Jumat, 08 Mei 2009

Model pemimpin

Tidak mudah menjadi pemimpin yang membawahi lebih dari 60 perusahaan. Apalagi jika lebih 60 perusahaan tersebut dihuni puluhan ribu karyawan dengan berbagai latar belakang. Ditambah lagi banyak petinggi dari lebih 60 perusahaan tersebut berasal dari berbagai negara dengan segala keunikannya masing-masing. Inilah peluang sekaligus tantangan yang dihadapi Gunadi Sindhuwinata, CEO Indomobil Group.
Dengan fokus utama industri otomotif beserta produk turunannya, Indomobil Group berhasil bertahan dan bertumbuh menghadapi berbagai rintangan yang pernah dilakoni.
Tentu krisis ekonomi 11 tahun lampau (1998) merupakan pelajaran paling berharga dari Indomobil Group. Setelah lama dimiliki oleh Salim Group, paska krisis saham mayoritas dari Indomobil Group dimiliki oleh para prinsipalnya.
Dalam konteks ini Gunadi Sindhuwinata harus berdiri untuk melayani para stakeholders dan shareholders internal agar terjadi keselarasan supaya terbentuk tim yang kuat dan sigap.
Berdiri gagah menciptakan keselarasan dan kesepahaman antara pemilik lama, pemilik baru, principal dari berbagai merek otomotif (Audi, Hino, Nissan, Renault, Suzuki, Ssangyong, Volvo dan VW), direktur dari berbagai negara, seluruh karyawan dan tentu saja pelanggan, tak pelak memerlukan kecerdasan spiritual dalam kepemimpinan. Dalam berbagai kesempatan percakapan serta sharing pengetahuan dan pengalaman dari seorang Gunadi Sindhuwinata, saya berani menyimpulkan beliau sukses menjadi pemimpin.
Oleh Gunadi Sindhuwinata kiat kepemimpinan yang menjadikannya mampu menjadi sopir otomotif kerajaan Indomobil Group disebut model kepemimpinan. Ada empat model kepemimpinan ala Gunadi Sindhuwinata, yaitu: karakter/sifat, visi, perilaku, dan keyakinan.
Tidak ada yang spektakuler dari empat model kepemimpinan ini. Namun, justru di sinilah inti utama dari seorang pemimpin; kesederhanaan model dan konsisten dalam menjalankan model tersebut.
Mari kita ulas satu per satu model kepemimpinan ala Gunadi Sindhuwinata. Model pertama disebut 'Karakter/Sifat.' Dalam konteks ini Gunadi Sindhuwinata sepakat dengan pakar kepemimpinan nomor wahid dunia bernama Warren Bennis.
Dalam pandangan Bennis, mitos kepemimpinan paling berbahaya adalah bahwa seorang pemimpin tercipta saat dilahirkan. Bahwa ada faktor genetik pada kepemimpinan. Mitos itu juga menegaskan bahwa manusia memiliki sifat karismatik tertentu. Ternyata itu semua omong kosong. Nyatanya yang benar justru kebalikannya. Para pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan.
Jika pendapat Bennis menjadi acuan, pertanyaan berikut adalah bagaimana membentuk pemimpin? Jawabannya sederhana; bentuklah karakternya. Karena pemimpin berkarakter akan mengetahui tanggung jawabnya dan menghargai segala tindakannya plus tindakan anak buahnya.
Pemimpin berkarakter akan mendemontrasikan nilai-nilai perusahaan dalam perilaku sehari-hari. Pemimpin berkarakter akan membentuk karisma pribadi yang membuat dirinya disegani sekaligus dicintai para konstituennya.
Guna membentuk karakter ini, setiap tahun Indomobil Group mencanangkan nilai-nilai yang menjadi acuan karyawan dalam berkarya. Tema tahunan ini bisa berbeda, bergantung pada situasi dan tantangan apa yang akan dihadapi.
Bahkan penggalian nilai-nilai ini tidak hanya terfokus pada nilai-nilai universal layaknya perusahaan lain menjalankan, seperti 'antusias,' 'etos,' 'amanah,' 'jujur,' dan 'komitmen.'
Indomobil Group juga menggali khasanah nilai-nilai lokal yang sudah ada, bahkan sebelum negara Indonesia berdiri, seperti nilai-nilai lokal Jawa, yaitu: 'titi,' 'tata,' 'tita,' 'teteg,' 'tatas,' dan 'tutug.'
Model kedua bernama 'Visi.' Jamak diketahui bahwa pemimpin visioner merupakan pemimpin yang selalu mencetuskan imajinasi serta gagasan dan mendorong para konstituennya agar mencapai tujuan/manfaat melebihi dari apa yang ada sekarang.
Tiga aktivitas
Dalam teori tidak ada yang baru menyoal visi ini. Hanya saja banyak pemimpin berkoar-koar tentang visi tetapi terjerembab dalam implementasi. Untuk mengatasi persoalan ini, Gunadi Sindhuwinata menjalankan kiat bernama mesin kepemimpinan.
Ada tiga aktivitas untuk menjalankan mesin kepemimpinan ini, yaitu; (1) Ide. Ikhtiar dimulai dengan ide, disertai pemahaman pada kebutuhan dan lingkungan, dari masa lalu dan sekarang, serta hikmah masa depan. (2) Tata nilai. Artikulasi dari tata nilai yang mendukung baik pada tataran ide maupun amalannya.
Kemudian fokus menjalankan tata nilai operasional. (3) Energi. Kemampuan mendorong baik diri sendiri maupun orang lain untuk menjalani perubahan dan mengambil keputusan. Tak salah mesin kepemimpinan yang bisa menjembatani visi menjadi kenyataan.
Model ketiga berjejuluk Perilaku. Inti dari perilaku ini adalah contoh peran. Apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana dia bertindak serta berbicara, akan menjadi panutan anak buahnya.
Perilaku ini sering nihil dalam kepemimpinan. Apalagi melihat kasus-kasus kontempoter yang dialami oleh para pemimpin di republik ini, tidak saja dalam ranah bisnis, tetapi juga politik, sosial bahkan agama.
Perilaku tidak bisa dikotbahkan. Hanya bisa dicontohkan. Sepanjang saya mengenal Gunadi Sindhuwinata, tampak bahwa moral merupakan tuntunan utamanya dalam mempraktikkan perilaku.
Menyitir Bhagavad Gita, Gunadi memiliki falsafah bahwa kita punya tugas untuk bekerja, tapi tidak sebagai budak. Pekerjaan adalah sumber kebebasan. Oleh karena itu selalu lakukan tugas dengan baik, tanpa pamrih.
Peranan dan tindakan bila dilaksanakan secara moral, benar dan penuh perhatian akan memberikan kebebasan dan tidak takut atau menghindar. Moral adalah penting, karena melalui moral muncul pengendalian atas jiwa untuk kesehatan raga.
Model keempat adalah Keyakinan. Oleh Gunadi Sindhuwinata keyakinan diartikan sebagai kemauan pemimpin untuk mengambil risiko dan memberdayakan orang lain untuk bertindak atas resiko tersebut.
Tidak salah disebut pemimpin apabila dia melakukan eksekusi. Karena eksekusi, akan terjadi dinamika dalam organisasi. Tidak mudah menjalankan eksekusi ini. Apalagi eksekusi sering masuk dalam wilayah abu-abu, di mana tingkat keberhasilan dan kegagalan sama besarnya.
Menghadapi tantangan tersebut, alhasil keyakinan dari pemimpin sangat dibutuhkan. Apalagi bila keyakinan tersebut dibalut dengan optimisme. Maka di tengah gempuran krisis global, dengan penuh keyakinan, Indomobil Group meluncurkan produk-produk baru ke pasar. Entah itu dari Nissan, Suzuki, atau merek-merek lain yang menjadi tanggung jawabnya.
Gunadi Sindhuwinata ingin membuktikan bahwa masih terbuka peluang besar dari pasar nasional terhadap produk-produk otomotif. Tak ayal kita terpaksa mengantre bila ingin membeli Nissan Livina.
oleh : A. M. Lilik AgungTrainer dan Pembicara Publik / Sumber : bisnis.com

Tidak ada komentar: