilihan presiden. Karena itu, jangan heran bila BUMN selalu menjadi target kelompok-kelompok kepentingan politik. Sungguh tidak adil kalau petinggi BUMN itu tiba-tiba bergabung dengan tim sukses capres tertentu. Apalagi, menguasai resources yang kemudian diarahkan untuk capres yang didukung. Sementara BUMN adalah milik rakyat lewat negara. Mari kita dukung upaya Bawaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum) yang kini berusaha menertibkan keterlibatan para komisaais dan direksi dalam politik praktis. Mari kita dukung semangat yang berusaha agar aset milik negara tidak dikuasai kelompok politik tertentu. Upaya Bawaslu juga merupakan semangat untuk menciptakan pemilu yang berkeadilan. Lebih dari itu, kita semua harus menjaga BUMN itu sendiri untuk menjadi profesional. Kita tak ingin para direksi atau komisaris, melangkah mundur seperti era masa lalu yang menjadikan BUMN sebagai sapi perah bagi kelompok politik. Apa sih sulitnya para bos BUMN itu bersikap profesional dan netral? (*)
Rabu, 17/06/2009 20:50 WIB
17 Pejabat BUMN dukung SBY, 5 orang di tim JK
oleh : Lavinda
Cetak
Kirim ke Teman
Komentar
JAKARTA (bisnis.com): Berdasarkan temuan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hingga sore ini, sebanyak 23 pejabat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diduga menjadi tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres) 2009. Anggota Bawaslu Wirdyaningsih menyebutkan 9 pejabat terdaftar sebagai tim kampanye resmi dan 8 orang sebagai tim bayangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Dalam tim kampanye resmi pasangan Jusuf Kalla-Wiranto, tercantum 5 nama pejabat BUMN. Bahkan, Deputi 3 Kementrian BUMN Muchayat ikut terancam Pasal 41 UU 42/2008 tentang larangan kampanye pilpres, karena menjabat sebagai Ketua Barisan Indonesia (Barindo) pendukung SBY-Boediono. Menurut wirdyaningsih, baik tim resmi maupun tim bayangan memiliki risiko pelanggaran yang sama.“Tim bayangan juga sangat berpotensi melanggar UU, karena semangat untuk memenangkan pasangan itu luar biasa godaannya. Bukan tidak mungkin ada penyalahgunaan jabatan,” ujar Wirdyaningsih di Jakarta, hari ini.?Sementara itu, Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) I Gusti Putu Artha menegaskan bahwa setiap pasangan calon harus menyerahkan seluruh daftar nama pelaksana kampanye. Menurut Pasal 8 Peraturan No. 28/2009 disebutkan event organizer dan organisasi sayap selain tim resmi juga termasuk dalam pelaksana kampanye.“Jika mengacu pada Pasal 8 itu, sebenarnya semua harus didaftarkan kepada KPU. Kalau tidak maka bisa dijerat dengan undang-undang 42 [UU No.42/2008 Tentang Pilpres],” kata Putu.(ln)
Data :
[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Komnas HAM soal Visi-Misi Pasangan Capres dalam Penegakan HAM
Tiga Kandidat Tidak Serius Garap Isu Hak Asasi Agenda penyelesaian sejumlah kasus hak asasi manusia (HAM) ada di tangan salah satu dari tiga kandidat capres-cawapres yang akan bertarung dalam pemilu presiden (pilpres). Seriuskah mereka menjadikan permasalahan tersebut sebagai isu dalam setiap kampanye?DYAN WAHYUDI, Jakarta --- DARI berbagai pemaparan dalam kampanye maupun dialog dalam berbagai kesempatan, amat sulit menemukan keseriusan tiga kandidat capres dalam program penuntasan kasus-kasus HAM di masa lalu. Tiga pasangan capres belum punya punya platform yang jelas. Karena itu, Komnas HAM mengkhawatirkan, prospek penegakan hukum atas kasus HAM pada lima tahun mendatang masih buram. "Jangan sampai penuntasan kasus HAM masa lalu kembali ditaruh di bawah meja," ujar Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin (17/6). Menurut dia, secara umum, tiga pasangan kandidat presiden-Wapres belum menempatkan tema penegakan HAM sebagai salah satu isu utama. Itu tergambar dalam visi-misi maupun program kerja mereka. "Jika ingin maju, bangsa ini harus segera keluar dari masa lalu. Solusinya, (kasus HAM) yang dulu-dulu harus diselesaikan, bukan ditutup-tutupi lagi," kata Ifdhal.Tiga pasangan capres, tambah Ifdhal, terkesan menganggap urusan penegakan HAM sebagai masalah sepele. Kalaupun sudah dimasukkan dalam visi-misi maupun program kerja, sifatnya masih sangat global. "Padahal, visi-misi itulah yang nanti dirumuskan menjadi rencana pembangunan jangka menengah pemerintahan terpilih," ungkap Ifdhal gusar. Duet yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)-Gerindra Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, misalnya. Menurut Ifdhal, meski dalam program kerjanya menyebutkan upaya promosi dan implementasi HAM pada masa mendatang, publik belum mendapatkan gambaran implementasinya. "Bagaimana komitmen pengungkapan. Kalaupun ada pengampunan, bagaimana model impunitasnya?" ujarnya.Begitu pula pasangan capres-cawapres koalisi Cikeas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono. Dalam program kerjanya, mereka tidak memasukkan komitmen soal program penanganan HAM. Apalagi, kritik Ifdhal, kepastian upaya untuk menyelesaikan kasus HAM masa lalu. Pasangan itu hanya mengungkapkan berkomitmen untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu. "Juga masih sangat general," keluh Ifdhal.Setali tiga uang, program kerja duet yang diajukan Partai Golkar-Hanura Jusuf Kalla (JK)-Wiranto juga dinilai masih terlalu luas. Ifdhal mengkritik, meski terus bergembar-gembor mampu menyelesaikan konflik di Aceh, Poso, dan lainnya, upaya tersebut belum menyentuh substansi pelanggaran HAM. "Memang benar perangnya bisa diredam, tapi bagaimana (pertanggungjawaban) pelanggaran HAM di sana," tegasnya. Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Setara Institute Hendardi memiliki pandangan senada dengan Ifdhal. Namun, tambah dia, jika berusaha dicari yang paling ringan, duet SBY-Boediono paling minim kontroversi. "Meski prestasi selama lima tahun lalu belum memuaskan, minimal dia (SBY, Red) tidak perlu merasa khawatir ditangkap saat (bepergian dinas) ke luar negeri," sindir Hendardi.Di antara tiga jenderal yang bertarung dalam pilpres mendatang, masing-masing memang memiliki catatan dugaan keterlibatan dalam kasus pelanggaran HAM. Prabowo, misalnya, diduga terkait dengan penculikan aktivis dan mahasiswa pada 1998. SBY yang sempat menjabat sebagai kepala staf Kodam Jaya diduga berada di belakang penyerangan Kantor PDI pada 27 Juli 1996. Wiranto kerap dihubung-hubungkan dengan kasus Timor Timur dan kerusuhan Mei 1998. "Bagaimana kita mau punya pemimpin, yang punya kontroversi seperti ini," ujar Hendardi. (agm)
Data :
[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Waspadai Pengerahan Pegawai Negeri
Bawaslu Minta Depdagri dan BKN Ikut Awasi JAKARTA - Aturan yang melarang pegawai negeri sipil (PNS) melibatkan diri secara aktif dalam tim sukses capres-cawapres sudah amat tegas. Meski demikian, ada indikasi pengerahan PNS untuk mendukung pasangan capres-cawapres tertentu. Setidaknya, itu mengaca pada Pemilu Legislatif 2009.Badan Kepegawaian Negara (BKN) melaporkan, kasus pengerahan PNS pada pemilu legislatif pernah terjadi. ''PNS di level bawah kerap menjadi sasaran tekanan, diminta mendukung salah satu parpol atau elite politik tertentu," kata Wahidah Suaib Wittoeng, koordinator Divisi Pengawasan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), di sela-sela rakor bersama sejumlah lembaga negara di Jakarta kemarin (17/6).Menurut Wahidah, pengerahan PNS tersebut kadang memang tidak terlihat. Sebab, mereka diajak mendukung salah satu pihak tanpa mengenakan atribut PNS. Pengawasannya pun sulit. Setiap PNS bisa menyampaikan dukungan saat mereka tidak mengenakan atribut resmi. Ini yang mengakibatkan dugaan adanya penggiringan dukungan itu kerap tak terbukti. "Padahal, pengerahan PNS adalah pidana pemilu," ujar Wahidah mengingatkan.Pada indikasi lain, terdapat intervensi dari pejabat daerah terhadap hasil pemilu di wilayahnya. Masih di kasus pemilu legislatif, faktanya, terdapat daerah yang proses rekapitulasinya bermasalah. Data yang dimiliki saksi berbeda dengan yang dimiliki petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Wahidah menyatakan, dugaan selama ini, penyelenggara pemilu di level bawah berada di bawah tekanan pejabat daerah untuk memenangkan parpol tertentu. Dugaan itu terbukti setelah Mahkamah Konstitusi meminta pemilu ulang digelar di sejumlah daerah. "Pelanggaran-pelanggaran seperti itu sebenarnya telah direkomendasikan. Namun, tindak lanjutnya tidak maksimal," terangnya.Wahidah menyatakan, sangat mungkin, potensi semacam itu kembali terjadi di perhelatan pilpres. Penegakan hukum terhadap aturan pilpres sulit diterapkan jika hanya dilakukan Bawaslu. Karena itu, BKN bersama Depdagri yang memiliki hubungan langsung dengan PNS dan pejabat daerah hendaknya membantu melakukan pengawasan. "Selain UU Pilpres, sanksi yang dijatuhkan bisa langsung dari aturan internal," tandasnya.Pasal 41 ayat 2 UU Pilpres menyatakan, pelaksana kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan -salah satunya- PNS. Pasal 216 menyatakan, sanksi untuk pelaksana kampanye yang terbukti melibatkan PNS dipidana penjara antara 3 hingga 12 bulan ditambah denda Rp 30 juta sampai 60 juta. (bay/agm)
Data :
[ Kamis, 18 Juni 2009 ]
Kampanye Terbuka Ubah Pilihan Warga
JAKARTA - Pasangan capres-cawapres yang unggul dalam survei tak boleh besar kepala. Sebab, sepekan masa kampanye sejak 10 Juni 2009 berpengaruh besar terhadap preferensi pilihan masyarakat. Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia (TEPI) Jerry Sumampouw mengatakan, dinamika politik yang cukup tinggi di masa kampanye berdampak kepada dinamisnya pilihan warga. ''Ada dinamika pilihan masyarakat yang dipengaruhi proses-proses politik dalam sepekan masa kampanye ini. Iklan, debat, maupun apa yang disampaikan di panggung kampanye sangat memengaruhi pilihan masyarakat,'' ujar Jerry Sumampouw di Jakarta kemarin. Dia memprediksi bakal banyak kejutan dalam Pilpres 2009 ini, yang hasilnya di luar hasil survei sejumlah lembaga survei. Dia membenarkan analisis sejumlah pengamat bahwa tingkat elektabilitas pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto naik, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono menyusut, dan duet Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto cenderung konstan. ''Saya kira itu wajar. Terlebih, hasil survei untuk pemilu legislatif dan sejumlah pilkada juga banyak yang meleset,'' ujar mantan pimpinan Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) itu.Menurut Jerry, tingkat fluktuasi pilihan masyarakat memang cukup tinggi lantaran masa kampanye pilpres sangat dinamis. Kelompok masyarakat yang pilihannya berubah-ubah juga masih cukup besar. ''Dalam sejumlah survei, kelompok massa mengambang yang belum menentukan pilihan secara tegas bisa mencapai 50 persen. Ini yang berpotensi membuat kejutan,'' ujarnya. (sam/jpnn/agm)

Selasa, 16 Juni 2009 ]
Modus Baru Perampokan Uang Negara
USUL gila dan tidak masuk akal. Hanya itulah yang pantas dikatakan ketika mendengar ide untuk memberikan cenderamata cincin emas kepada anggota DPR. Jika usul itu dikabulkan, paling tidak negara harus menganggarkan uang sebesar Rp 5 miliar. Apabila usul tersebut dilaksanakan, hal itu merupakan bentuk perampokan uang negara dalam modus baru. Saya setuju dengan pernyataan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) bahwa pemberian cenderamata kepada anggota DPR dapat dikategorikan sebagai korupsi dan penyalahgunaan anggaran. Alasannya, dalam UU Susunan Kedudukan dan Tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tidak ada aturan tentang hal itu.Dody Candra, Griya Asri II Depok, Jawa Barat


Selasa, 16 Juni 2009 ]
Bias Standar Pelulusan Siswa
Oleh: Ki Supriyoko SETELAH konsentrasi masyarakat kita terfokus pada ujian nasional (unas) ulang di 33 SMA dan MA yang keputusan pelaksanaannya melibatkan anggota DPR RI, Menteri Pendidikan Nasional, dan ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), kini beralih pada pengumuman hasil unas. Pengumuman hasil unas yang notabene sejalan dengan kelulusan siswa tahun ini tidak dilaksanakan secara serempak. Sebagian dilaksanakan pada 13 Juni 2009 sebagaimana yang direncanakan dan sebagian lagi dilaksanakan pada hari-hari berikutnya. Terjadinya tragedi unas ulang rupanya telah mengacaukan keserempakan pengumuman kelulusan siswa yang jauh hari direncanakan. Mengapa bisa kacau? Banyak dinas pendidikan provinsi yang menerima hasil unas baru pada 12 Juni sehingga hanya memiliki waktu sempit untuk mengoordinasikannya dengan para kepala SMA dan MA di daerahnya. Alhasil pengumuman kelulusannya pun terpaksa diundur dari rencana semula daripada terjadi ketergesa-gesaan yang berpotensi memunculkan kekeliruan. Bayangkan kalau dalam pengumuman kelulusan terjadi kekeliruan. Negeri ini bisa geger karenanya. Basic Indicator Kalau kita telusuri sejarah, lahirnya unas itu memang menyimpan romantika yang unik karena terjadi perdebatan pro-kontra. Kalau kita mau jujur, kalau sekarang ini dibuka kembali, perdebatan itu masih diminati banyak orang, termasuk para guru dan kepala sekolah sebagai ujung tombak pendidikan di lapangan. Bagi yang setuju, dengan adanya unas, kualitas lulusan dari sedikit akan bisa distandarkan. Bahwa kenyataannya sangat sulit menstandarkan kualitas lulusan, paling tidak kesenjangan mutu antara lulusan di daerah yang satu dan yang lain dapat dikurangi. Bagi yang menolak, bagaimana mungkin nasib lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran selama tiga tahun hanya ditentukan dalam satu hari, bahkan dalam dua jam ketika materi unas diujikan. Bukan itu saja, bagi siswa di sekolah dan madrasah yang jauh dari pusat informasi bagaimana mungkin harus mengerjakan ujian yang materinya hampir tak pernah diterima sebelumnya. Bagaimana hubungannya dengan penentuan kelulusan siswa? Di sinilah letak permasalahan yang sebenarnya. Permasalahan tersebut sebenarnya bergantung pada kita dalam memosisikan hasil unas. Hasil unas dapat diposisikan sebagai single indicator kalau menjadi satu-satunya indikator penentu kelulusan siswa. Tetapi, hasil unas dapat diposisikan sebagai basic indicator kalau di samping hasil unas, masih ada indikator lain sebagai penentu kelulusan. Banyak orang sependapat unas tetap dijalankan di Indonesia sepanjang diposisikan sebagai basic indicator. Artinya, pelulusan siswa tidaklah semata-mata dari hasil unas, tetapi juga memperhatikan indikator lain. Memang benar bahwa untuk bisa lulus sekolah atau madrasah diwajibkan lulus unas, tetapi siswa yang lulus unas tidak otomatis lulus sekolah atau madrasah. Kalau siswanya nakal, tidak jujur, tidak hormat pada orang lain, tidak menaati peraturan sekolah atau madrasah, dsb, meskipun lulus unas, yang bersangkutan pantas untuk tidak lulus sekolah atau madrasah. Depdiknas sering menyosialisasikan konsep unas bahwa hasil unas hanya sebagai salah satu indikator dan bukan satu-satunya indikator penentu kelulusan sekolah atau madrasah siswa. Bias Pelulusan Memang benar Depdiknas sering menyosialisasikan konsep unas bahwa hasil unas bukan satu-satunya indikator penentu kelulusan. Namun, kalau kita berbicara jujur, yang terjadi di lapangan sangat lain dengan konsepnya karena hasil unas menjadi satu-satunya indikator penentu kelulusan. Indikasi seperti itu makin tampak ketika hasil unas baru saja diterima oleh dinas pendidikan provinsi dan hari berikutnya sudah dikeluarkan hasil kelulusan siswa. Lebih dari itu, di masyarakat sudah tertanam persepsi bahwa kalau unasnya lulus, sekolah atau madrasahnya pun lulus. Seolah-olah tidak ada bedanya antara hasil unas dan kelulusan siswa. Persepsi itu telanjur tertanam kuat di masyarakat, termasuk di lingkungan sekolah dan madrasah. Implikasinya: banyak siswa, guru, dan kepala sekolah yang menomorsatukan mata pelajaran-mata pelajaran yang diunaskan dengan menomorsekiankan mata pelajaran yang lain. Siswa menganggap mata pelajaran matematika jauh lebih penting daripada pendidikan agama. Bahkan, banyak siswa yang kebablasan dengan memberi penghormatan berlebih kepada guru matematika dan mengabaikan guru pendidikan agama. Itu berarti telah terjadi bias pelulusan. Hasil unas yang seharusnya hanya menjadi salah satu indikator penentu kelulusan telah berubah menjadi satu-satunya indikator penentu kelulusan. Rasanya memang sudah tiba saatnya dilakukan kaji ulang terhadap unas. Kaji ulang ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuka kembali polemik unas yang berlangsung lama, tetapi untuk mengevaluasi secara kritis konsep unas sampai dengan pelaksanaannya. (*) (*)Ki Supiyao Mantan Anggota Badan Pertimangan Pendidikan kafi ualng terhadap massa.


Rabu, 17 Juni 2009 ]
Kampanye, Agama Dijadikan Memedi
Oleh: Abd A'la SEMUA misi agama-agama besar, khususnya Islam, menekankan pada pengembangan moralitas luhur dalam kehidupan. Agama-agama dihadirkan untuk pengentasan manusia dari kebiadaban, menuju pencerahan dalam arti senyatanya. Melalui agama, manusia dituntut untuk membangun komunikasi secara vertikal dan horizontal dalam kerangka nilai-nilai moralitas luhur tersebut. Misal, interaksi antar sesama perlu dikembangkan dalam kerangka kesetaraan, kasih sayang, keadilan, dan solidaritas kukuh. Nilai-nilai sejenis juga menjadi perhatian utama agama dalam menuntun manusia untuk mengolah alam dan kehidupan secara arif. Realitas Kontemporer Jika kita mau jujur, misi luhur tersebut dewasa ini nyaris terkelupas dari agama. Gejala keberagamaan yang berkembang kuat adalah keberagamaan yang kering dari nuansa moral spiritual. Implikasinya, agama tidak mampu lagi menyejukkan hati manusia, apalagi mendewasakannya, terutama dalam menyelesaikan persoalan kehidupan dan kemanusiaan. Alih-alih, klaim kebenaran sepihak dan dogma-dogma dikotomis yang hitam putih menjadi karakteristik utama. Fenomena model keberagamaan itu -sampai batas tertentu- tidak bisa dilepaskan dari sikap dan perilaku sebagian pemuka agama yang menghadirkan agama tak lebih sebagai memedi untuk menakut-nakuti manusia. Untuk itu, tafsir-tafsir agama yang sarat dengan ancaman neraka serta hukum halal-haram mengenai beragam persoalan atau yang serupa dengan itu menjadi isu dominan dari waktu ke waktu. Doktrin agama dogmatik yang mengerikan diangkat secara parsial dan lebih dikedepankan daripada kearifan keagamaan yang memperbincangkan serta menyentuh akar dan seluk-beluk di balik persoalan.Dampaknya adalah menguatnya formalisme agama. Di sembarang tempat dan ranah publik bertebaran simbol-simbol agama yang kaku dan eksklusif. Keberagamaan itu juga cenderung melakukan othering yang rentan memicu kekerasan. Nyaris tidak ada satu celah pun di ruang publik yang terlepas dari cengkeraman simbol agama semacam itu. Namun, di saat yang sama, kebejatan moral, mulai korupsi hingga kekerasan yang mengatasnamakan agama, terus membayang-bayangi kehidupan, khususnya di bumi pertiwi ini. Agama sebagai memedi berpeluang lebih menguat pada saat-saat tertentu ketika sangat "diperlukan" untuk justifikasi. Saat ini, ketika kampanye pilpres dihelat, agama bisa dijadikan alat untuk memaksa masyarakat agar memilih pasangan capres-cawapres tertentu, sebagaimana pula dapat dijadikan sebagai media untuk menakut-nakuti masyarakat supaya tidak memilih pasangan capres-cawapres lain. Semua itu sekadar bertujuan mendulang suara dan meraih kekuasaan sesaat.Pengembangan Agama Merajalelanya formalisme keberagamaan semacam itu tidak hanya akan meminggirkan peran luhur agama dalam kehidupan, tapi sekaligus memberikan peluang lebih besar bagi meruyaknya kekerasan yang diatasnamakan agama. Agama tidak akan berperan lagi dalam mengembangkan kehidupan yang lebih beradab dan manusiawi. Karena itu, tugas seluruh umat beragama, terutama kalangan elite dan pemuka, untuk mengembalikan agama kepada substansi holistisitas nilai-nilai yang dikandung. Untuk itu, para elite agama perlu mengakui secara jujur esensi pesan agama yang dianut, yang seutuhnya bersifat moral. Moralitas paling utama tentu kebenaran agama itu sendiri. Dari kebenaran agama tersebut, lahir moralitas agung lain, seperti keadilan dengan segala turunannya, ketulusan, kesejahteraan, serta kedamaian. Nilai-nilai moralitas tersebut menjadi kembaran kebenaran agama karena merepresentasikan kebaikan perenial yang merupakan sisi lain lembaran yang sama.Pengembalian agama kepada misi yang genuine sangat signifikan. Sebab, tanpa itu, agama akan menjadi sekadar pembenar bagi paham, ideologi, fatwa, atau tindakan yang belum tentu memiliki kebenaran sesuai dengan nilai agama serta belum tentu membawa kemaslahatan bersama.Dalam konteks Islam, hal tersebut meniscayakan rekonstruksi hubungan teologi sebagai sumber moral dengan syariat atau fikih sebagai norma dalam kehidupan. Memodifikasi penjelasan David L. Johnston dalam Epistemology and Hermeneutics of Muslim Theologies of Human Rights (2007:154), interdependensi antara teologi dan fikih perlu dipertajam sekaligus dilabuhkan dalam kehidupan. Dengan demikian, keberagamaan tidak hanya akan terpaku pada pandangan dikotomis hitam putih, melainkan sanggup menyelami akar persoalan manusia dan kehidupan serta dapat memberikan tawaran-tawaran solutif yang tidak rigid maupun sepotong-sepotong. Selain itu, agama diharapkan tidak dijadikan alat pembenaran kepentingan-kepentingan tertentu yang sektarian dan sejenisnya.Melalui itu, keberagamaan yang berkembang bukan lagi sekadar memedi untuk menakut-nakuti anak kecil. Agama bakal lebih eksis sebagai rujukan dan pedoman yang menyejukkan serta mencerahkan, bukan hanya bagi penganut agama masing-masing, tapi juga bangsa dan umat manusia. (*)*). Abd A'la, pembantu rektor 1, guru besar IAIN Sunan Ampel, Surabaya
Data :
Menata Kembali Kawasan Pesisir


Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mulai menata kembali pembangunan kawasan pesisir. Aceh merupakan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa terkait dengan salah satu karakter khas sejarah perjuangan masyarakatnya yang memiliki ketahanan yang tinggi. Ketahanan dan daya juang yang tinggi itu bersumber dari pandangan hidup yang berlandaskan pada Syariat Islam yang kuat sehingga Aceh menjadi daerah modal bagi perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pandangan Hidup yang berlandaskan Syariat Islam itulah yang kemudian dijadikan dan diberlakukan sebagai tatanan hidup dalam bermasyarakat saat ini. Hal ini menjadi pertimbangan penyelenggaraan keistimewaan bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sesuai Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999. Dalam implementasinya, UU tersebut dipandang kurang memberikan keadilan di dalam kehidupan. Bagi masyarakat Aceh kondisi demikian belum dapat mengakhiri pergolakan yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk reaksi. Respons Pemerintah Pusat dan DPR-RI melahirkan salah satu solusi politik bagi penyelenggaraan persoalan Aceh yaitu UU No. 18 Tahun 2001 yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus bagi Provinsi DI Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kenyataannya, undang-undang tersebut juga belum cukup memadai dalam menampung aspirasi dan kepentingan pembangunan ekonomi dan keadilan politik. Sehingga mendorong lahirnya UU tentang Pemerintahan Aceh dengan prinsip otonomi seluas-luasnya. Setelah era reformasi bergulir pada 1998, Pemerintah Daerah saat ini telah memiliki otonomi dalam menyelenggarakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Pemerintahan yang berbasiskan Syariat Islam pun mendapat tempat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pengembangan Desa Pesisir Bencana alam, gempa bumi, dan tsunami yang terjadi di Aceh pada akhir Desember 2004 telah meluluhlantakkan sistem kehidupan negeri Serambi Mekkah. Perekonomian Banda Aceh mati, kota-kota dan desa-desa di sepanjang pesisir pantai barat dan timur seakan-akan lenyap dihapus gelombang air. Sistem pemerintahan desa-desa pesisir banyak yang rusak dan kehidupan masyarakat menjadi tak terurus. Tragedi ini telah menumbuhkan solidaritas seluruh potensi bangsa untuk membangun kembali masyarakat dan wilayah Aceh. Bantuan dari dalam dan luar negeri kemudian berdatangan. Salah satu program yang diluncurkan BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias) adalah perbaikan sistem kelembagaan desa. Instansi yang mengeksekusinya adalah NGO atau lembaga donor dari luar negeri (PCI Indonesia, GenAssist, AIPRD, dll). Program tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan komunitas yang dijalankan untuk mencoba membangun kembali desa-desa yang hancur secara fisik maupun mental. Peran NGO sebagai pelaku eksternal yang terlibat dalam pengembangan masyarakat adalah berupaya untuk menyatukan berbagai perbedaan yang ada dalam suatu komunitas. Program perbaikan sistem kelembagaan desa dilakukan untuk membantu masyarakat agar membentuk kembali pemerintahannya, seperti menunjuk Geuchik (bahasa Aceh: kepala desa) baru apabila yang sebelumnya meninggal dan membentuk perangkat desa lainnya. Secara teknis, NGO akan mendampingi warga melalui seorang Fasilitator Desa (FD) yang memberikan arahan dan wawasan kelembagaan desa kepada warga. Selain itu juga bertujuan untuk mempersiapkan perangkat tersebut agar dapat berfungsi sebagai sumber komunikasi warga desa kepada orang luar. Satu hal penting yang menjadi saran dalam proses pengembangan komunitas ini adalah harus ditanamkan betul kemandirian perangkat desa yang dapat mendampingi warga untuk memantau kinerja pembangunan yang akan terjadi di desa mereka. Peristiwa yang terjadi di desa-desa pesisir Aceh ini dapat dijadikan contoh bagi provinsi lain melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan melalui pengembangan komunitasnya. Sebagai bagian yang tak terlepaskan dalam perencanaan yang berasal dari masyarakat (bottom-up), pendidikan kemandirian bagi perangkat kelembagaan desa diharapkan dapat meminimalisasi konflik yang terjadi akibat keputusan perencanaan yang seringkali sepihak oleh Pemerintah Daerah. Jika setiap daerah berlomba untuk menjadi yang terbaik, keputusan pembangunan yang mengefektifkan pencerdasan masyarakat melalui pemerintah desa dapat menjadi angin segar bagi wajah baru perencanaan di Indonesia. Persoalan Tak Tuntas Meskipun sumber daya alam tersedia melimpah, namun nasib masyarakat pesisir pantai barat dan selatan (Barsel) tidak sebaik mereka yang bermukim di sepanjang pantai utara dan timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Realita itu muncul menentang ketidakadilan Pemerintah Aceh dalam membagi kue pembangunan pada masa lalu, sehingga kini berdampak pada tingkat kesejahteraan yang masih sangat buruk dibandingkan mereka di pantai utara dan timur Aceh. Pesisir Barsel Aceh mencakup delapan kabupaten/kota, yakni Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barkotaat Daya, Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, dan Kota Sibulussalam. Kesenjangan itu terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya maupun dalam perilaku sehari-hari. Angka kemiskinan di masing-masing kabupaten di pesisir Barsel Aceh di atas 50% dari jumlah penduduk. Secara ekstrem, masyarakat di pesisir Barsel itu hingga kini belum menikmati hasil kemerdekaan, walaupun Indonesia telah 62 tahun merdeka, karena "kue" pembangunan yang ada selama ini pembagiannya tidak merata sampai ke pesisir Aceh. Lebih sedih lagi, Aceh Jaya dan Aceh Barat merupakan dua kabupaten bertetangga yang terkena dampak bencana tsunami cukup parah, namun sukses rehabilitasi dan rekonstruksi bukan di daerah itu. Kasus tersebut membuktikan betapa senjangnya pembangunan antara pesisir dengan pantai utara dan timur Aceh. Tragedi tsunami telah berlalu tiga tahun lalu, tapi sarana pelayanan umum (kantor pemerintah), terutama di Aceh Jaya masih darurat yang terbuat dari papan, belum lagi nasib para korban yang selamat dari bencana alam itu. Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar menyebutkan kalau memang terjadi ketimpangan dalam pembagian kue pembangunan Aceh ke depan harus diperbaiki agar hasilnya dapat dinikmati masyarakat Barsel Aceh. “Sangat tidak arif kalau lari dari kenyataan, dan isu ketimpangan antara pantai utara dan timur dengan Barsel Aceh harus dicari solusi yang tepat dan cepat,” katanya. Pemerintah Aceh tidak keberatan untuk menata kembali bagaimana yang terbaik dalam membagi kue pembangunan Aceh, guna menghilangkan kesan pesisir Barsel Aceh sebagai anak tiri dan terpinggirkan. Solusinya yang tepat untuk daerah pesisir adalah melakukan pengembangan yang dimulai dari pemukiman pedesaan sesuai karakter geografis dan potensi alam, seperti daerah aliran sungai dan rawa harus disesuaikan dengan kultur masyarakat di sekitar itu. Perubahan peradaban masyarakat harus dilakukan secara bergenerasi melalui pendidikan dengan memunculkan kebutuhan masyarakat untuk bertempat tinggal di lokasi yang aman bencana dan dapat hidup secara terorganisir. Corry

Data :
MASALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN


Bangsa Indonesia adalah bangsa agraris yang memiliki peluang untuk bercocok tanam sepanjang tahun. Jumlah penduduk terbesarnya juga di sektor pertanian. Sehingga sudah semestinya kalau Pertanian menjadi soko guru utama berdirinya bangsa ini. Kelalaian merawatnya adalah berarti pengingkaran jati diri dan berujung pada masalah besar. Nampaknya bangsa kita masih harus terus belajar untuk menjadi dirinya sendiri. Karena terbukti, kalau anda ingin melihat wajah bangsa ini, tengoklah bidang pertaniannya. Tentunya kita sepakat bahwa sektor pertanian membutuhkan pendidikan, bantuan permodalan dan dukungan teknologi. Dan keseriusan berbagai pihak untuk mendukung bidang pertanian untuk hal-hal tersebut tidak diragukan lagi. Hanya saja, bila memang itu titik masalah yang tepat dan solusinya tepat, bidang pertanian seharusnya sudah berkembang pesat pada saat ini. Lalu sebenarnya masalah utama yang belum tertangani apa ? Administrasi bisnis. Hanya itu jawaban saat ini dari pertanyaan “apa sebenarnya masalah petani?”. Kalau masalah faktor-faktor usaha lainnya, tidak ada yang diragukan. Dari sisi ketangguhan, petani adalah pebisnis unggul, dia mampu bertahan hidup pada ketidakpastian faktor alam, terbatasnya masa hidup komoditas, ratusan ancaman terhadap komoditas (hama & penyakit), perubahan selera konsumen yang mendadak, margin yang tipis dengan fluktuasi harga yang tinggi dan cepat, proses produksi yang sangat lama, dan tingginya tekanan bidang bisnis lain. Sudah berapa dasa warsa dilalui petani, dan mereka tetap menjadi soko guru utama bangsa ini. Karena merekalah yang menanggung beban biaya murah komoditas pertanian, yang dinikmati para pedagang, calo proyek pengadaan saprodi, pemangku kebjakan pertanian serta masyarakat banyak. Definisi administrasi bisnis yang digunakan adalah kelompok pekerjaan yang dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan bisnis, berhubung pemantauan pencapaian tujuan paling mudah dilakukan dengan memantau data dan catatan tertulis, maka kegiatan administrasi lebih banyak berhubungan dengan pencatatan. Secara nyata, memang relatif sangat jarang profesi petani memiliki kebiasaan untuk mencatat. Dengan administrasi bisnis yang tepat, petani memiliki kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan, diperjuangkan dan atau ditinggalkan. Ini bukan masalah yang baru, mungkin bukan pula solusi yang baru, namun semuanya belum menemukan titik terang yang jelas. Kebutuhan utama dari penyelesaian masalah pertanian ini adalah, layaknya isu bisnis akhir-akhir ini, yakni sumberdaya manusia yang tepat (the proper human capital). Selama ini petani sebagai sasaran pemberdayaan dan perusahaan-perusahaan bisnis serta pemerintah sebagai pemberdaya masih berada pada posisi masing-masing, yakni pihak tak berdaya dengan pihak yang berdaya, sehingga bahasa komunikasinya menjadi relative rumit. Dengan bahasa komunikasi yang rumit, hingga saat ini belum ditemukan teknik yang tepat dalam pembangunan pertanian. Teknik paling populer dan terbaik akhir-akhir ini adalah kredit lunak. Satu teknik yang sangat baik diterapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, yakni dengan Tenaga Pendamping Teknis dari kalangan muda dengan level pendidikan sarjana. Teknik ini melibatkan tiga pihak, pemerintah sebagai pemberdaya, petani sebagai sasaran pemberdayaan dan tenaga muda sebagai pendamping. Hanya saja kerangka sistemnya masih membatasi si tenaga muda untuk berkreasi pada batas pemahaman pemerintah tentang kondisi riil yang dihadapi petani. Pemahaman ini jelas berbeda dengan pemahaman petani itu sendiri, dan tentu saja, tenaga muda ini akhirnya harus memilih antara kedua pemahaman tersebut yang biasanya mau tidak mau mengikuti pihak yang memperkerjakannya yakni pemerintah. Kesenjangan pemahaman ini yang mengumpulkan segala masalah pertanian ke titik bertahan, bukan titik berkembang. Kemungkinan besar solusinya adalah dengan dibentuk suatu sistem perantara, untuk dukungan seluruh pihak (baik pemerintah maupun dari kalangan bisnis non-agro), untuk memenuhi kebutuhan bisnis petani dan untuk menjembatani kompetensi dari tenaga muda yang akan mendampingi proses penyelesaian masalah pertanian. Bentuk yang terbaik bisa jadi merupakan suatu pelembagaan tenaga muda, yang memiliki kebebasan dalam mengkreasikan teknik pendampingan bisnis petani untuk mencapai tujuannya. Lembaga ini akan mampu memahami kebutuhan dan kondisi tenaga muda, mampu memahami kebutuhan dan kondisi petani serta mampu menguasai perkembangan iptek di bidang pertanian, dan lembaga ini akan mampu pula memahami kepentingan dan kebutuhan dari pihak pemberdaya. Lembaga ini harus bebas, dan sampai saat ini kebebasan tersebut hanya ada ketika lembaga ini muncul secara swadaya tanpa ikatan pendanaan (sebagai suatu badan bisnis tersendiri). Kalaupun pihak pemberdaya memasukkan dukungan dana dan personalia maupun kelembagaan, bentuknya jangan sampai mengikat kuat, karena kata kuncinya adalah kebebasan berkreasi, sehingga teknik pemberdayaannya bisa tepat dan site-oriented. Permasalahannya adalah bagaimana bentuk sistem dari bridging system tersebut? Ini bukanlah hal sederhana untuk dijawab. Sekalipun sampai saat ini belum dapat dijelaskan dengan baik, namun dapat diyakini bahwa pembentukan sistem ini sedang berjalan dan semakin mengarah pada titik temu. Pihak yang setuju dan mendukung keberadaan lembaga ini tidak perlu memaksakan keberadaannya dengan segera, karena lembaga bisnis bridging yang sudah memiliki sistem yang baik ini akan muncul ketika para petani hasil bridging-nya lah yang memperkenalkan lembaga ini. Selama pembentukan bridging sistem tersebut, masing-masing pihak bisa mulai merekontruksi perannya dalam membantu penyelesaian masalah pertanian dengan mulai menitikberatkan pada pemberdayaan administrasi bisnis pertanian. Selain itu juga bisa mulai lebih banyak melibatkan tenaga muda, bukan sebagai pelaksana program, tapi kombinasi dari perancang program sekaligus pelaksananya. Bahkan, bisa dilakukan juga dengan secara inisiatif mengembangkan sistem-sistem bridging secara bertahap. Titik mulai yang tepat adalah dari bisnis pertanian paling dasar, yakni tanaman pangan, dimana faktor-faktor produksinya relatif paling rumit. Nah, kalau demikian adanya maka peran pemerintah adalah membiarkan prose situ terjadi. Maaf… ini berarti pemerintah harus mengambil jarak dan jangan mengganggu. Kalau mau berperan, cobalah membantu disektor penjualan hasil pertanian, atau pengembangan teknologinya. Karena hanya petanilah yang akan sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri

Datas :
Kedaulatan energi


Selama di OPEC kita jadi conflik of interest. Kita jadi setan sendiri, Karena kita negara importer. Kita lupakan OPEC dan sebaiknya kita membangun OPIC (Organization of the Petroleum importing Countries). Dalam OPIC kita bisa mencoba menggalang dan mengembangkan energi alternatif Dalam lima tahun ke depan, Indonesia dikhawatirkan akan mengalami krisis energi yang betul-betul parah sehingga solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mendasar itulah yang menjadi agenda kita. Bumi, air dan kekayaan alam harus dimanfaaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam arti sumber daya alam itu harus menjadi berkah, bukan kutukan. Kemudian, OPEC itu merupakan organisasi negara pengekspor minyak. Asosiasi itu berkepentingan untuk keuntungan negara-negara produsen minyak. Nah, kini Indonesia sudah menjadi negara importir. Indonesia berkepentingan dengan harga minyak murah. Menurut saya, lebih baik kita keluar dari OPEC. Kalau mau melobi kita bisa memakai Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau organisasi yang lainnya. Selama di OPEC kita jadi conflic of interest. Kita jadi setan sendiri, Karena kita negara importir. Namun disadari, produksi terus menurun, sementara konsumsi naik terus. Sejak Januari-Mei 2008, untuk pertama kali dalam sejarah republik ini, terjadi defisit dalam perdagangan migas, Walaupun defisitnya cuma 1,4 juta dollar. Kalau impor di luar kawasan berikat saja masih surplus. Tapi kalau total impor, kita sudah menjadi negara yang neraca perdagangan migasnya negatif. Mudah-mudahan di keseluruhan tahun masih positif. Tapi ini membuat kita sangat prihatin. Kalau kita lihat, Pertamina impor minyak itu 116 juta barel per tahun. Impor BBM 150 juta barel per tahun. Totalnya 266 juta barel per tahun. Kalau feenya setengah dolar saja, dapatnya 133 juta dolar. Kemudian, ada persoalan konsumsi kita naik kencang atau turun, itu tergantung pada disparitas harga internasional dan Indonesia. Kalau disparitas makin tinggi, impor kita makin tinggi, konsumsi kita makin tinggi. Kalau harga dinaikkan, impor juga turun, konsumsi juga relatif turun peningkatan. Jadi ada suatu sumber masalah. Kira-kira berapa BBM bersubsidi? 35 juta kilo liter ekuivalen dengan 35 miliar liter. Katakanlah kongkalikongnya begini, kawan saya punya pabrik air minireal, ditawari pejabat di suatu departemen untuk memakai BBM bersubsidi. lalu kongkalikonmg, saya untung Rp 2000, Anda Rp2000. Katakan dia beli dipasar Rp 8000, subsidinya Rp 4000 maka dia jual Rp6000. ini pejabat departemen, teman saya tidak menyebutkan departemen mana. Katakanlah 35 miliar liter atau konservatifnya yg bocor 20 persen. Kalau saya terlalu besar tolong dikoreksi. Jadi kalau bocornya 20 persen dikali Rp2000. Ini sekitar Rp 14 trilun yang hilang. Ini semua digabung. Kecuali kita ada yang lain misalnya fee-nya, mark up-nya 2 dolar itu ceritanya lain tapi ini mark up-nya setengah dolar untuk trading, dan 20 persen utk itu. Kalau saya jumlah 133 juta dolar ditambah Rp 14 triliun, hitung saja kira-kira ekuivalennya berapa? Dibandingkan dengan cost recovery di Pertamina itu masih tinggi. Dibandingkan Chevron. Chevron produksi 450 ribu barel cost recovery-nya 1,1 milyar. Nah bagaimana kita mendorong pertamina agar cost recovery-nya bisa turun. Sebenarnya maling-maling sebetulnya ada ada disekitar Pertamina yang membuat cost recovery itu tinggi. Ada pencuri-pencuri di trading. Saya lebih geram pada pencoleng-pencoleng yang membuat Pertamina tidak pernah jadi besar. Nah, kalau kita sudah punya petanya, maka mudah-mudahan kita bisa menyelamatkan Pertamina. Segera pertamina punya kemampuan membangun kilang-kilang baru sehingga kita bisa menurunkan peran atau manufer dari trader ini. Karena Semakin cepat Pertamina memiliki kilang, itu trading-nya akan berkurang. Jadi minyak Pertamina langsung masuk kilang. Jadi sepanjang mengatakan kilang tidak bisa dibangun karena cost-nya naik terus, ya sepuluh tahun lagi lebih naik lagi. Ayo kita cari uangnya, kita harus optimalkan kerjasama denga Iran atau dengan yang lainnya. Pokoknya kita harus mempunyai kedaulatan energi. Kalau suatu ketika misalnya, negara tetangga semakin kurang ajar sama kita, lalu kita perang, gelap kita punya republik, karena kita tidak mempunyai BBM, karena minyak yang kita produksi tak bisa langsung menerangi listrik karena harus di kilang dulu. Ingat negara kita sebagai pengimpor BBM terbesar di Asia saat ini. hal demikian membuat saya lebih khawatir. Mumpung masih baru, agenda angketnya, agenda-agenda di dalam hak angket DPR sekaligus menyusun suatu platform baru tentang energi nasional yang memungkinkan untuk kita keluar dari krisis energi di kemudian hari. Ingat, sampai detik ini tidak ada eksplorasi baru. Eksplorasi paling hanya dapat 70 ribu barel. Kalau berbicara siklus minyak, keadaan sekarang ini akibat tindakan kita 10 tahun lalu. Oleh karena itu saya berharap semakin cepat kita menyelesaikan masalah energi ini, semakin baik. Ikhwal ada hantu, yang main di trading-trading ini. Saya tidak mempunyai kemampuan dan data sama sekali. Ayolah kita buka seterang-terangnya karena di alam seterang ini hantu-hantu itu tidak dapat hidup. Karena kena sinar matahari dia mati. Membangun OPIC Kalau kita cermati produksi minyak kita, kini mencapai 348 juta barel per tahun. Kebutuhan kita ekuivalen BBM pertahun kira-kira 392 juta barel. Dengan rasio 0,7, berarti untuk menghasilkan 392 BBM ekuivalen minyaknya harusnya lebih banyak. Sebetulnya ril defisit kita sudah lebih dari 44 juta barel. Tidak benar juga kalau ada kalangan mengatakan kita surplus. Kita sudah tidak surplus lagi. Sekalipun kita membangun kilang nantinya, sebagian itu harus kita impor. Dalam konteks ini, bagi saya OPEC adalah penganggu. Karena kita selalu memperjuangkan harga minyak tetap tinggi, padahal kita berkepentingan harga minyak tetap rendah. Kita konsumen. Sebaiknya kita membangun OPIC (Organization of the Petroleum importing Countries), organisasi negara pengimpor minyak yang banyak dihadapkan pada permasalahan ini. OPIC ini mencoba untuk menggalang dan mengembangkan energi alternatif. Nah akhirnya saya ingin sekali lagi berharap, inilah moment paling tepat untuk buka-bukaan. Lalu kita buat platform baru tentang nasional energi policy, karena sebentar lagi batubara masalah. Karena batubara enak benar, karena bagi hasilnya gampang, bisa jual saham seenaknya, kalau dapat untung yang dapat pemegang saham padahal batubara milik republik. Banyak agenda kita yang harus kita gabung, batubara, listrik, dan migas ini. Insya Allah kita jadi negara berjaya, dan siap menjadi negara kuat di Asia, paling tidak setelah Cina dan India, diluar Jepang dan Korea. Sehingga menjadi negara yang, menjadi negara yang berwibawa dan bermatabat. Ancaman terbesar kita itu justru dari peningkatan impor yang luar biasa. Jadi oil product, Januari-Mei kita sudah defisit 7 miliar dolar. Kita ekspor cuma 1, 4 dolar sementara impornya 8,5 dolar. Itu baru 5 bulan defisitnya 7 miliar. Kalau saya kali dua 14 miliar dolar. Kita beli dari luar negeri, kita baker kado asap dan tak jadi apa-apa. Padahal 2007 totalnya masih 9,9, 2005 masih 8, 2004 masih 4 dan 2002 masih 2 miliar dolar. Kedua di depan mata ini akan meningkat terus karena produksi turun terus karena tidak ada satu perusahaan minyak yang dapat produksi baru. Nah harga pasti harga 200 juta dolar per barel. Coba datang semua perusahaan minyak, tidak ada yang invetasi baru. Ayo kita coba melihat dari prespektif bukan buat kita tapi buat anak cucu kita supaya Jakarta tidak seperti yang saya lihat di internet, kota lain dunia indah terang sementara, Jakarta tak ada kerena mati lampu. (Tulisan ini dikutip dari persentasi Faisal Basri pada seminar Buka-bukaan impor minyak Pertamina).

Data :
Transformasi Leadership Engine


Transformasi Leadership Engine merupakan pengembangan leadership guna mendapatkan hasil yang efisien dan menyiapkan kaderisasi kepemiminan masa depan.Berhasil tidaknya sebuah perusahaan sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalam perusahaan tersebut. Karena yang menggerakan organisasi itu adalah pegawai-pegawai atau sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Sangatlah wajar apabila kita menempatkan SDM sebagai human capital dalam sebuah organisasi atau perusahaan besar. Dalam perusahaan itu ada asset berupa tanah, gedung, dan sebagainya, namun kalau tidak dikelola oleh SDM handal maka tidak mungkin menghasilkan nilai tambah yang optimal, bahkan SDM tadi justru menjadi beban buat perusahaan. Kunci utamanya ialah memiliki SDM kualitas dan mampu menghasilkan produk yang berkualitas. Bahkan SDM tadi memiliki produktivitas melebihi biaya yang dikeluarkan oleh dirinya sendiri. SDM yang berkualitas pasti akan membuat aktivitas-aktivitas yang nilainya akan lebih tinggi dari apa yang dia dapatkan. Karena apa yang dia lakukan itu bukan semata-mata untuk mendapatkan nilai transaksional untuk mendapatkan reward saja, tetapi ada drajat kepuasan tersendiri dan bagian dari aktualisasi diri. Untuk mencapai visi perusahaan yang berkelas dunia seperti yang sedang digalakan Pertamina misalnya, diperlukan beberapa program transformasi. Salah satu upaya dalam mendukung perubahan tersebut adalah transformasi bidang SDM dan transformasi budaya kerja. Pengalaman masa lalu Pertamina misalnya, belum ada penghargaan bagi SDM yang berprestasi. Kemudian ketika paradigma dirubah dengan budaya berbasis kinerja, maka pegawai yang berkinerja baik mendapatkan reward yang sangat besar. Organisasi SDM yang sebelumnya pun lebih banyak bersifat ke arah transaksional, yang mengurus hal-hal yang sifatnya persoanalia. Kemudian dirubah, organiasi SDM Pertamina ke depan, harus menuju bisnis partner dari manajemen lini. Yang secara responsif mengantisipasi kebutuhan lini bisnis, dan SDMnya harus menyediakan jumlah personil yang dikehendaki dengan standar kualitas dan disiplin ilmu. Pertamina mempunyai Rencana Jangka Panjang yang diterjemahkan dalam rencana jangka pendek dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). Di sana ada program pelatihan dan pengembangan teknis dan manajerial, guna mempertajam kepemimpinan Pertamina ke depan, agar pegawai yang ada di level medel manajemen itu mampu mengantisipasi beban perusahaan di masa yang akan datang, dengan memulai program yang disebut transformasi Leadership Engine (TLE) dan PPEP (Program Pengembangan eksekutif Pertamina). Dua program tersebut merupakan program pengembangan leadership di Pertamina. Untuk mendapatkan hasil yang efisien, SDM pertamina di restrukturisasi, sentralisasi di bidang transaksional yang akan digabung ke dalam bentuk share services organization agar lebih efisien dalam pengelolaan aspek SDMnya. Jadi TLE suatu program leadership untuk mempersiapkan peserta yang saat ini berada pada posisi middle management supaya nanti siap memimpin Pertamina ke depan, sama dengan kaderisasi di bidang kepemimpinan. PPEP juga merupakan pengembangan eksekutif dengan materi-materi entrepreneurship. Di PPEP Pertamina mengundang top leaders yang sukses di bidang bisnis untuk sharing practices apa yang mereka lakukan di berbagai sektor bisnis. Kaitan dengan transformasi, semenjak dikeluarkan UU Migas Tahun 2001 Pertamina tidak lagi monopoli di bidang migas. Jadi Pertamina harus berkompetisi dengan perusahaan minyak, ini dilakukan agar Pertamina siap berkompetisi. Hal itulah yang membuat Pertamina melakukan transformasi di semua lini termasuk SDM. Buah dari berbagai upayanya itu, Pertamina mendapatkan penghargaan dari Asia Pacific Entrepreneurship Awards 2008, untuk kategori Investment in People Award. Penghargaan menunjukan SDM merupakan modal paling penting bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu, kedepan, tetap harus memperhatikan berbagai aspek. Mulai dari rekruitmen, penyeleksian, hingga diterima kerja.

Data
Tuntutan Realitas Bisnis BUMN


Beberapa akibat yang dirasakan akibat dari aneka ragam tuntutan realitas bisnis. Misalnya, meningkatnya biaya pokok produksi, perilaku pasar yang sulit diprediksi, tingkat resposnif yang masih lambat, biaya upgrading SDM yang terbatas, etika bisnis antar BUMN yang belum sepenuhnya terintegrasi di dalam Indonesia Incorporated. Pada dekade ini tuntutan relitas bisnis yang dihadapi dunia usaha termasuk BUMN telah melampaui kecepatan kebijakan regulasi yang ada. Bahkan seringkali menganulir asumsi yang ditetapkan sebelumnya dalam rencana kerja dunia usaha. Yang paling nyata dan kita hadapi saat ini ialah perkembangan harga energi bahan bakar minyak di pasar dunia yang telah mencapai nilai tertingi US $ 130 per barel, yang melampaui asumsi APBN Indonesia tahun 2008, yang selanjutnya menganulir asumsi bahan bakar minyak pada APBN-P 2008 sebesar US $ 95/barel, sehingga APBN terpaksa direvisi. Hal tersebut juga berdampak kepada dunia usaha yang terpaksa juga harus merevisi rencana kerja tahunannya, akibat perubahan tingkat bahan baku energi tersebut. Atas dasar berbagai kondisi tersebut, para pelaku usaha termasuk BUMN, pada saat ini dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mencermati dan menyikapi perkembangan realitas dari perkembangan iklim bisnis tadi. BUMN sebagai entitas bisnis yang strategis saatnya diarahkan, untuk lebih mandiri dan profesional dalam menetapkan strategi bisnisnya. Secara legal formal, tatanan hukum Indonesia sebenarnya belumlah kalah cepat di bandingkan negara lainnya, karena sudah sejak lama BUMN telah berjalan sesuai UU No. 19/2003 tengan BUMN. Di mana, telah diarahkan sebagai entitas bisnis penting guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. DI sana disebutkan, pendirian BUMN ditujukan untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya, dan penerimaan negara pada khususnya. Tuntutan Realitas Bisnis Di tengah tantangan bisnis saat ini, secara umum beberapa tuntutan dari realitas bisnis yang dihadapi BUMN yang mau tidak mau harus dihadapi. Pertama ialah dampak dari peningkatan harga bahan baku energi yang berdampak pada kinerja BUMN. Masalah energi memang menjadi tantangan utama dunia usaha saat ini. Oleh Karena itu diperlukan suatu terobosan seperti beralih ke energi alternatif. Misalnya untuk pupuk, diupayakan pengalihan ke energi alternative, seperti beralih ke batubara. Tuntutan realitas bisnis juga terjadi di aspek pasar. Di mana akses pemasaran perdagangan langsung yang tidak mudah untuk dilakukan. Namun, kalau kita bicara market, maka yang dipikirkan prioritas pemenuhan kebutuhan untuk market sendiri. Misalnya untuk pupuk maka konsepnya adalah utamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri baru memikirkan market. Kalau memerlukan pendanaan, maka dilakukan sinergi. Yang tidak kalah penting adalah, tuntutan relitas bisnis terkait dengan dengan budaya perusahaan. Saat ini belum sepenuhnya berubah sesuai realitas bisnis. Karena masih adanya beban-beban masa lalu. Namun demikian, kalau ada aturan pemerintah yang sudah tidak sesuai dengan progress bisnis kita, maka perlu di lakukan inovasi. Transformasi itu boleh saja, asal tujuannya tercapai. Jangan berpikir sudah seperti ini saja. Contoh pupuk, di Cina sudah lama menggunakan batubara sebagai bahan baku. Sementara Indonesia yang memiliki cadangan batubara melimpah belum ada. Padahal kalau kita tidak mampu, bisa dengan langkah outsourching. Itu bisa menggunakan investor. Selanjutnya, masalah keterbatasan tenaga SDM dan minimnya biaya pelatihan SDM adalah sebuah tantangan dalam realitas bisnis saat ini. Padahal dalam peta persaingan bisnis saat ini keberadaan SDM merupakan faktor kunci keberhasilan peningkatan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, BUMN harus meningkatkan integrated kapasitasnya. Diberikan tambahan-tambahan pendidikan, training termasuk bagaimana aplikasinya terhadap teknologi. Sinergi bisnis antar BUMN juga, saat ini adalah kebutuhan. Selama ini integrasi bisnis antara BUMN yang belum solid. Padahal kalau konsep ini digalakan, bukan tidak mungkin peta kekuatan bisnis menjadi lebih kuat. Misalnya PT PIM yang kesulitan bahan baku gas, mendapat pasokan gas dari BUMN PT Pupuk sehingga bisa beroperasi. Beberapa akibat yang dirasakan akibat dari aneka ragam tuntutan realitas bisnis. Misalnya, meningkatnya biaya pokok produksi, perilaku pasar yang sulit diprediksi, tingkat resposnif yang masih lambat, biaya upgrading SDM yang terbatas, etika bisnis antar BUMN yang belum sepenuhnya terintegrasi di dalam Indonesia Incorporated. Transformasi Bisnis BUMN Percepatan tranformasi bisnis BUMN yang dituntut segara untuk berubah adalah perubahan radikal terhadap beberapa aspek kerja, antara lain: secara makro diperlukan penataan ulang sistem manajemen bisnis BUMN sampai kepada penyempurnaan masterplan BUMN sesuai tuntutan realita bisnis, yakni dengan menjadikan BUMN sebagai badan usaha yang tangguh dalam persaingan global dan mampu meningkatkan perannya sebagai lokomotif dunia usaha di dalam peningkatan pendapatan Nasional. Secara mikro terhadap semua BUMN perlu dilakukan valuation ke arah bisnis fokus unggulan yang bernilai tambah. Di lingkup PT PIM misalnya, banyak belajar dari pengalaman kesulitan pasokan bahan baku gas alam yang dilami sejak 31 Desember 2003, yakni sejak kontrak pasokan gas untuk PT PIM dari Pertamina yang berasal dari Ladang Gas Arun terhenti ditambah dengan kondisi keamanan NAD yang tidak kondusif. Di sini diperlukan keberanian untuk memutuskan setiap kebijakan yang tidak biasa untuk mempertahankan dan memperjuangkan agar PT PIM dapat tetap eksis. Menghindari apa yang terjadi dengan PT AAF, Manajemen PT PIM menggariskan program jangka pendek, menengah dan panjang dengan lebih realistis sesuai perkembangan status dan kuantitas suplai gas alam di pasar lokal dan internasional. Program jangka pendek adalah dengan mengusahakan suplai gas alam yang berasal dari swap gas setara 3 cargo dari PT Pupuk Kaltim, dan Alhamdulillah masih akan berlangsung sampai dengan tahun 2008. Walaupun sumber gas alam dari kilang LNG Arun hanya berjarak + 3 km dari pabrik PT PIM namun PT PIM tidak mendapat bahagian suplai, sehingga terpaksa melakukan swap gas dari Kaltim. Dikarenakan gas yang berasal dari Aceh (Ladang Gas Arun) sudah terikat kontrak s/d 2014. Program jangka menengah adalah dengan ditandatanganinya kontrak jual beli gas dari eksplorasi ladang gas Blok A, Aceh Timur, antara PT PIM dengan Medco EP Malaca yang akan mensuplai kebutuhan gas PT PIM sebanyak +110 MMSCFD untuk kebutuhan 2011-2017. Seiring dengan kondisi keamanan di NAD yang semakin membaik, Manajemen PT PIM menyiapkan program jangka panjang, yakni dengan secara terus menerus mengkaji kemungkinan pengadaan kebutuhan bahan baku gas yang berasal dari pasar bebas/internasional dan melakukan kajian konversi energi bahan baku alternatif yang berasal dari batubara yang depositnya sangat besar di NAD. Dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang dimiliki dan dengan dukungan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah NAD, Manajemen PT PIM tetap komit untuk survive, sehingga PIM sebagai asset negara tidak sampai terbengkalai. Dengan demikian PT PIM diharapkan tetap dapat menjaga kelangsungan suplai pupuk Urea kebutuhan petani di NAD dan tetap dapat berkiprah untuk ikut menunjang pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan di NAD paska bencana alam tsunami. Sehingga ke depan, PT PIM dapat memberikan konstribusi yang optimal dalam pembangunan ekonomi Nasional dan di NAD.

Data
Strategy atau Hanya Keberuntungan Belaka


“Tahun 2007 ini luar biasa, total revenue sudah diatas target. Padahal persaingan gila-gilaan lho, dan saya merasa strategi yang kita terapkan berhasil. Baik dari sisi pemasaran dan penjualan lalu dari sisi perencanaan biaya, operasional bla..bla ..bla bla”. Weleh,weleh,weleh, begitu semangat, senang dan bangganya teman saya saat kita membicarakan perjalanan kinerja perusahaan yang dia pimpin di salah satu resort di Kuta Bali. Lain lagi halnya dengan teman saya yang kini memimpin sebuah resort berbintang empat ternama di Bopuncur (Bogor – Puncak – Sukabumi – Cianjur), “Tahun ini ajaib banget deh, meskipun ngak ada strategi khusus yang kita jalanin, tempat gue rame terus. Padahal jalan kesini terkenal macet dan belum mulus-mulus amat alias berlobang-lobang. Biasanya jurus itulah yang sering dipake sama team sales gue kalo targetnya ngak achieved.” Pembaca yang budiman kedua ilustrasi di atas membuat saya berfikir, “Kok bisa yang satu memakai strategi khusus dan yang satunya lagi less-strategy juga berhasil”. Apakah ini semua hanya kebetulan atau keberuntungan saja? Tapi bukankah di dunia ini tidak ada yang kebetulan? Dalam tulisan saya kali ini sebenarnya mencoba untuk merangkum semua cerita teman saya di dalam suatu sistematika yang bernama strategi. Kenapa? Karena saya sangat yakin kedua teman saya sebenarnya telah menyusun rencana strategi meskipun mereka mungkin tidak menyadari bahwa yang telah mereka lakukan itu adalah strategi. What is strategy? Sebelum lebih jauh lagi sebaiknya kita mulai dari pengertian strategi. Apa sih definisi strategi? Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strat积s. Adapun strat积s dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada jaman demokrasi Athena. Dan kini pengertian strategi banyak sekali dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya-karya mereka, namun demikian intinya secara umum kurang lebih sama, yaitu suatu skema ataupun skenario untuk mencapai sasaran yang akan dituju. Nah apakah kesuksesan suatu organisasi mencapai sasarannya merupakan hasil dari penerapan strategi? Jawabanya tentu iya, kalau tentunya strategy yang dibuat effective.Lalu apa kiatnya agar strategi kita efektif? Setidaknya ada tiga hal penting untuk kita perhatikan di dalam penyusunan strategi. Pertama, Definisikan Core Competency. Menurut pakar strategi Hamel dan Parahalad, yang mengangkat “Kompetensi Inti” sebagai hal yang sangat penting menyatakan bahwa– strategi hampir selalu dimulai oleh apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Untuk itu perusahaan harus benar-benar mendefine kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan”. Dari statement di atas, kata Hamel & Parahalad, perubahan yang cepat di pasar dan pola konsumen memerlukan core competency untuk meresponse-nya. Setidaknya kalau kita bisa men-define core competency organisasi, akan memudahkan kita dalam pemilihan strategi. Kombinasi dan kejelian kita menangkap tren perubahan yang kemudian kita sesuaikan dengan core competency organisasi adalah gabungan yang kuat untuk memenangkan persaingan. Kedua, Definisikan Sustainable Competitive Advantage (SCA). Walaupun produknya sama, tetapi bukankah setiap perusahaan memiliki potensi sumber daya yang berbeda dengan perusahaan lain. Selanjutnya bagaimana kita mendefinisikan SCA kita? Dengan melihat outlook tren perubahan, analisa kompetitor, analisa kustomer, dan melihat core competency yang kita punya merupakan bahan baku yang efektif untuk meramu SCA kita. Selanjutnya yang terakhir adalah mendefinisikan positioning kita di pasar sesuai dengan SCA. Dalam tahapan ini, kejelian kita membedah pasar atau dalam bahasa keren-nya segmentation dan targeting merupakan kunci agar tidak salah dalam memposisikan organisasi kita sesuai dengan SCA yang dimiliki. Positioning ini merupakan tahapan kritis di dalam langkah selanjutnya. Positioning juga merupakan referensi dari setiap inisiatif taktis yang nanti dibangun oleh organisasi. Ketiga elemen tersebut di atas merupakan awal dalam keseluruhan inisiatif pengembangan strategi perusahaan, Yang lebih penting lagi selanjutnya adalah eksekusi ke dalam langkah-langkah taktis yang terimplementasi dengan baik. Tak jarang strategi yang bagus tidak bisa terimplementasikan bahkan pada tingkatan eksekusinya menyimpang sangat jauh atau jauh panggang dari apinya. Nah kalau begitu, bagaimana dengan perusahaan yang tahun lalu berhasil tetapi dia sebenarnya tidak membuat strategy yang bagus-bagus amat? Pembaca yang budiman, strategi atau perencanaan adalah upaya organisasi di dalam mengantisipasi perubahan atau kejadian ke-depan, namum banyak sekali faktor yang akan menentukan keberhasilannya. Setidaknya dengan menyusun strategi ada kompas bagi organisasi untuk melangkah ke depan menuju tujuannya. Selamat menyusun strategi 2008.***

Data :
Blue Ocean Strategy, Konsep persaingan usaha menjadi tidak relevan lagi


Dalam era pasar global yang semakin terintegrasi, persaingan tidak dapat dihindari. Ketatnya kompetisi, membuat satu sama lain saling berebut pasar. Dalam kondisi itu, kita harus memilih: mengejar biaya rendah (cost leadership) atau melakukan diferensiasi (differentiation). Ketika kita memilih cost leadership untuk memenangkan persaingan, ada beberapa faktor yang turut mempersyaratkan, yaitu: economies of scale, economies of scope, learning effects, vertical integration, best location, dan larger market shares. Sementara saat menentukan pilihan pada diferensiasi, mengisyaratkan terjadinya biaya ekstra, memberikan kesempatan untuk menetapkan harga tinggi, dan dapat menciptakan profit lebih banyak. Namun dalam persaingan yang semakin ketat, di mana dalam area pasar yang banyak pemainnya, apapun pilihan strategi tersebut tidak membuat kompetisi menjadi longgar. Selain menentukan pilihan tadi apakah menetapkan biaya rendah atau diferensiasi, kita harus memenangkan kompetisi di pasar yang sudah ada, mengeksplorasi permintaan yang ada, dan memilih antara nilai-biaya (value cost trade-off). Maka tidak heran dalam kompetisi kerap terjadi saling “cakar mencakar”, saling menjatuhkan lawan melalui perang “diskon” hingga terjadi pertempuran yang berdarah-darah. Begitulah yang terjadi dalam kompetisi yang masih bersifat tradisional. Seringkali competitor dianggap sebagai musuh sehingga menganut konsep the only way to win the battle is to compete. Apa yang terjadi sering diibaratkan business animal yaitu kill or to be killed. Perusahaan cenderung melakukan benchmark untuk membuat imitasi ketimbang inovasi. W Chan Kim, profesor strategi dan manajemen internasional di INSEAD dan Renee Mauborgne, profesor pengajar di INSED, mengubah dari paradigma lama yang gaya berbisnisnya “gontok-gontokan” sehingga disebutnya sebagai Red Ocean Strategy (Strategi Samudera Merah), dengan paradigma dan mindset baru yang disebutnya sebagai Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy). Blue Ocean Strategy menjadikan persaingan tidak relevan lagi. Kita tidak lagi harus memilih apakah menetapkan harga yang rendah atau melakukan diferensiasi, melainkan justru “memadukan” keduanya. Kita integrasikan seluruh sitem kegiatan perusahaan dalam mengejar diferensiasi dan biaya rendah. Dengan begitu, kita juga akan menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, mendobrak nilai biaya, serta menciptakan dan menangkap permintaan baru. Strategi inilah yang diterapkan dalam salah satu anak perusahaan Grup ELNUSA yang beroperasi di bidang drilling services. Ketatnya persaingan bisnis dalam jasa drilling rigs, terasa menyulitkan untuk berkompetisi. Padahal sektor ini sesungguhnya hanya merupakan salah satu bagian saja dalam rangkaian aktivitas pemboran baik tahap ekplorasi migas (sumur eksplorasi) maupun tahap pengembangan (sumur produksi). Masih banyak aktivitas lain sebagai penunjang (services) yang juga harus disiapkan, sehingga principal yang memerlukan jasa pemboran harus banyak mengalokasikan waktu, tenaga, keahlian untuk melakukan seleksi mitra-mitra sebagai pendukungnya (drilling support) yang pada ujungnya harus banyak meneken kontrak dengan banyak service provider yang tidak jarang sulit disinergikan karena perbedaan tingkat kemapanannya. Elnusa Drilling Services, melakukan revolusi paradigma dan layanan jasa yang tidak hanya berorientasi pada drilling rigs semata, melainkan menawarkan satu solusi baru, yakni one stop services solution melalui layanan integrated drilling service yang meliputi drilling rigs, dengan seluruh drilling supportnya seperti drilling fluids, mud logging, wireline logging, log processing, cementing and testing, serta pengadaan berbagai material lainnya secara lengkap. Hasilnya, ternyata dengan konsep layanan terpadu tersebut, telah mengikis ketatnya persaingan dan terciptanya pasar yang baru, yang lebih efisien, dan efektif. Kondisi ini telah mendongkrak market share yang luas dan menghasilkan pendapatan (operating revenue) perusahaan yang sangat signifikan yaitu tahun 2004, 2005 (mulai diaplikasikan konsep blue ocean strategy) dan 2006 berturut-turut dari Rp40.5 miliar - Rp248 miliar – Rp324 miliar dengan profit margin yang mendekati 2 digit. Dalam persaingan yang ketat saat ini, Blue Ocean Strategy dapat menjadi pilihan bagi semua sektor bisnis. Salah satu kunci sukses (key factor) dalam strategi samudera biru adalah menciptakan inovasi nilai, yang merupakan batu pijak dari Blue Ocean Strategy. Inovasi nilai terjadi hanya ketika perusahaan memadukan inovasi dengan utilitas (manfaat), harga, dan posisi biaya. Salah satu cara mudah dan cepat dalam mengaplikasikan konsep ini, adalah fokus pada “gambaran besar”, bukan pada angka-angka semata. Caranya, pertama kita perlu melakukan kajian “strategic canvas” sebagai landasan untuk membangun strategi blue ocean. Untuk itu kita perlu menjabarkan KSF dan KFF (Key Success Factor dan Key Failure Factor) bisnis kita. Tahap selanjutnya kita buat pemetaan “the strategy canvas” perusahaan kita, faktor apa saja dalam KSF yang menjadi pusat pertempuran, namun sesungguhnya bukan satu-satunya syarat mutlak pilihan calon konsumen, lalu kita kelompokkan pada “offering level” yang rendah saja. Sebaliknya kita perlu mencari dan memfokuskan pada kurva nilai yang unik dan luar biasa (disebut yellow tail). Dengan demikian bisnis kita tidak lagi menyebarkan usaha secara sporadis ke semua faktor utama (KSF) dalam kompetisi, tetapi secara lebih selektif dan menjauh dari pemain-pemain lain. Setelah menysun strategy canvas tersebut di atas, maka akan tampak beberapa faktor yang merupakan “consumer insight” yang menjadi penciri bahwa bisnis kita sudah berada di samudera biru. Sebagai contoh, dalam salah satu bisnis Elnusa, kami menerapkan konsep One stop solution services di bidang pemboran. Consumer insight-nya berupa faktor-faktor: adanya sharing risk antara consumer dengan service provider, kelengkapan jasa yang diberikan (integrated services A to Z), kecepatan dalam proses kontrak, volum discount serta faktor lain yang tidak diberikan secara stand alone drilling services. Inovasi nilai harus terus diciptakan untuk memelihara kesinambungan dan memperluas pasar serta konsumen yang baru. Inovasi nilai tersebut yang dapat menjadikan pembaruan strategi samudra biru dari waktu ke waktu, sehingga strategi tersebut akan selalu sesuai dengan konteks dan iklim bisnis di masa mendatang. Selamat Mencoba!

Data :
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA


Dr. Rofikoh Rokhim Ekonom Universitas Indonesia Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan ketiga 2006 yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan meningkat sebesar 3,49 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan triwulan kedua 2006 yang hanya mencapai 1,96 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan ketiga 2006 mencapai 5,52 persenPerkembangan ekonomi pada triwulan ketiga 2006 menunjukkan bahwa semua sector ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor pertanian yaitu 5,36 persen, karena terjadinya pertumbuhan luar biasa pada produk sub sector perkebunan 36,44 persen. Selanjutnya sektor pertambangan-penggalian tumbuh 1,12 persen, industri pengolahan sebesar 2,92 persen, sektor listrik-gas-air bersih 2,49 persen, sektor konstruksi 3,30 persen, sektor perdagangan hotel-restoran 5,29 persen, sector pengangkutan-komunikasi 4,54 persen, sektor keuangan real estat-jasa perusahaan 1,85 persen, dan sektor jasa-jasa 2,37 persen. Peranan migas dalam penciptaan PDB Indonesia cenderung menunjukkan pola meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan peranan PDB tanpa migas dari triwulan kedua 2005 sampai dengan triwulan ketiga 2006 cenderung menurun dari 89,37 persen menjadi 88,68 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor ekonomi diluar migas cenderung menurun peranannya dalam perekonomian Indonesia. Dilihat dari sisi penggunaan, PDB Indonesia terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal atau inventori, ekspor dan impor. Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari Rp 266,7 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 271,1 triliun pada triwulan ketiga 2006 atau tumbuh secara riil sebesar 1,66 persen. Sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga secara nominal (atas dasar harga berlaku) naik dari Rp 506,3 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 520,5 triliun pada triwulan ketiga 2006 atau tumbuh secara nominal sebesar 2,81 persen. Sementara itu, komponen pengeluaran pemerintah atas dasar harga berlaku juga mengalami peningkatan dari Rp 70,5 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 72,5 triliun pada triwulan ketiga 2006 atau naik sebesar 2,70 persen, sedangkan atas dasar harga konstan mengalami penurunan dari Rp 37,1 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 35,2 triliun pada triwulan ketiga 2006 atau turun sebesar minus 5,03 persen. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku juga mengalami kenaikan yakni dari Rp 173,8 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 181,5 triliun pada triwulan ketiga 2006 atau naik sebesar 4,46 persen. Demikian pula atas dasar harga konstan konstan naik dari Rp 99,3 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 101,1 triliun pada triwulan ketiga 2006 atau tumbuh sebesar 1,76 persen. Pada triwulan ketiga 2006 juga terjadi peningkatan pada perubahan inventori baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dibandingkan triwulan ketiga 2006. Perubaahan inventori atas dasar harga berlaku membesar dari Rp 5,9 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 8,8 triliun pada triwulan ketiga 2006, sedangkan atas dasar harga konstan membesar dari Rp 3,9 triliun menjadi Rp 5,5 triliun. Nilai ekspor atas dasar harga belaku, naik dari Rp 244,4 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 265,3 triliun pada triwulan ketiga 2006, atau naik sebesar 8,58 persen. Demikian pula bila dibandingkan dengan triwulan ketiga 2005 naik sebesar 9,40 persen. Berdasarkan harga konstan 2000, nilai ekpor pada triwulan ketiga 2006 meningkat sebesar 5,46 persen dibandingkan triwulan kedua 2006, yaitu dari Rp 202,1 triliun menjadi Rp 213,1 triliun. Demikian pula bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2005 meningkat sebesar 12,05 persen. Kenaikan ekspor yang cukup berarti tersebut berdampak pada kontribusinya dalam PDB Indonesia yang semakin meningkat. Kontribusi nilai ekspor terhadap PDB pada triwulan ketiga 2006 atas dasar harga berlaku mencapai 31,05 persen atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan kedua 2006 yang sebesar 30,55 persen. Impor Indonesia atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 4,78 persen dari Rp 165,8 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 173,7 triliun pada triwulan ketiga 2006. Demikian pula atas dasar harga berlaku, impor Indonesia meningkat dari Rp 214,9 triliun pada triwulan kedua 2006 menjadi Rp 229,0 triliun pada triwulan ketiga 2006, atau naik sebesar 6,56 persen. Kontribusi nilai impor terhadap PDB Indonesia pada triwulan ketiga 2006 sebesar 26,80 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan kedua 2006 dan terhadap triwulan yang sama (triwulan ketiga) 2005, masing-masing sebesar 26,87 persen dan 30,82 persen. Secara kumulatif semua komponen PDB Indonesia menurut penggunaan hingga triwulan ketiga 2006 secara riil mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama 2005. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 2,97 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat 13,26 persen, PMTB meningkat sebesar 0,80 persen, perubahan inventori meningkat 75,03 persen, ekspor dan impor masing-masing meningkat sebesar 11,65 persen dan 7,39 persen. (disarikan dari makalah Pencapaian target pertumbuhan RAPBN 2007, Mungkinkah?).

Data :
Budaya Unggul


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam sebuah peluncuran buku di Jakarta akhir 2005 lalu, sempat melontarkan apa yang disebutnya sebagai budaya unggul (culture of excellence), yang diharapkannya kelak menjadi identitas bangsa Indonesia atau bisa terwujud menjadi kultur nasional. Beliau berharap kita bisa melihat budaya unggul itu ada di universitas, sekolah, lembaga-lembaga pemerintah, partai politik, militer, polisi, provinsi, kabupaten, kota, dan lain-lain.

Istilah budaya unggul sebenarnya bukan hal baru. Di dunia olahraga, sejak 1896, di saat Olimpiade modern digelar di Athena, Yunani, budaya unggul itu sudah terpatri dalam semangat Olimpiade, yakni citius (lebih cepat), altius (lebih tinggi), dan fortius (lebih jauh). Para atlet yang bertanding di Olimpiade memiliki falsafah itu. Mereka tidak ingin kalah alias lebih unggul daripada lawan-lawan yang akan dihadapi. Tapi, tentu dengan aturan main yang berlaku.

Kemudian, di dunia manajemen, istilah budaya unggul sangat populer sejak kata excellence atau keunggulan dibahas ketika pada 1983 Thomas J. Peters dan Robert H. Waterman meluncurkan bukunya yang sangat terkenal In Search of Excellence. Sejak itu banyak buku, artikel, seminar dan pelatihan menggunakan judul yang mengandung kata excellence, yang intinya adalah upaya membangun atau menciptakan keunggulan dalam rangka memenangkan persaingan.

Budaya Unggul, what does it mean? Menurut salah satu definisi, budaya unggul ialah budaya yang disepakati oleh semua manusia yang hidup dalam sebuah komunitas, dan kesepakatan ini harus meliputi nilai-nilai serta pandangan-pandangan yang ada, dan masyarakat memerlukan kesepakatan seperti ini demi melanjutkan kehidupannya. Budaya unggul lebih diartikan sebagai kebutuhan untuk selalu berprestasi (need for achievement), dan kebutuhan ini ditularkan kepada siapa saja di dalam sebuah komunitas, bahkan sejak masih usia balita sekalipun. Keinginan berprestasi ini mengajarkan orang untuk sekuat tenaga berprestasi meraih suatu impian alias memiliki motivasi yang kuat. Refleksi budaya unggul harus terlihat antara lain dari sikap tak gampang menyerah, kerja keras, disiplin, dan profesionalitas kerja. Lalu, apa sih hubungan budaya unggul dengan perusahaan tempat Anda bekerja? Ya, seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia (world class companies) maka di perusahaan pun harus dibangun budaya unggul apabila ingin memenangkan persaingan bisnis. Dan, untuk menciptakan budaya unggul tersebut paling tidak ada tiga hal yang harus dilakukan.

Pertama, mempunyai visi untuk unggul. Jika Anda ingin menjadikan perusahaan yang unggul, Anda mulai dari kekuatan berupa kekhasan dan keunikan yang dimiliki yang bisa menjadikan perusahaan mampu bersaing di industri dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki. Berikutnya, tetap fokus pada visi yang hendak dituju. Kalau seluruh atau sebagian besar sumber daya manusia (SDM) di perusahaan memiliki satu visi niscaya tekad untuk mewujudkannya akan menjadi tambahan energi bagi kita semua untuk terus maju. Dalam diri masing-masing SDM harus mempunyai visi untuk unggul. Budaya unggul yang harus ditumbuhkan bermula dari diri sendiri, kemudian menyebar ke lingkungan sekitar unit kerja dan kantor Anda, selanjutnya ke lingkup perusahaan secara menyeluruh.

Kedua, kepemimpinan yang memberi contoh. Para pemimpin di perusahaan harus bisa memberi contoh terlebih dahulu bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang menerapkan budaya unggul dalam aktivitas sehari-hari, bukan hanya sekadar bisa berbicara saja. Harus disadari bahwa paham paternalistik masih berakar kuat di negeri ini termasuk di perusahaan Anda. Jadi, figur pemimpin lah yang harus memberi contoh terlebih dahulu bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang unggul. Unggul dari sisi intelektualitas, emosional, rasional, spiritualitas, dan moralitas. So, jika Direksi dan semua unsur pimpinan perusahaan dengan konsisten mencontohkan seperti itu, niscaya para pegawai akan mengikutinya.

Ketiga, memperbaiki lingkungan perusahaan. Anda harus menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif, yang memungkinkan semua SDM yang ada mempertunjukkan keunggulannya, dan setiap orang dipacu untuk memiliki etos kerja yang tinggi serta bisa menjadi yang terbaik. SDM yang tidak mudah mengeluh dan menyerah kepada keadaan alias tahan bantingan. Selalu berupaya untuk lebih unggul dan memenangi persaingan. Berikan penghargaan kepada setiap keunggulan yang ada dan tercipta. Tidak perlu dalam bentuk materi. Tapi pengakuan atas kelebihan seseorang sudah menjadi pemacu yang luar biasa bagi setiap orang untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi. Sebaliknya, berikan sanksi atau hukuman kepada mereka yang melanggar aturan main.

Nah, jika Anda ingin perusahaan mencapai visi seperti yang telah dicanangkan maka budaya unggul harus dikembangkan terus menerus di perusahaan. Mirip dengan ucapan SBY, seluruh jajaran perusahaan harus bertekad "Kita harus bisa, kita harus berbuat yang terbaik. Kalau perusahaan lain bisa, mengapa kita tak bisa. Kalau perusahaan Jepang bisa, kenapa kita tidak bisa. Kalau perusahaan Amerika bisa, mengapa kita tidak bisa." Selamat membangun budaya unggul!

Data :
Jumat, 19/06/2009 09:04 WIB
Kepemimpinan situasional
oleh : A. M. Lilik AgungTrainer dan Pembicara Publik
Cetak
Kirim ke Teman
Komentar
Senja ketika lampu-lampu metropolitan mulai berpendar, di sebuah Mal yang merupakan produk asli kapitalisme, saya menemani sahabat untuk perbincangan ringan tetapi butuh pemikiran panjang; transformasi bisnis.
Sang sahabat menuturkan peluang nan menantang untuk membuat terobosan pada sebuah bank daerah yang menguasai wilayah kaya. Kami berdua sepakat, terobosan bisnis bernama transformasi ini hanya bisa berjalan apabila dimulai oleh pucuk pimpinan teratas (CEO) dengan dukungan penuh pemegang saham. Sang sahabat berujar bahwa satu-satunya cara agar proses transformasi ini bisa terlaksana dia harus menjadi CEO-nya.
Tidak berbilang bulan setelah kami berbagi pengalaman, sang sahabat benar-benar menjadi CEO bank daerah itu. Nama sang sahabat sangat pendek; Erzon. Jabatannya CEO Bank Riau. Semenjak diangkat menjadi CEO Bank Riau saya tidak pernah lagi berjumpa dengan Erzon.
Justru kemudian dalam bulan-bulan terakhir ini saya mendapati sosoknya di berbagai media massa bisnis nasional untuk mendapat aneka macam penghargaan. Entah itu atas nama pribadinya sebagai salah satu CEO BUMD terbaik. Atau lembaga Bank Riau sebagai salah satu bank daerah dengan prestasi menggembirakan. Semua pencapaian ini diraih Erzon dalam waktu seumuran jagung.
Mengapa Erzon dalam jangka pendek ini mampu mengangkat pamor Bank Riau pada tingkat optimal? Tak lain karena kepemimpinan situasional yang diterapkannya. Kepemimpinan situasional ala Erzon dikedepankan guna menarik gerbong kereta Bank Riau agar bergerak menjadi semakin kencang dan lincah.
Tindakan pertama yang dilakukan Erzon tak lain memperkuat budaya baru Bank Riau. Dengan slogan kepada pihak luar (terutama konsumen) spirit to growth dan slogan internal perusahaan reaching the excellence, Erzon mengajak seluruh karyawan Bank Riau bekerja dengan spirit baru, yaitu menuju entitas bisnis profesional dengan pertumbuhan aset dan laba meyakinkan. Tak ayal untuk mewujudkan spirit baru ini meningkatkan kapasitas bisnis menjadi sebuah keharusan.
Kapasitas bisnis merupakan faktor kasat mata yang langsung dilihat dan dirasakan oleh seluruh karyawan Bank Riau dan para pemangku kepentingan. Struktur organisasi Bank Riau dikembangkan menjadi lima strategic business unit (SBU), yaitu; internasional, komersial, syariah, konsumer, dan mikro.
Perubahan struktur organisasi ini membuat Bank Riau langsung tancap gas bertumbuh. Jika saat Erzon menjadi CEO pada Desember 2007 lalu jumlah kantor Bank Riau hanya 47, sampai Mei 2009 sudah berbiak menjadi 64.
Ditargetkan menutup tahun 2009 ini kantor menjadi 110. Begitupula dari sisi keuntungan juga meroket naik. Jika tahun 2007 Bank Riau membukukan laba Rp 301 miliar, pada 2008 naik signifikan menjadi Rp 405 miliar.
Tindakan kedua setelah meningkatkan kapasitas bisnis tak lain membangun infrastruktur perusahaan (IT dan sistem manajemen kontemporer) dan manusia pekerja. Khusus untuk karyawan Bank Riau, Erzon tidak segan mengeluarkan investasi bagi pengembangan, baik melalui pelatihan, seminar, maupun dalam bentuk lainnya. Untuk memberi contoh pengembangan diri ini Erzon sekarang mengambil gelar doktor, bekerja sama dengan universitas Airlangga Surabaya.
Agar pengembangan karier karyawan lebih objektif, manajemen kinerja modern mulai diterapkan. Juga untuk mengisi banyak jabatan strategis karena bertumbuhnya perusahaan, Erzon menerapkan apa yang disebut tender pekerjaan.
Artinya setiap karyawan Bank Riau yang telah memenuhi syarat boleh mengajukan diri untuk katakanlah menjadi kepala cabang di Batam. Direksi kemudian melakukan semacam uji kelayakan dan kepatutan bagi kandidat untuk mengisi lowongan yang tersedia.
100 Hari kepemimpinan
Penilaian awal konstituen terhadap pemimpin barunya dan sekarang telah menjadi rumus baku tak lain 100 hari kepemimpinan. Walaupun rumus baku ini belum tentu valid, tetap banyak pemimpin menjalankan ritual ini. Demikian pula yang dilakukan Erzon.
Untuk memperlihatkan kinerja cemerlang 100 hari kepemimpinannya, Erzon melakukan empat strategi utama. Pertama, disebut dengan mandat. Artinya Erzon sudah memperoleh legitimasi formal dari pemegang saham untuk memimpin Bank Riau. Berbekal legitimasi ini Erzon membuat bingkai kerja Bank Riau bernama transformasi bisnis.
Bingkai kerja ini akan berjalan dengan bagus manakala terbentuk tim yang solid dari seluruh karyawan Bank Riau. Inilah strategi kedua yang dilakukan Erzon; membentuk tim solid dengan basisnya partisipasi. Partisipasi menjadi perlu karena melalui partisipasi akan mendorong kesadaran karyawan untuk berubah menuju kondisi yang jauh lebih baik .
Strategi ketiga tak lain adalah eksekusi. Eksekusi mula pertama dilakukan adalah membentuk struktur organisasi Bank Riau menjadi lima SBU seperti sudah dijelaskan di atas. Tahap berikut melakukan penilaian diri terhadap semua produk yang dimiliki Bank Riau.
Benchmarking dengan perusahaan sejenis yang ada di Indonesia dan perbankan swasta nasional maupun internasional juga mulai dijalankan. Tak heran produk perbankan modern juga dimiliki oleh Bank Riau. Mulai dari kartu kredit, ATM, KPR, kredit kendaraan, syariah, kredit mikro (gerainya disebut Kedai) hingga membuka cabang di Mall yang buka seminggu tanpa henti (bernama Butik).
Strategi keempat, melakukan pemberdayaan kepada seluruh karyawan Bank Riau. Pengawal utama dari proses transformasi tak lain adalah karyawan nan cerdas dengan integritas yang tidak diragukan.
Oleh karena itu, Erzon menjalankan berbagai strategi untuk mendorong karyawan menjadi semakin berprestasi. Buletin perusahaan dihidupkan dengan menampilkan karyawan yang berprestasi sebagai profilnya.
Setiap 3 bulan sekali diadakan rapat kaji ulang bisnis, di mana diadakan juga pemilihan karyawan terbaik. Tidak ketinggalan menjadi sponsor pada berbagai acara yang digelar di Provinsi Riau, di mana salah satunya menampilkan manajemen Bank Riau sebagai narasumber.
Memang kepemimpinan Erzon di Bank Riau masih seumuran jagung. Terlalu naif bila menyebut Erzon gilang-gemilang membawa Bank Riau menjadi bank utama pilihan konsumennya. Namun, dalam waktu seumuran jagung sudah memberi kontribusi optimal, kita pantas mengapresiasinya. Selanjutnya kita tunggu kiprah Erzon dengan Bank Riau-nya.

Data :
Data :
Sabtu, 13/06/2009
Suramadu untuk akar rumput

Peresmian Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura merupakan momentum untuk pembangunan berbagai proyek infrastruktur lainnya yang sejauh ini sangat lambat perealisasiannya, selain tentunya harus dijadikan sebagai titik awal pemacu pengembangan kedua wilayah di Jawa Timur tersebut.Dengan kesadaran bahwa kehadiran infrastruktur adalah lokomotif penggerak bagi roda perekonomian terutama sektor riil, hendaknya kehadiran Jembatan Suramadu tidak membuat para pemangku kepentingan, terutama pemerintah, puas karena merasa sudah menyelesaikan sebuah kerja besar.Negeri seluas Indonesia ini memerlukan lebih banyak lagi infrastruktur. Tanpa perlu membuat perencanaan baru, marilah kita bersama-sama mengingat bahwa tugas untuk merealisasikan berbagai infrastruktur yang direncanakan sejak belasan, bahkan puluhan, tahun lalu masih banyak yang harus diselesaikan.Menyebutkan satu per satu infrastruktur yang perealisasiannya terkatung-katung hanyalah menghabiskan ruang kolom ini akibat demikian panjangnya daftar proyek yang hingga sekarang hanya menjadi wacana atau paling jauh berupa perencanaan di atas kertas.Karena itulah, peresmian Jembatan Suramadu hendaknya tidak diikuti dengan senyum puas, sebaliknya dijadikan tonggak peneguh semangat untuk menggenjot pembangunan proyek-proyek infrastruktur lainnya.Telah beroperasinya jembatan yang memiliki bentang di atas Selat Madura sepanjang 5,4 kilometer itu harus dioptimalkan untuk mendongkrak perekonomian baik investasi skala besar maupun aktivitas bisnis di tingkat akar rumput.Di bahasan tingkat tinggi, kehadiran Jembatan Suramadu diharapkan mampu membangkitkan perekonomian di Kawasan Strategis Nasional Germakertasusila (Gresik, Madura, Kertosono, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) dan mendorong terealisasinya sejumlah proyek strategis di Madura yang memerlukan investasi Rp40 triliun.Namun, itu semua hanya akan menimbulkan kesenjangan antara pebisnis kelas atas dan warga setempat apabila dalam penyusunan program potensi besar yang tersimpan di tingkat akar rumput justru diabaikan.Kehadiran Jembatan Suramadu harus sesegera mungkin diikuti oleh perencanaan matang guna menyinergikan proyek-proyek besar yang segera hadir dengan bisnis skala kecil hingga menengah yang berpotensi untuk dikembangkan di Madura.Sulit bagi siapa pun untuk membantah bahwa suku Madura, selain sangat kuat tradisi keagamaannya, juga merupakan pebisnis tangguh yang, sebagaimana beberapa puak lain di negeri ini, sanggup menerobos dan eksis di berbagai daerah, bahkan merambah lintas negara.Dengan menyiapkan strategi dan rencana yang memanfaatkan potensi besar tersebut, wajar apabila kita berharap kelak bisa menyaksikan Madura yang makmur tanpa kesenjangan.

Sumber : bisnis.com

Data :
Kamis, 18/06/2009
Mengawal demokrasi
Cetak
Semakin mendekati pelaksanaan Pemilihan Presiden 8 Juli, suhu politik terasa kian memanas. Saling serang, saling sindir, dan saling cibir antartim kampanye, bahkan antarpara kandidat presiden, semakin hari semakin keras.Semua itu sesungguhnya sah-sah saja, karena praksis kampanye dalam proses pemilu yang demokratis memang dapat menggunakan strategi dan taktik apa pun untuk memenangi pemilihan, asalkan tidak menabrak peraturan.Boleh-boleh saja tim kampanye melakukan eksploitasi atas keunggulan kandidat yang diusung, dan sebaliknya eksplorasi atas kelemahan lawan. Kampanye menyerang atau attacking, bahkan kampanye negatif pun normal-normal saja, asalkan tidak mengarah kepada kampanye hitam alias black campaign, yang bernuansa fitnah ataupun penyebaran kabar bohong tentang kepribadian lawan politik.Di situlah sesungguhnya tantangan kita, apakah demokrasi di negeri ini akan terus berkembang. Tentu saja, kita tidak ingin proses pematangan demokrasi ini dinodai dengan perilaku yang menyesatkan, atau membodohi masyarakat, sekadar demi meningkatkan popularitas atau mempertahankan popularitas.Adalah wajar apabila kemudian kita berkeinginan, semua pihak, termasuk simpatisan, tim sukses, ataupun kandidat presiden dan calon wakil presiden yang sedang bertarung, mampu menunjukkan kearifan dalam mengawal proses demokrasi itu.Kearifan bisa ditunjukkan melalui kejujuran ucapan dan tindakan, bukan penghasutan dan penyesatan, apalagi bersandiwara dengan kebohongan demi kebohongan. Dengan itulah, demokrasi akan bertumbuh dan berkembang dengan wajar, dan natural.Tentu, kita ingin demokrasi yang baru kuncup di negeri ini bisa mekar dengan sempurna. Kuncinya ada pada para aktor demokrasi, agar mampu mengawal dengan baik.Karena itu, harian ini berharap, para tokoh politik-yang sedang bertarung menuju kursi presiden periode 2009-2014-mampu menunjukkan sikap kenegarawanan yang dapat dijadikan suri tauladan kepada rakyat.Peran yang kita inginkan bukan sekadar santun berkata-kata dan bermanis muka, tetapi kita membutuhkan para aktor demokrasi yang mampu menunjukkan konsistensi antara perkataan dan perbuatan, antara pidato dan tindakan.Kita butuh pemimpin yang berperilaku walk the talked, karena dengan itulah demokrasi akan memiliki landasan kokoh, dan memberi dampak positif dan penting bagi berkembangnya nilai-nilai kenegaraan dan kebangsaan.Demokrasi yang berkembang dengan baik akan berdampak baik pula bagi perekonomian dan hajat hidup orang banyak. Ringkas kata, demokrasi yang baik akan menciptakan kemakmuran, yang adil, bagi seluruh rakyat.Itulah tujuan demokrasi yang sesungguhnya, yang hanya dapat dicapai dengan perilaku politik yang jujur, adil dan bertanggungjawab.
Cetak
bisnis.com
");
//-->


Data:
Kamis, 18/06/2009
DINAMIKABLT bisa lanjut secara ad hoc
Cetak
JAKARTA: Pemerintah tetap membuka peluang dilanjutkannya program Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada 2010 jika terjadi lonjakan harga minyak mentah dunia yang terlalu tinggi.Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan mungkin saja BLT kembali diberikan pada tahun depan jika daya beli masyarakat merosot tajam, meksipun program itu tidak dianggarkan dalam RAPBN 2010."Misalnya harga BBM naik lagi, BLT akan dilakukan secara ad hoc dan mengikuti standar program pemerintah untuk kemudian meminta persetujuan DPR," jelasnya, Selasa malam. (Bisnis/16)
Cetak
bisnis.com

data :
Rabu, 17/06/2009
DINAMIKA'Otonomi masih formalitas'
Cetak
JAKARTA: Praktik otonomi daerah di Indonesia selama ini dinilai hanya sebuah formalitas kebijakan dan cenderung menimbulkan persoalan baru dalam pembangunan dan perekonomian.“Otonomi daerah tidak sungguh-sungguh diimplementasikan dan belum komprehensif. Ini juga tidak memecahkan persoalan, malah menimbulkan masalah-masalah baru,” kata Djohermansyah Djohan, Deputi bidang Politik Sekretaris Wakil Presiden, kemarin.Menurut dia, akar persoalan dari kurang maksimalnya manfaat otonomi daerah bagi pembangunan berada di Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) yang efektivitasnya kurang berjalan. Untuk itu, dia menyarankan DPOD untuk direkonfigurasi dari segi kriteria, kewenangan, fungsi, dan kapasitasnya. (Bisnis/dea)
Cetak
bisnis.com
");
//-->



CSR ADALAH KOMITMEN PENGUSAHA
Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), Selasa (3/2), di ruang sidang pleno MK. Pemohon perkara ini antara lain Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Himpunan Pengusaha Muda Indoneia (HIPMI), dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) yang diwakili oleh ketuanya. Mereka menilai, Pasal 74 UU PT yang mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TSL) telah merugikan perekonomian mereka. Sidang ketiga ini mendengarkan keterangan Pemerintah, DPR, serta Ahli dari Pemohon antara lain, Ahli Hukum Perusahaan/Hukum Bisnis Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, Direktur Program CSR Universitas Trisakti Maria R Nindita Radyanti, serta Maria Dian Nurani. Menurut Hikmahanto, berdasarkan definisi UU PT, TSL atau yang sering disebut Coorporate Social Responsibility (CSR) bukan suatu kewajiban yang dibebankan oleh negara kepada PT, namun sebagai komitmen dari PT itu sendiri. “TSL adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya,” kata Hikmahanto. Lanjut Hikmahanto, pelaksanaan CSR tidak seharusnya hanya pada badan hukum berbentuk PT, namun semua badan hukum yang melakukan kegiatan di sektor tertentu yang mendapat pengaturan oleh UU sektor tertentu. “Ini untuk menjamin keadilan,” tandasnya. Sedangkan, Maria Nindita dalam penjelasannya mengatakan CSR ialah konsep di mana perusahaan harus mempunyai perhatian terhadap persoalan sosial dan lingkungan berdasar prinsip sukarela, dan kegiatan bisnis serta interaksi dengan para pemangku kepentingan harus memperhatikan persoalan sosial dan lingkungan. “Ini sudah dijalankan di negara-negara eropa,” terangnya. Arti dari CSR, menurut Nindita, ialah bagaimana keseluruhan operasi perusahaan, yakni fungsi bisnis utama (core business functions), dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan para pemangku kepentingan serta masyarakat pada umumnya. Sementara itu, Maria Dian Nurani memandang standarisasi CSR melalui ISO 26000 di mana tanggung jawab perusahaan akan berdampak terhadap masyarakat dan lingkungan melalui perilaku etis dan transparan yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mengikutsertakan harapan stakeholder, sesuai hukum yang berlaku, dan konsisten dengan perilaku norma internasional, “serta terinteraksi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam relasinya,” papar Maria. Sidang selanjutnya akan dilaksanakan 18 Februari 2009. (Prana Patrayoga Adiputra)


Rumah Rp 10 Jutaan untuk Orang Miskin
DENPASAR, SENIN — Pemerintah Provinsi Bali tahun 2009 ini mengalokasikan dana sebesar Rp 3 miliar untuk membangun 300 unit rumah layak huni bagi masyarakat miskin. "Masing-masing rumah dialokasikan dana sebesar Rp 10 juta untuk diberikan kepada masyarakat kurang mampu yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Denpasar, Senin (2/2). Ia mengatakan, upaya perbaikan rumah tersebut bekerja sama dengan aparat desa setempat sehingga kemudahan yang diberikan pemerintah dapat mencapai sasaran, yakni kepada mereka yang betul-betul membutuhkan rumah. "Survei lapangan terhadap warga yang berhak menerimanya dilakukan oleh satu tim yang disusul dengan pelaksanaan program perbaikan rumah bagi keluarga miskin yang berhak menerimanya," ujar Pastika. Program perbaikan rumah tersebut disertai upaya menyukseskan pembangunan di bidang pendidikan dengan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, termasuk memberikan beasiswa dalam berbagai jenjang pendidikan kepada putra-putri keluarga miskin. Perhatian lain yang diberikan pemerintah daerah kepada penduduk miskin adalah pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Tahun ini, tim kesehatan terpadu melakukan kunjungan lapangan sebanyak 6.000 kali dengan sasaran 500 desa dari 706 desa yang ada di Bali. Dalam tahun 2009, Pemprov Bali juga akan meningkatkan empat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) menjadi puskesmas rawat inap yang dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai, tenaga dokter, dan paramedis. "Keempat puskesmas yang ditingkatkan statusnya adalah Puskesmas Kubu (Karangasem), Kintami (Bangli), Grokgak (Buleleng), dan Nusa Penida (Klungkung)," ujar Gubernur Pastika. [www.kompas.com]


Data :
Direktorat Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Ditjen PMD (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa). DeAlamat Kontak: Direktorat Jenderal PMD - Depdagri Jl. Raya Pasar Minggu Km.19 Jakarta Selatan Telp: 021-7984190 email:pmd-desapesisir@yahoo.com partemen Dalam Negeri


Data :
Sosialisasi Jamkesmas melalui Ormas/LSM
19 Aug 2008 Departemen Kesehatan mengundang Ormas/LSM dan Organisasi Lainnya yang berpengalaman di bidang kesehatan untuk bermitra dalam penyelenggaraan Sosialisasi Jamkesmas bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk menjadi mitra Departemen Kesehatan, syarat yang perlu dipenuhi diantaranya adalah memiliki AD/ART dan atau akte notaris, serta mengajukan proposal kegiatan yang paling lambat diterima tanggal 22 Agustus 2008 oleh Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan. (Sumber: website:www.depkes.go.id/Raden Syaifullah).


Data :
Pemerintah akan gunakan dana CSR untuk rekonstruksi pedesaan
Pemerintah, bekerjasama dengan Corporate Forum for Community Development (CFCD), akan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan swasta dan BUMN untuk program rekonstruksi pedesaan. "Program ini akan dilakukan sebagai proyek percontohan di tingkat pedesaan,” kata Menteri Perumahaan Umum, M.Yusuf Asyari yang dikutip oleh Antara pada hari Selasa lalu. Menurutnya, program tersebut akan dilakukan berkoordinasi dengan Departemen Sosial. Gunawan Sumodiningrat, Dirjen Pemberdayaan sosial Departemen Sosial mengatakan, seluruh desa akan diikutsertakan dalam program tersebut dan susunan pengelola akan dibentuk di setiap desa. Proyek tersebut akan dilaksanakan untuk pertama kalinya di Jakarta. SekJen CFCD, Iskandar Sembiring mengatakan, salah satu target utama program tersebut adalah memenuhi target pengembangan millenium.(Raden Syaifullah).

Data :
Migas dan Panas Bumi sumbang pendapatan terbesar negara
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sektor minyak dan gas dan panas bumi akan tetap memberikan pendapatan terbesar negara untuk tahun ini. Sri Mulyani yang dikutip oleh Antara pada hari Rabu lalu mengatakan, kedua sektor tersebut akan memberikan sumbangan sebesar 1,4% dari PDP tahun ini atau Rp71,7 triliun. Sedangkan penerimaan pajak dari sektor-sektor tersebut akan mencapai Rp32,6 triliun atau sebesar 45% total penerimaan pajak dan Rp39,1 triliun atau 55% penerimaan non-pajak. Sri Mulyani mengharapkan, sektor-sektor tesebut dapat meningkatkan kinerjanya tahun ini. “Sektor-sektor tersebut dalam lima tahun terakhir mencatat pertumbuhan sebesar 7,2%" Pemerintah, menurut Sri Mulyani, akan menurunkan anggaran pembelian minyak tanah, menyusul turunnya harga minyak mentah di pasaran. Pemerintah juga akan melakukan penyesuaian, terutama berkaitan dengan insentif yang akan diberikan kepada kalangan pengusaha dan penggunaaan sisa anggaran APBN tahun lalu untuk membantu mengatasi defisit anggaran. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, defisit anggaran sebesar 2,5% dapat dikurangi apabila pemerintah melakukan re-evaluasi anggaran belanja. Kepala Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu mengatakan, anggaran belanja negara dapat dikurangi apabila pemerintah melakukan efisiensi. (Sumber : Website Menko Ekuin/Raden Syaifullah)


Data :
Pesantren harus berperan dalam keamanan: kepala Intel
Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Syamsir Siregar, mengatakan bahwa para cendekiawan Muslim, terutama pesantren dan kelompok pelajar Muslim, bahwa mereka perlu berperan dalam keamanan nasional, The Jakarta Post melaporkan. “Keberadaan pesantren penting dalam mendukung keamanan nasional dan kemerdekaan,” kata Siregar. Siregar berargumen bahwa pesantren telah menunjukkan sebuah sumbangan kepada masyarakat melalui pendidikan dan mendukung ketahanan nasional, namun memperingatkan para cendekiawan dan pelajar Muslim terhadap khotbah dan pernyataan penuh kebencian yang dapat membahayakan persatuan nasional. (Sumber: website Meno Ekuin/Raden Syaifullah).

Data :
TINGKATKAN KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
News Room, Selasa ( 03/02 )Jajaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Kecamatan Kota Sumenep perlu terus meningkatkan kinerja dan disiplin yang baik, guna terwujudnya pelaksanaan tugas dalam rangka pemberian pelayanan yang optimal kepada masyarakat.Hal tersebut ditegaskan Camat Kota Sumenep, Drs. H. Moh. Sirat Aidy, M.Si saat memimpin Apel Gabungan, Senin kemarin (02/02) di halaman Kantor Kecamatan setempat.Perlunya dilaksanakan Apel Gabungan ini lanjut Camat Kota Sumenep, agar jalinan kebersamaan dan kekeluargaan diantara aparatur negara itu tetap terpelihara dengan baik dan koordinatif, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakataan, sehingga pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhnya akan diatasi dengan sempurna.Apel Gabungan yang dilaksanakan setiap hari Senin ini diikuti seluruh staf Kantor Kecamatan, Kelurahan, UPTD, dan Dinas Sektoral. ( JuP-01, Esha/Raden Syaifullah)

Data :
TAK ADA ARMADA LAUT, WARGA MASALEMBU MULAI MAKAN GAPLEK
News Room, Selasa ( 03/02 )Cuaca buruk yang kembali melanda perairan Pulau/Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep, membuat warga di 4 desa terancam krisi pangan. Sebab, mereka kehabisan stok 9 bahan pokok (Sembako), sehingga sebagian kecil mulai makan gaplek. Sementara, KMP Dharma Bahari Sumekar (DBS) I yang dipersiapkan untuk mengisi angkutan laut setelah keperintisan habis masa kontraknya tidak mampu mengarungi laut jawa ditengah ketinggian ombak yang mencapai 5 meter. Salah seorang tokoh masyarakat Pulau Masalembu, Maktuf Syarif, mengatakan, stok sembako sudah habis. “Untuk memenuhi kebutuhan hidup, warga di 4 Desa (Masalima, Karamian, Sukajeruk dan Desa Masakambing) mulai makan gaplek dan dicampur sisa nasi kering (Aking),”ujarnya.Untuk itu, dia meminta pemerintah agar secepatnya melakukan penanganan serius dengan mendistribusikan sembako. Sebab, jika dibiarkan akan timbul persoalan baru ditengah kehidupan masyarakat Pulau/Kecamatan Masalembu yang berjarak 112 mil dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep.Hal senada juga dilontarkan anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Tuan Mohammad Yusuf. Menurut Anggota Dewan Asal Masalembu ini, warga Masalembu kehabisan sembako dan kondisinya sangat kritis.“Jadi, pendistribusian sembako ke Masalembu perlu penanganan khusus. Kalau cuaca laut tetap memburuk, alternatifnya dengan mendistribusikan menggunakan transportasi udara atau pesawat,”kata Mohammad di kantornya, Jalan Trunojoyo, Selasa (03/02).Sementara, Kepala Administrator Pelabuhan Kalianget, Abd. Rachim mengatakan, hingga saat ini perairan Pulau Masalembu tidak aman untuk pelayaran.“Ketinggian ombak masih berkisar 4 sampai 5 meter. Makanya, dalam waktu yang tidak ditentukan, pelayaran ke Masalembu ditutup,”tegas Abd. Rachim pada wartawan di kantornya, Jalan Pelabuhan Kalianget, Sumenep, Selasa (3/2/2009).Bahkan pelayaran ke sejumlah pulau lainnya, termasuk ke Pulau Kangean dan Sapeken yang dilayani KMP Dharma Bahari Sumekar (DBS) I juga gagal berangkat karena ombak kembali mengganas. Pelayaran ke Sapeken dan Kangean, sejak kemarin dan hari ini berisiko bagi keselamatan manusia. Sedangkan pelayaran ke Masalembu sudah 26 hari tidak dilalui kapal laut karena berbahaya. ( Nita, Esha/Raden Syaifullah).

Data :
DRAF RAPBD TAK KUNJUNG DIKIRIM, TUDING ADA UNSUR POLITIS
News Room, Selasa (03/02)Belum diserahkannya draft Rancangan Anggaran Pembangunan dan Pembangunan Daerah (RAPBD) 2009, menjadi penyebab tak dibahasnya RAPBD hingga saat ini. Hal tersebut membuat anggota Dewan kembali mengkritik dan menyoroti kinerja eksekutif. Padahal, sebelumnya eksekutif berjanji akan mengirimkan draft RAPBD 2009 pada pekan keempat bulan Januari. Namun, sampai saat ini, draf yang dijanjikan belum dikirim. Sehingga, pembahasan RAPBD belum dilakukan. Salah seorang anggota Dewan, Raud Faiq Jakfar, malah menuding keterlambatan pembahasan RAPBD ini disengaja oleh eksekutif. Menurutnya, eksekutif membiarkan pembahasan RAPBD ini molor hingga mendekati pelaksanaan pemilu legislatif. “Kalau pembahasan hingga awal bulan ini belum dilakukan, kemungkinan pembahasan RAPBD akan berlangsung hingga bulan Maret. Padahal, pada bulan Maret, anggota Dewan sulit konsisten membahas APBD, karena disibukkan Pemilu Legislatif. Jadi patut dicurigai, ini ada unsur politisnya. Mereka (Eksekutif) berharap, APBD dibahas ditengah kesibukan anggota Dewan dengan Pileg,”terangnya.Keterlambatan pembahasan RAPBD ini, dinilai sebagai bukti lemahnya kinerja eksekutif. Sebab, APBD merupakan pekerjaan tetap tahunan. Padahal, sebelumnya kata anggota panggar ini, panggar dan timgar sepakat akan menyelesaikan APBD bulan Pebruari. ”Sayang sekali perekonomian daerah bakal mandek karena APBD belum dibahas,” ujarnya.Kritik yang sama juga datang dari anggota Fraksi Amanat Rakyat, Malik Effendi. Ia menilai, molornya pembahasan RAPBD bisa berdampak negatif terhadap masyarakat dan pembangunan. Sebab, dana APBD sekitar Rp 946 miliar tak dapat digunakan.”Pembangunan jelas terhambat. Bayangkan uang hampir Rp 1 triliun beku. Bahkan, kemungkinan besar ratusan proyek fisik terancam terbengkalai,” pungkasnya. Ratusan proyek fisik, utamanya di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) seperti Bina Marga, Cipta Karya dan Pengairan, terancam tidak bisa selesai 100 persen.Kekhawatiran itu bisa terjadi, karena tahun ini tidak ada istilah daftar isian proyek lanjutan (DIP-L). ”Kalau proyek tak bisa selesai tahun ini, maka semua akan hangus,” katanya.Menurut Malik, keterlambatan pembahasan RAPBD ini bukan hanya karena Struktur Organisasi (SO) di Pemkab yang terlambat. Tapi, juga sensitifitas pejabat pengambil kebijakan yang semakin tipis dalam memperhatikan pembangunan. Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sumenep, Ir. H. Moh. Djasmo mengakui, jika Pemkab memang belum menyerahkan draft RAPBD kepada legislatif.Keterlambatan penyerahan draf tersebut, kata dia, disebabkan karena menunggu mutasi pejabat dalam Struktur Organisasi (SO) baru. Selain itu, ada beberapa satuan kerja (satker) yang belum menuntaskan Rancangan Kegiatan Anggaran (RKA). Namun, dia berjanji, pekan ini draf RAPBD sudah bisa diterima legislatif. Bahkan, dia membantah, keterlambatan penyerahan draf itu disengaja oleh eksekutif. ”Itu tidak benar, kalau kami sengaja memperlambat, apalagi berusaha agar pembahasan RAPBD ini dibahas di tengah kesibukan pencalegan anggota dewan,” tegasnya. ( Nita, Esha/Raden Syaifullah).


MUSRENBANGDES SEBAGAI SARANA SALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
News Room, Selasa ( 03/02 )Usulan perencanaan pembangunan yang dilakukan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) tahun 2010, agar senantiasa memperhatikan skala prioritas pembangunan yang didukung dengan potensi Desa, sehingga hasil pelaksanaan pembangunan yang muncul dari bawah itu benar-benar memberikan manfaat bagi lapisan masyarakat.Hal tersebut ditegaskan Camat Pragaan, Drs. RB. Moh. Ramli, M.Si ketika menghadiri pelaksanaan Musrenbangdes di Desa Kaduara Timur dan Desa Sendang. Ia mengatakan, Musrenbangdes merupakan forum tingkatan terbawah, bertujuan untuk menjaring aspirasi warga masyarakat dalam rencana pembangunan di lingkungannya sesuai dengan skala proritas.Oleh karena itu Moh. Ramli berharap, dalam Musrenbangdes kali ini mampu menghasilkan usulan berkualitas, terutama dalam usaha peningkatan perekomomian masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.Moh. Ramli mengajak semua elemen masyarakat agar mampu menghasilkan usulan yang bisa diterima oleh semua pihak, dalam bentuk RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Mengegang) Desa atau RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Desa) yang nantinya dibawa dalam Musrenbang Kecamatan sebagai usulan dari masing-masing Desa. ( JuP-27, Esha/Raden Syaifullah).


Data :
Seluruh Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu Sumsel di-cover JAMKESMAS27 Jan 2009 Dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MOU) hari ini, 27 Januari 2009 antara Menkes Dr. dr. Siti Fadillah Supari, Sp. JP (K) dengan Gubernur Sumatera Selatan, H. Alex Noerdin, seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu di Provinsi Sumatera Selatan dicover jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Nota kesepahaman dimaksudkan sebagai wujud komitmen daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Prov. Sumsel dengan tujuan agar masyarakat miskin dan tidak mampu di luar kuota nasional tetap dijamin oleh Pemda untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang setara dengan Jamkesmas Nasional. Menurut Menkes, MOU ini merupakan penegasan kembali tekad untuk saling mendukung dan bekerja sama, bahu membahu dalam menciptakan harmonisasi penyelenggaraan program Jamkesmas. Selain itu, dapat melakukan pemantauan agar pelaksanaan program yang sangat dibutuhkan masyarakat dapat dilaksanakan secara baik, sesuai dengan koridor dan prinsip-prinsip penyelenggaraan program Jamkesmas yang berlaku secara Nasional. Melalui program Jamkesmas, masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 76,4 juta jiwa memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis di sarana pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan dengan anggaran dari APBN. Menkes dalam sambutannya menyatakan, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas upaya yang dilakukan Pemda Sumsel untuk berkontribusi dalam memperluas cakupan kepesertaan diluar sasaran nasional yang telah ditetapkan dalam program Jamkesmas. Kontribusi ini sangat besar artinya bagi masyarakat Provinsi Sumsel. Menkes mengharapkan, agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal diperlukan komitmen yang tinggi dari seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Sumsel agar dapat menjamin ketersediaan dana yang diperlukan dalam operasional Jamkesmas Sumsel. Agar pelaksanaan Jamkesmas berlangsung efektif, transparan dan akuntabel, perlu melibatkan berbagai unsur masyarakat. Dengan adanya rasa kepemilikan bersama (sense of belonging) dari seluruh masyarakat Sumsel, pelaksanaan Jamkesmas harus mendapat dukungan, pengawalan dan pengawasan yang optimal, ujar dr. Siti Fadilah Supari. Disamping itu, Menkes mengharapkan agar pelayanan yang diberikan dalam program Jamkesmas Provinsi Sumsel memenuhi standard dan kualitas yang baik dengan memperhatikan ketersediaan jaringan pelayanan dan sistim rujukan yang baik dan mudah diakses.
Tugas dan tanggung jawab.
Depkes : Menetapkan jumlah sasaran peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan Mengalokasikan dana bantuan sosial sesuai jumlah sasaran untuk setiap Kabupaten/Kota berdasarkan Penetapan Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Sumatera Selatan Menyiapkan Pedoman Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Memberikan Kartu Peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Menyediakan pelaksana verifikator di PPK (pemberi pelayanan kesehatan)
Pemprov Sumsel : Memfasilitasi penetapan nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, dan status keluarga masyarakat miskin dengan Keputusan Bupati/Walikota sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan Memfasilitasi penetapan nama gelandangan, anak terlantar, pengemis yang tidak memiliki identitas sebagai peserta Jamkesmas melalui Keputusan Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan Memberikan Jaminan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat Sumatera Selatan yang memiliki Identitas Diri berupa KTP/KK/Surat Keterangan Berdomisili bagi Peserta Jamsoskes Sumsel Semesta Melaksanakan pemberian pelayanan sesuai pedoman teknis yang ditetapkan bagi peserta Jamsoskes Sumsel Semesta Penyediaan dana untuk pelayanan kesehatan bagi pelaksanaan Jamsoskes Sumsel Semesta Membayar biaya/klaim atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PPK terhadap Peserta Jamsoskes Sumsel Semesta Menggunakan tenaga verifikator yang ada di PPK Membentuk Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas dan Jamsoskes Sumsel Semesta
Berita ini disiarkan oleh pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Telepon/Fax: 021- 52907416-19, 5223002 atau e-mail puskom.depkes@gmail .com.

Data :
Sosialisasi Jamkesmas melalui Ormas/LSM
19 Aug 2008 Departemen Kesehatan mengundang Ormas/LSM dan Organisasi Lainnya yang berpengalaman di bidang kesehatan untuk bermitra dalam penyelenggaraan Sosialisasi Jamkesmas bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk menjadi mitra Departemen Kesehatan, syarat yang perlu dipenuhi diantaranya adalah memiliki AD/ART dan atau akte notaris, serta mengajukan proposal kegiatan yang paling lambat diterima tanggal 22 Agustus 2008 oleh Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan. (Sumber: website:www.depkes.go.id/Raden Syaifullah).