Kamis, 05 November 2009

Pakai jurus online


Tidak banyak orang memiliki bakat alami sebagai ahli pemasaran atau penjualan. Namun, tidak sedikit dari mereka kemudian belajar untuk mengasah kepiawaiannya sebagai profesional di bidang pemasaran.

Itu pengalaman Andy Adrian. Dia beruntung pernah berkecimpung di dunia komunikasi dan pemasaran sehingga memudahkannya menjalankan tugasnya kini sebagai Marketing Manager PT Indonesia Air Asia.

Mantan penyiar Radio Ardan Bandung tersebut dipercaya bertanggung jawab penuh terhadap kinerja penjualan perusahaan. Padahal sebelumnya, dia merasa belum tune-in dengan hal-hal teknis di dunia penerbangan.

Maklum, sebelum bergabung dengan Air Asia, Andy memimpin tim penjualan di PT Warner Music Indonesia dan mencicipi menjadi pekerja kreatif di perusahaan periklanan dan komunikasi.

Tawaran menarik untuk hijrah ke bidang baru muncul pada Mei 2007. Dia pun hijrah ke Air Asia memimpin tenaga pemasar di bidang penerbangan.

Kini, langkahnya semakin ekspansif, memimpin tim pemasaran dengan 10 personil anak muda yang umumnya belum genap 30 tahun.

Sebagai orang yang diserahi amanah meningkatkan kinerja penjualan, Andy memiliki berbagai trik. Semua itu berlabuh kepada satu tujuan, bagaimana meningkatkan kinerja Air Asia agar semakin lekat di hati konsumen luas.

Andy dan tim pemasaran mengemban tugas besar untuk menstimulasi orang untuk mau terbang bersama Air Asia. Pekerjaannya tak mudah, dia harus menggerakkan tim mampu membentuk persepsi positif sesuai target dengan yang dituju.

"Kami harus membangun merek Air Asia di tempat yang tepat sehingga mendapat feed back yang nantinya berguna untuk meningkatkan penjualan. Hal itu berjalan berkesinambungan, kami akan meningkatkan penjualan dan berperan sangat besar."

Kerja tim pemasaran Air Asia Indonesia berkembang melalui promosi dan kampanye guna membentuk persepsi khalayak maskapai penerbangan ini memberikan harga hemat. Promosi dan kampanye dilakukan melalui berbagai saluran. Media yang utama adalah Internet.

Tidak heran, nama Air Asia pun mengudara. Tahun ini predikat World's Best Low-Cost Airline 2009 versi Skytrax diraih Air Asia. Maskapai penerbangan yang dimotori Tonny Fernandez tersebut dinilai mampu memberikan layanan terbaik kendati berada di kelas pesawat bertarif murah.

Pengakuan Skytrax lain yang berhasil digenggam adalah Best Low-Cost Airline Asia Award 2009, mengungguli rival ketatnya, JetStar Asia.

Harus kompak

Kinerja positif maskapai bernuansa merah ini merupakan wujud dari sinergi tim yang ada di beberapa negara, Indonesia memiliki peran penting tentunya. Menurutnya, kekompakan tim merupakan kata kunci.

Sejauh ini kendala berarti masih dirasakan tim Air Asia Indonesia untuk melakukan penetrasi kepada konsumen daerah. Pasalnya tingkat pemahaman dan kebutuhan mereka terhadap akses Internet sangat rendah.

"Masih banyak orang Indonesia yang ragu mencoba Internet karena mereka memiliki pemikiran negatif seperti akan ditipu dan sebagainya. Pembelian dari Internet sekitar 70%. Masih ada juga yang membeli tiket di agen perjalanan, padahal [membeli] melalui Internet tidak usah capek ke mana-mana."

Perlu kerja ekstra Andy dan tim untuk terus mengedukasi masyarakat di daerah menggunakan internet untuk memesan dan membeli tiket Air Asia. Kesadaran untuk mengurus sendiri dan mencetak tiket terus ditanamkan.

Strategi memenangkan pasar Indonesia ynag terkenal kritis mengenai harga adalah pemberian harga tiket hemat. Setiap promo mereka memberikan harga murah bahkan tak jarang dibanderol Rp0.

Promo menarik tersebut hanya diberikan bagi calon penumpang yang mengakses layanan melalui Internet. Dengan demikian mereka 'terpaksa' harus masuk ke dalam situs Air Asia dan mempelajari aturan main.

"Kami juga melengkapi dengan cara memesan dan membeli tiket dan arahan lainnya, dilakukan berkala dan terus menerus supaya orang terbiasa dan mereka mendapatkan keuntungan berlebih. Apabila mereka puas mereka juga menyebarluaskan hal ini."

Bagi Andy penting untuk mengepung pasar, dalam arti membuat inovasi di berbagai bidang guna pasar terbiasa dengan merek Air Asia. Salah satu caranya adalah bekerjasama dengan vendor kartu kredit besar untuk meluaskan pasar.

Kartu kredit identik dengan Internet, pemakainya memiliki akses mudah membeli melalui kartu tersebut. Dengan demikian top of mind akan Air Asia semakin terbentuk. Mereka akan memilih menggunakan Air Asia sebagai sarana transportasi di manapun berada.

"Misalnya, ada promo kursi gratis yang diprioritaskan bagi pemegang kartu kredit tertentu dan dibuka untuk umum pada hari Selasa sehingga kemungkinan mendapatkan kursi gratis lebih besar didapatkan bagi pemegang kartu kredit tersebut."

Inovasi di dalam bidang pemasaran memang harus selalu dikedepankannya. Intinya adalah bagaimana tim pemasaran bisa selalu memfasilitasi calon penumpang yang ingin terbang bersama Air Asia. (Aprika R. Hernanda) (noerma.sari@bisnis.co.id)

Tidak ada komentar: