26 Februari 2009
Kalau Jusuf Kalla dan Hidayat Nur Wahid kawin, siapa yang mau beli? Jawaban yang paling riil ya, para pemilih Golkar dan PKS. Bener gak sih …
Ya, sudah benarlah itu, tapi yang jadi masalah, apakah suaranya bulat atau tidak. Begini. Hingga sekarang, di Partai Golkar sendiri, ada pertarungan antara Sultan + Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla sendiri. Ini terus berkelahi. Nah, kuatnya niat JK maju ke pentas pilpres gara-gara ditodong oleh “seluruh” DPD. Ini sudah jadi fakta sejarah, jadi jangan lupakan faktor ini. Masalahnya, apakah kemudian JK akan didukung oleh DPD-DPD?
Jawaban pastinya sih ada di Rapimnas pasca pemilihan legislatif nanti. Walau, orang-orang JK saat ini terus berkampanye kalau Rapimnas itu nantinya sebenarnya hanya ajang untuk memformalisasi ke-capres-an JK. Tapi, itu ‘kan kata pendukung Kalla. Kalaupun ada orang-orang non JK yang bilang itu, yang patut dilihat adalah “senyum”-nya pasca mengeluarkan komentar itu. Saya tak perlu lagi bilang siapa orang JK, siapa yang bukan. Itu urusan Andalah untuk mencari tahu.
Saya kira, skenario para politisi Golkar sudah gol di tahap pertama; agar Golkar mencalonkan diri dalam pentas Pilpres. Selama ini –seperti yang sudah saya tulis sebelumnya- titik fokus utama memang pada sikap JK soal apakah Golkar akan mencalonkan Presiden atau tidak. Semua masih serba ragu-ragu. Apapun kata Akbar Tanjung, kata Agung Laksono, kata Surya Paloh, kata Sultan di luar sana, tetap saja putusan ada di tangan Ketua Umum formil, JK. Jadi, semua menunggu. Dan, lantas keluarlah statemen dari bibir JK.
Nah pertanyaannya apakah Golkar akan mencalonkan JK? Itu yang belum tentu. Dengan keberhasilan skenario pertama ini, tentu saja, merupakan kabar yang sangat-sangat menggembirakan bagi kubu Akbar (plus Sultan) untuk bermain total di Rapimnas. Itu karena, mereka kini punya kesempatan untuk maju dalam pentas nan menggiurkan itu; Presiden dari Golkar.
Seberapa besar peluang mereka? Ah, itu hitungan nanti. Yang penting, pintu untuk itu sudah terbuka lebar. Jadi, Rapimnas nantinya akan menjadi ajang “konvensi” juga.
Lho bukankah DPD-DPD sudah mendukung JK? Iya benar. Tapi itu justru untuk mendesak agar pintu untuk kepresidenan Golkar yang selama ini ditutup rapat-rapat oleh JK (dan SBY, plus PDIP), dibuka lebar-lebar. Sudah berapa kali saya bilang, untuk melihat Golkar ini, lihat filosofinya; kekaryaan! Lihatlah gaya Surya Paloh menekankan ini pada pertemuan tingkat pimpinan Golkar kemarin; berapi-api betul. “Golkar adalah partai kekaryaan, yang akan terus bekerja!” kata dia.
Dari filosofi ini, maka kalaulah pintu kepresidenan Golkar tertutup, otomatis, tertutup jugalah ladang pekerjaan dari DPD-DPD itu. DPD tak mau itu. Mereka mau “bekerja”. Kalau ada pekerjaan, tentu ‘kan ada upah yang masuk sebagai hasil jerih payah dan keringat mereka. Nah, untuk itu harus ada “penghargaan”.
Anda harus hitung juga, berapa dana yang beredar ketika konvensi Golkar 2004 kemarin. Karena konvensi itu sampai ke DPD tingkat II, maka biaya untuk mengongkosi seluruh DPD itu luar biasa besarnya. JK tahu itu, dia pengusaha, tak mau rugi. Makanya, dia sampai kapanpun tak akan mau mengadakan konvensi karena dia pasti tahu harus berapa duit yang mesti dikeluarkannya. Kalau konvensi kan, berarti setiap DPD mesti dibayar, untuk memilih siapa. Lho, memang benarlah ada pilihan “ideologis” atau interest. Tapi tetap saja, tidak ada yang gratis dalam politik. Nah, kalau di 2004 saja (menurut bisik-bisik) setiap DPD kebagian Rp 100 juta, berapa pula dana yang harus dikeluarkan 2009? Tahun tinggi, pasaran makin tinggi, Bung!
Makanya, permainan tahap kedua ya, sebelum dan saat Rapimnas nanti. Rapimnas itu kan dihadiri oleh seluruh DPD. Ini orang-orang DPD mesti diongkosi, dikasih jajan, dan mesti diberi oleh-oleh untuk dibawa pulang. DPD yang memainkan ini semua. Mereka-mereka ini politisi ulung dan tak akan melewatkan pentas Presiden yang menggiurkan itu begitu saja. Karena kalau Golkar sebagai partai sampai tak mencalonkan Presiden, uang itu akan hangus. Siapa yang mau? Hahahaha… itu pikiran politisi, Bung!
Jadi, kalau saya kira sih, si JK ini sudah kena “mainkan” sama politisi di Golkar. Dulu, dia kan gak perlu keluar duit banyak untuk membiayai konvensi. Dia nebeng ke SBY, dan melimpah-limpahlah duit kampanye SBY-JK. Yang justru “bangkrut” ya Wiranto. Eh, gak mau lagi la dia ngongkosi Golkar. Udah duit habis, gak menang pulak, hahahaha…politisi Golkar memang jempolan brur…
Itulah salah satu alasan mengapa di 2004, Golkar bisa menjadi partai pemenang pemilu tapi tidak di Pilpres. Ambil duitnya, jangan pilih orangnya!
Pan sudah saya bilang, siapapun Presidennya, Golkar itu tak peduli; yang penting mereka harus dapat pekerjaan, mereka harus berkarya!
Dan Hidayat? Halah, halah … males deh ngebahas ini orang. Dia kan orang shari’ah, jadi urusannya ya ‘gak jauh-jauh dari ngurus-ngurus fatwa golput via MUI. Ya, cuman, segitu thok. Soal politik, dia mesti les privat lagi sama Obama. Golkar sama PKS, ya, sama saja moralnya, sama-sama kuning, sama-sama hitam, kayak logonya itu ‘lah. Bedanya mungkin janggut PKS lebih tebal dari kumis Golkar.
So, siap-siaplah JK untuk dikuras duitnya… Weleh-weleh, negeriku, negeriku… bangsaku.. tanah airku, tanah tumpah darahku ….
Filed under: All News, Esai, Islam, Politik , demokrasi, Esai, golkar, indonesia, Islam, JK, pilpres, PKS, Politik, presiden, reformasi
34 Responses
almascatie mengatakan:
26 Februari 2009 pukul 11:14 pm
eng…. kayaknya kita terakhir jadi penonton saja (benarkah?)
tidak benar. semua orang bekerja sesuai kapasitas masing-masing. kalau jadi penonton, keuntungannya cuman satu, bisa memaki-maki sepuas-puasnya. sayangnya kan, kita harus bayar ntuk masuk stadion, kecuali kl turnamennya “antar kampung”, hihihihi
Puteri Mamuju mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 2:45 pm
“kalau jadi penonton, keuntungannya cuman satu, bisa memaki-maki sepuas-puasnya.”
Mari kita memaki-maki bersama-sama!Cape deh! Hehehe…
makanya nonton bola… hahahaha
indraphpx mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 3:25 pm
sama2 bro …
——————————http://skripsi-indonesia.com
Temen2, kalo mao pasang iklandi http://iklandaniklan.co.cc
bangtj mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 3:35 pm
Ya, namanya Golkar (Golongan Karut-marut), hehehe. Dalam politik, nggak ada ‘low cost carrier’, semuanya ‘high cost carrier’. Saya kira SBY dan tim suksesnya sdh menghitung, seberapa kuat JK mau mengongkosi DPD-DPD itu. Buntutnya, ya, gabung maning sama SBY….
kurasa sih kuat kali pun..tapi jadi agak berkuranglah duitnya. masih mikir-mikirnya si Kalla ini, dia kan pengusaha.
taUbat mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 9:00 pm
Kedewasaan PKS walau masih muda usia tapi sedia menjembatai partai2 besar melalui ikatan tali silahturahmi guna mewujudkan pemilu yang aman dan damai.
Tidak adanya gejolak adalah merupakan kehendak/harapan dari proses demokrasi NKRI.
Amiin……………..
almascatie mengatakan:
27 Februari 2009 pukul 11:58 pm
lha sapa bilang Penonton bukan kerja? kerjaan penonton adalah membeli tiket, menonton, dan beri commentar, pentas hanyalah untuk para pemain yang kita suka, ntah damai, rusuh, terharu, penonton hanya bisa membawa pulang perasaan sahaja kayaknya.. para pemain yang untung, entah menjadi lebih kya ato bangkrut… tapi bagi aku kita masih menjadi penonton sih…. pemilu hanyalah sebuah tiket untuk para pelakon baru..
“pentas hanyalah untuk para pemain yang kita suka..” i love that one. kalimatnya sungguh bagus.
Kanaya mengatakan:
28 Februari 2009 pukul 8:49 am
Saya mengenal baik Amien Rais, saya bersimpatik padanya. Jangan bantah saya!
Kamu mengenal baik Hidayat Nur Wahid. Kamu mengatakan beliau begitu bersahaja dan amanah. Saya tidak bisa membantah kamu!
Mereka mengenal baik SBY, mereka bilang SBY itu bagus sekali, pandai menempatkan diri dalam berbagai situasi. Saya pun tidak bisa membantah mereka.
Kalian mengenal baik Megawati. Kalian bilang Mega itu berkharisma dan sangat peduli wong cilik. Walau saya tidak sepakat, tapi saya tidak bisa membantah kalian akan pendapat tersebut.
Dia bilang Gus Dur itu panutan, guru bangsa yang menjadi contoh. Saya pun tidak bisa membantah pendirian dia. Andai saya ada di posisi dia, mungkin atau pastinya saya pun akan membela mati-matian Gus Dur.
Seseorang bilang Soeharto itu idolanya, dia tidak mengerti demokrasi. Hanya tahu sembako murah, swasembada pangan, negara aman. Dia pun mencintainya. Saya pun tidak bisa membantahnya.
Anda berkata, Habieb Rizieq Shihab itu pejuang kebenaran, amar maruf nahyi munkar, saya pun hanya mengamini, tak bisa membantah Anda yang begitu yakin dengan argumentasi Anda.
Dia, mereka, seseorang, kalian bilang Hamengkubuwono, Yusril, Prabowo, Amelia Ahmad Yani, Meuthia Hatta, begini dan begitu, membela mati-matian… Saya pun tersenyum, tak bisa membantahnya karena kalian sudah mengenal mereka dan begitu simpatik pada mereka.
Dan…Kadang timbul pertanyaan sedikit filosofis, oh dunia memang penuh warna, keberagaman, masing-masing dengan keyakinan dan idolanya. Maka saya pun jadi termenung, tak bisa mengendalikan apa kata orang, apa pilihan orang, cukuplah saya berbuat apa yang saya mampu untuk bangsa ini, walaupun hanya sedikit…
Salam.
saya kira yang haq dan yg batil itu tak sulit untuk diketahui. Kecuali, yg haq dan yg batil itu sudah dicampur-campurkan, atau malah tertutup hatinya. Jangan pesimis dong, adopsilah Muhammad. Dia mafhum, kl orang yg menyembah berhala itu, salah dan bodoh. Eh kemudian, orang yang salah dan bodoh itu, menyadari kesalahan dan kebodohannya. Muhammad pun tersenyum. Kan sudah disebut, maka adakanlah segolongan dari kamu yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yang mungkar dan yg ma’ruf pasti ketahuan. Fastabiq al-khairat, berlomba-lombalah menuju kebaikan, tebarkan kasih sayang di muka bumi. Sampaikanlah, sampaikanlah walau hanya satu ayat.
Ajar mengatakan:
28 Februari 2009 pukul 1:28 pm
Subhanallah…akhirnya PKS mendapat jalan untuk naik. Ganyang terus.. kekuasaan di tangan kita! Peduli amat melacurkan diri, pokoknya hidup PKS!Allahuakbar!
asep mengatakan:
28 Februari 2009 pukul 4:05 pm
saya sih cuma kasih tahun kalau kita ribut dan berkomentar gak maju2 karena hanya seperti penonton bola.
ada yg jadi pemain, pelatih, ofisial, wasit, pemilik klub, asosiasi sepakbola, media, macam-macamlah … yg terbesar dan yg terutama itu adalah “penonton”. semua magnetnya, yg membuat sistem itu bekerja dan berputar, adalah “penonton”. jgn sepelekan penonton ini. hihihihi
Sigit mengatakan:
1 Maret 2009 pukul 9:28 am
PKS berjalan mundur kalee…….hhehe
Jumanji mengatakan:
1 Maret 2009 pukul 2:27 pm
Maju atau mundur,Aku nggak ada urusan sama PKS,Ngapain diributkan! Heran gw…
Jumanji mengatakan:
1 Maret 2009 pukul 2:29 pm
“saya kira yang haq dan yg batil itu tak sulit untuk diketahui. Kecuali, yg haq dan yg batil itu sudah dicampur-campurkan, atau malah tertutup hatinya. Jangan pesimis dong, adopsilah Muhammad. Dia mafhum, kl orang yg menyembah berhala itu, salah dan bodoh. Eh kemudian, orang yang salah dan bodoh itu, menyadari kesalahan dan kebodohannya. Muhammad pun tersenyum. Kan sudah disebut, maka adakanlah segolongan dari kamu yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yang mungkar dan yg ma’ruf pasti ketahuan. Fastabiq al-khairat, berlomba-lombalah menuju kebaikan, tebarkan kasih sayang di muka bumi. Sampaikanlah, sampaikanlah walau hanya satu ayat.”
MASALAHNYA, SEMUA KITA MERASA YANG PALING BENAR!!!
Berpegang teguhlah pada prinsip dan pendapat Anda, sebelum Anda menemukan pendapat lain yang lebih teruji kebenarannya. Uji terus pendapat Anda, dan ketika Anda menemukan pendpat lain yg lebih kuat, maka lapangkan dada dan jangan pernah ragu untuk memakainya. Berlomba-lomba menuju kebaikan harus dilakukan dengan cara yang baik dan terbaik. Asik-asik aja
desabungursari mengatakan:
2 Maret 2009 pukul 10:14 am
amiennnnnnn raislah… boleh kang
Jihin mengatakan:
3 Maret 2009 pukul 1:18 am
Jadi ini to yang diributkan selama ini oleh kader OKS dengan tema MENCARI FIGUR CAPRES USIA MUDA?
Ah Ah Ah. Dasar…………………..
Jihin mengatakan:
3 Maret 2009 pukul 1:18 am
Jadi ini to yang diributkan selama ini oleh kader PKS dengan tema MENCARI FIGUR CAPRES USIA MUDA?
Ah Ah Ah. Dasar…………………..
Rumangkang mengatakan:
3 Maret 2009 pukul 9:00 am
namanya juga politikbanyak konflik kepentingan dan adu manuver plus strategikalau kita terjun langsung ke gelanggangniscaya kita pun akan terjebur juga…antara idealisme dan realita menjadi dilematis
hahaha…
ya ini politik.
Tulkiyem mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 12:10 pm
gimana nih bang nirwan Abdul hadi dari PAN ketangkap kpkbisa berabe dong PAN….?
Untuk koruptor gak ada ampun, no mercy! Pecat, adili, penjarakan, duitnya balikin. Kalau setelah itu dia tobat, maka terima baik-baik. Kasus ini sangat menarik, really-really interesting. we’ll see
jamalsmile mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 3:34 pm
detik.com, abdul hadi djamal resmi dipecat oleh PAN.. mengisyaratkan tindakan tepat dan tidak pilih kasih….
jamalsmile mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 3:56 pm
bang nirwan perkenankan sy berbagi cerita : pada rentang tahun 2001-2004 sy aktif di KAMMI, pada saat itu sy sering mengikuti kajian2-nya, dan pada saat itu pula pola pikir sy terbentuk untuk membenci soeharto dgn golkarnya.
pada saat ini terkaget-kaget sy melihat PKS yang mayoritas alumni dari KAMMI sekaligus cikal bakal terbentuknya PK pada era 1998-1999, sekarang sudah tidak malu - malu lagi untuk berkoalisi dengan partai orde baru ini, memang dalam politik tidak ada salahnya berkoalisi dengan partai manapun, tetapi yg saya lihat PKS sekarang secara langsung dan sadar menjual dirinya ( idealisme partai ) hanya karena sebuah kekuasaan.
memang benar yg dikatakan bang nirwan pada tulisan sebelumnya, bahwa PKS tidaklah jauh berbeda dengan Partai Islam lainnya. yg hanya berorientasi kekuasaan belaka.
satu kalimat yang pantas buat PKS saat ini ” Innalillahi Wainnailaihi Rooji’un ”
Saya kira memang ada permasalahan dalam format politik Islam yg dipakai selama ini, tidak hanya oleh PKS, tapi juga partai-partai lain seperti PPP, PBR PBB, dan lain-lain yang punya basis massa organisasi islam seperti PAN dengan Muhammadiyah dan PKB dengan NU. Itu makanya, saya masih berpegang pada tesis seorang guru saya (dia ini asli bukan orang PKS); PKS itu masih diperlukan dan karena itu sangat-sangat perlu untuk disehatkan. Persoalannya adalah “mereka tak mau karena menganggap sudah punya konsep sendiri pada apa yang diperjuangkan”. Jawaban ini adalah juga jawaban-jawaban dari partai-partai berasas Islam yang lain. Jadi, untuk membicarakan partai Islam, jangan cuma melihat PKS, lihat juga kondisi partai Islam yang lain. Semua ini tidak bisa kita harapkan bersatu, itu akan seperti pungguk merindukan bulan.
Kalau begitu, ya tidak usah dipersatukan krn itu akan sangat-sangat rumit. Akan lebih baik dengan memodernisasi gerakan keislaman. Ini tidak hanya dalam bentuk simbol-simbol seperti partai modern dan terbuka, tapi juga pada visi dan misi yang dibawa dan digerakkan.
Ada soal misalnya orang mesti tak alergi dulu mendengar “islam” atau “partai Islam”. Persoalan modernisasi tidak lagi pada pertanyaan-pertanyaan apakah ketika berpolitik kita harus memakai jilbab, ghamis atau tidak, memakai niat atau tidak, tapi jauh lebih dari itu, adalah masalah-masalah kemasyarakatan, seperti pemerataan pembangunan, pendidikan, kesehatan, otonomi, keadilan ekonomi, kemiskinan, dst, dst…
Di lahan itu, justru masyarakat seperti mendapat jawaban dari partai-partai berideologikan nasionalis (PDIP) dan kekaryaan (GOlkar). Lihatlah PDIP menggarap kaum tani dan buru-buruh perkebunan, Golkar menggarap soal teknorasi dan perekonomian, dst. Partai Islam? Gak keliatan di sana. Ada tidak aktivis Islam dari organisasi Islam (baik ormas dan kemahasiswaan) yg betul-betul concern terhadap persoalan ini? Kl ditanyakan, semua pasti akan menjawab ada, tapi mengapa masyarakat lebih mengenal “nasionalis” dan “kekaryaan”? Apapun ceritanya, bagaimanapun cara Golkar dan PDIP menang dalam Pemilu, apakah illegal, refresif, itu bukan pertanyaan utama, karena permasalahannya, mereka telah menang dan bisa menjangkau masyarakat.
Partai Islam belum menjawab soal itu dan justru asik dalam sebuah kungkungan ruang besar bertajuk “khilafah al-islamiyah”. Boleh-boleh saja, tapi sayang tak disertai pada ukuran-ukuran pada persoalan masyarakat melainkan gairah tak berbentuk saja.
Garis pokoknya adalah kekuasaan mesti direbut, tapi akan kemanakah kekuasaan itu akan dibawa? Dengan begini, maka kita akan ketemu persoalan baru, apakah sistem yang ada ini sudah bermartabat dan bermoral. Pemilu Indonesia belum ke arah sana. Kalau Pemilu saja sudah tak bermartabat, maka kita jangan ikut-ikutan tak bermartabat pula, dan menutup mata pula akan hal itu. Tapi juga akan jadi sangat bodoh, kalau “perlawanan” terhadap itu, justru dengan menjelma dan menjilat-jilat sistem itu sendiri. Lihatlah kondisi Islam kita sekarang. Golputnya masyarakat justru kita jawab pada pada Fatwa haram MUI. Itu pertanda, kalau kita orang Islam, tak mengerti, jauh dan berjarak dari persoalan sebenarnya yang ada di masyarakat. Sama juga kalau kita melandaskan koalisi dengan para bandit dengan fatwa-fatwa keagamaan. Lihatlah nanti kalau seandainya JK-Hidayat ataupun Mega-Hidayat jadi pasangan, maka kejadiannya akan seperti yang lalu-lalu, fatwa-fatwa baru akan bermunculan di hadapan umat untuk membenarkan koalisi itu.
Secara politik kekuasaan, itu hal yg lumrah saja, tapi itu juga menandakan kalau kondisi keislaman kita sudah sungguh-sungguh tak mampu menjelaskan persoalan sehingga untuk merubah kekuasaan kita justru harus terus bersandar pada kekuasaan tak bermartabat itu. Saya kira itu.
Fabanyo mengatakan:
4 Maret 2009 pukul 5:19 pm
Oooh… dunia penuh dengan sandiwara…Beragam… semua menjalani episodenya…
Jamal Angry mengatakan:
5 Maret 2009 pukul 10:49 am
@ Jamalsmiletu……kan …….liat……….Selalu aja PKS……. coba gali dikit dong..! adakah kebenaran pada PKS ?liat ada baiknya nggak..? masak selalu salah..aja sih..!badingkan pula dgn partai lainnya ?
jamalsmile mengatakan:
5 Maret 2009 pukul 3:39 pm
ya maklum lah, namanya jg sy masih awam.
anggap saja coment sy otokritik bagi partai yang anda yakini sebagai pilihan anda.
lagi pula otokritik ini ditujukan bagi PKS sebagai institusi partai, bukan anda ( simpatisan )
jadi fine-fine aja lah…
Jamal angry mengatakan:
6 Maret 2009 pukul 10:27 am
Ya sy memang simpatisan kalo sy kader nggak mungkin kata2 sekasar ini….hehetapi kan walau sy nggak suka sama yg lain ya nggak terlalu gitu loooh…….bang Jamal yg selalu smile…..hihihihihihihisetau sy para kader PKS baik2 ga ada yg merokok, taad2 beragama dan sangat santun pada masyarakat bahkan mungkin pandai menabung, bantu ibu cuci piringdll………hahaha. tapi bukan berarti aku mengolok perokok lo ? kalo aku ngatain perokok wah…….ntar bisa-bisa didelet sama yg punya Blok…..hahahahaya…. mudah2an kritik anda ini menjadikan koreksi pada kader2 PKS yg notabene banyak kesalahan ….itu pasti…!
sip sip …
dewi persik mengatakan:
7 Maret 2009 pukul 1:17 pm
kl di tawarin ..,,gue mau jadi caleg buat PKS ….
Milanisti mengatakan:
7 Maret 2009 pukul 5:30 pm
pokoe forzza milan, maju terus pks aku selalu mendukungmu
Sarundayang mengatakan:
13 Maret 2009 pukul 9:09 am
politics is always unpredictable, judul ini cepat usang karena sekarang seharusnya, “Duh, akrabnya JK-Megawati”
hahahahaha …
taUbat mengatakan:
13 Maret 2009 pukul 9:27 pm
Perimbangan dari Prediksi Kemenangan mutlak PKS, membuat partai2 besar kelabakan strategi berkoalisi adalah untuk mengantisipasi lajunya PKS yang semakin kencang bahkan dapat menerobos keberbagai elemen masyarakat/lokasi.(dapat diterima)
Kekalapan partai besar mengupayakan berbagai strategi yang dijalankan tapi respon masih lemah2 juga, merancang akhir strategi adalah uang diakhir masa kampanye yang dianggap ampuh, karena melihat fenomena di masyararakat sekarang sebagian besar adalah suara dapat ditukar dengan uang.
Ambil uangnya dan ucapkan TERIMA KASIH, tidak usah menjadi beban atau tanggung jawab ataupun takut bersalah dan tidak akan ditagih lagi atau dimaki, karena semua ini adalah proses demokrasi.
Pilihlah yang benar2 untuk kepentingan rakyatnya (sidik,amanah,peduli,jujur,profesional) jangan hanya dengan sedikit uang jadi menderita selama 5 tahun. atau memilih karena sanak famili yang wacana partainya sudah terukur tidak mungkin mencapai/memperoleh suara sebanyak 2,5 % atau 4,3 jt karena akan sia2 saja, dari jumlah yang sekian banyaknya suaranya akan di Anolir habis. (Aturan telah dibakukan)
Besar harapan pemilu yang akan datang partainya tidak lebih dari 5 partai saja. (tidak perlu ngoyo).
Tulkiyem mengatakan:
18 Maret 2009 pukul 12:11 pm
Wah kalo PKS makin besar prediksi tukang ngarang bisa nggak cocok nih………!Padahal PKS kan masih kelas walter katanyasulit untuk naik kelas berat..tapi kayaknya bisa masuk 5 besar…ya mudah2an kalo semakin besar jangan membuat kepala jadi besar , tapi iman yang makin kuat
hihihihi … sabar ya ..
jamalsmile mengatakan:
18 Maret 2009 pukul 7:50 pm
mari kita buktikan apakah survei-survei lsi…
berbanding lurus dgn hasil pemilu nanti…..
masih percaya LSI?
eka mengatakan:
26 Maret 2009 pukul 10:55 am
kita berhimpun dalam barisandengarkan suara hati nuraniagar negeri ini berkeadilanIndonesia maju bukan hanya mimpi
partai keadilan sejahteramaju terus tanpa kenal lelahKibarkan tinggi panji AllahBangun Indonesia penuh berkah
kita berhimpun dalam barisandengarkan suara hati nuranilahirkan pemimpin adil sejatiyang cinta dan negeri ini
Kibarkan tinggi panji AllahBangun Indonesia penuh berkah
BANGKITLAH NEGERIKUHARAPAN ITU MASIH ADABERJUANGLAH BANGSAKUJALAN ITU MASIH TERBENTANG
JAYALAH NEGERIKU INDONESIA YANG PENUH BERKAH
Jamal Angry mengatakan:
27 Maret 2009 pukul 11:43 am
@EkaIramanya apa neeh ! slo rock, kroncong, ato dangduthehehe
Okey Maju terus PKS……
eka mengatakan:
5 April 2009 pukul 4:00 pm
aliran heavy metal bos hihihihhi…..
mataraman mengatakan:
6 April 2009 pukul 3:03 am
@ jamal angryyg namanya simpatisan dan kader di pks adalah sama saja. dimunculkan begitu supaya apabila ada kesalahan dikit ucapannya maka pembelaan yang akan dimajukan adalah : “sy ini hanya simpatisan, wajar dong ….jadi maaf-maaf …”
ya itulah politik … semua yg sudah bercampur politik berkecenderungan untuk hilang idealisme… termasuk dakwahnya. itu sudah terbukti …
Jamal Angry mengatakan:
6 April 2009 pukul 1:09 pm
@ MataramanTrima Kasih saudaraku apapun yang anda katakan kepada kami saya anggap itu adalah hal yang positif bagi kami dan akan kami perbaiki.kami mohon maaf apabila sebelum ini kami mungkin selalu berkomentar kurang mengenakan pada kawan2 kami disini. trima kasih kritikannya.tetap semangat. salam untuk anda.
Tulisan ini bersumber dari : http://nirwansyahputra.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar