Jumat, 06 November 2009

2010, Momentum akselerasi ekonomi Sektor riil harus menjadi prioritas pembangunan

Kabinet Indonesia Bersatu jilid II telah terbentuk dan dilantik untuk masa bakti 2009-2014. Hal ini merupakan kali kedua bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pelantikan kabinet.


Bagi masyarakat, meskipun momen ini merupakan momen rutin yang bisa dilihat sekurangnya sekali dalam 5 tahun, ini tetap saja dianggap sebagai sesuatu yang penting dan tak jarang masyarakat meninggalkan aktivitas rutin hanya untuk melihat prosesi pelantikan tersebut.

Ketika masyarakat menyaksikan televisi tentang pengumuman jajaran menteri di kabinet yang telah dilantik, biasanya tersirat harapan kepada mereka akan terciptanya perubahan yang lebih baik pada masa mendatang, khususnya dalam bidang ekonomi.

Meskipun kondisi ekonomi saat ini sudah cukup baik, harapan masyarakat tersebut wajar sebagai perwujudan meningkatnya edukasi dan dinamisasi publik. Harapan lebih dalam biasanya datang dari kelompok masyarakat sektor informal seperti buruh, nelayan, petani, dan pedagang kecil.

Untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut, dalam mendesain kebijakan dibutuhkan adanya paradigma pemikiran yang lebih luas (out of the box) yang disertai inovasi dan terobosan baru (new breakthrough) serta lebih dari sekadar penciptaan kebijakan yang normatif dan standar saja.

Hal ini penting agar efektivitas dan efisiensi dalam penciptaan kebijakan senantiasa terjaga. Secara konsep, untuk mewujudkan hal tersebut bisa dilakukan melalui proses akselerasi dalam penciptaan ataupun pelaksanaan suatu kebijakan.

Dalam konteks pertumbuhan ekonomi, misalnya. Dalam periode 2005-2008, tingkat ekspansi ekonomi Indonesia sudah cukup tinggi berkisar 5,5%-6,3%. Di tengah kontraksi ekonomi dunia saat ini, Indonesia bahkan mencatatkan diri sebagai satu di antara sedikit negara yang masih mampu tumbuh positif.

Namun, ternyata hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi persoalan mendasar yang ada karena tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia masih relatif tinggi.

Data menunjukkan, hingga awal 2009, tingkat pengangguran terbuka mencapai 8,14% pada Februari 2009 dan angka kemiskinan sebesar 14,15% pada Maret 2009, atau sedikit lebih tinggi dari target 2009.

Menyikapi hal tersebut, pemerintah mengupayakan akselerasi ekonomi melalui target penciptaan pertumbuhan ekonomi di atas 7% dalam periode hingga 5 tahun mendatang. Ini bertujuan agar tingkat pengangguran turun menjadi 5%-6% dan kemiskinan berkisar 8%-10%.

Momentum akselerasi


Untuk menjalankan proses akselerasi secara tepat dibutuhkan momentum agar terjadi daya dukung dalam pelaksanaan akselerasi tersebut. Perlu dicatat, 2010 sebenarnya merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menjalankan akselerasi pembangunan ekonomi.

Ada lima faktor yang mendasari pemikiran ini. Pertama, krisis ekonomi global diperkirakan mulai pulih pada 2010. Banyak analis dan lembaga internasional memproyeksikan bahwa ekonomi dunia kembali berekspansi tahun depan.

Publikasi World Economic Outlook (WEO) bulan Oktober 2009 misalnya, memperkirakan PDB global bergerak pada level 3,1% pada tahun depan. Ini berarti permintaan dunia kembali meningkat ketika ekonomi global sudah pulih dan pada gilirannya menciptakan banyak manfaat bagi Indonesia khususnya terkait industri pengolahan (manufaktur).

Kita tahu industri manufaktur merupakan salah satu industri penopang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tiga tahun terakhir, sumbangan industri manufaktur terhadap ekonomi nasional mencapai masing-masing 27,5%, 27,1%, dan 27,9%.

Kedua, dari sisi kebijakan, tema pembangunan 2010 adalah pemulihan ekonomi nasional dan pemeliharaan kesejahteraan rakyat. Ini berarti prioritas kebijakan ekonomi 2010 pada dasarnya diarahkan untuk pengembangan sektor riil melalui pengucuran stimulus ekonomi ataupun program subsidi untuk masyarakat kurang mampu yang bermuara pada pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi.

Bentuk-bentuk prioritas kebijakan yang akan dijalankan berupa kelanjutan program stimulus fiskal, revitalisasi industri, peningkatan pembangunan infrastruktur, dan perbaikan program subsidi.

Selain itu, pada 2010 juga akan dilanjutkan program ekonomi yang terbukti mampu memberikan daya dukung terhadap kemampuan ekonomi dasar masyarakat seperti bantuan operasional sekolah (BOS), PNPM Mandiri, Program Keluarga Harapan, Jamkesmas, Askeskin, dan berbagai program subsidi lainnya.

Pendek kata, prioritas pembangunan ekonomi pada 2010 adalah sektor riil yang sangat relevan dengan upaya akselerasi.

Ketiga, secara politis pelaksanaan Pemilu 2009 secara aman, damai, dan demokratis telah meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia, khususnya dari kacamata pelaksanaan demokratisasi dan stabilitas politik yang semakin terjaga.

Kedua, hal ini merupakan faktor nonfinansial yang sering dijadikan pertimbangan pemilik modal untuk berinvestasi. Ini berarti pada 2010 potensi Indonesia menjadi negara tujuan investasi terbuka lebar dan pada gilirannya hal ini memberi daya dukung terhadap pembangunan ekonomi.

Keempat, meskipun tidak 100% orang baru, boleh dibilang energi yang ada dalam susunan kabinet yang baru dilantik merupakan energi yang 100% baru dan siap bekerja lebih keras lagi dalam periode 5 tahun mendatang.

Adanya energi baru sudah pasti menciptakan daya akselerasi tinggi dalam penciptaan kebijakan dan memberikan semangat baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.

Kelima, adanya keberlangsungan prioritas pembangunan antara pemerintah sebelumnya dan pemerintah 5 tahun mendatang. Hal ini penting untuk menjaga konsistensi pelaksanaan prioritas program pembangunan sekaligus mempercepat upaya pencapaian pembangunan ekonomi.

Semakin cepat pembangunan ekonomi dilaksanakan tentu berdampak positif terhadap upaya pencapaian akselerasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, bisa disimpulkan akselerasi ekonomi dibutuhkan sebagai upaya meningkatkan efektivitas dalam pencapaian berbagai target dalam pembangunan ekonomi seperti angka kemiskinan dan pengangguran.

Berdasarkan faktor yang ada, 2010 merupakan momentum yang tepat untuk memulai akselerasi ekonomi.

Sebagai bangsa yang besar, kita patut mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada anggota kabinet yang telah mengakhiri masa baktinya. Sementara itu, kabinet yang segera akan bekerja, kita ucapkan selamat datang dan selamat berakselerasi.

Oleh Andie Megantara
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan

Tidak ada komentar: