Rabu, 08/04/2009 12:17 WIB
oleh : Mike R. SutiknoMike Rini & Associates- Financial Counselling & Education
Bencana alam terjadi dalam beragam bentuk, seperti gempa dan tsunami yang melanda Sumatra Utara dan Aceh serta banjir yang melanda Jakarta dan beberapa kota lainnya, kebakaran hutan di Australia, sampai runtuhnya tanggul Situ Gintung di Ciputat, Banten, belum lama ini.
Ketika bencana alam menimpa, Anda perlu berpikir, bergerak, dan bertindak dengan cepat. Bukan saja dalam hal melakukan evakuasi dan menyediakan barang kebutuhan seperti pakaian, makanan, air minum, dan obat-obatan. Namun juga tidak kalah pentingnya mengambil beberapa langkah-langkah finansial, untuk memastikan bahwa setelah bencana berlalu kondisi keuangan keluarga yang mengalami kerugian akan pulih kembali.
Tiap jenis risiko keuangan berbeda-beda frekuensi kemunculannya dan berbeda-beda pula tingkat kerusakaannya. Ada suatu jenis risiko tertentu yang sering muncul tetapi tidak menimbulkan kerugian finansial yang fatal.
Contoh, penyakit pilek yang muncul secara reguler tetapi tidak perlu biaya mahal untuk penyembuhannya. Sementara itu, jika kematian menimpa seorang pencari nafkah walaupun hanya sekali terjadinya, keluarga akan kehilangan sumber penghasilannya. Ini sungguh fatal.
Adapun terjadinya bencana alam dapat dikategorikan sebagai risiko keuangan keluarga dengan frekuensi yang jarang terjadi, tetapi bisa menimbulkan tingkat kerusakan yang parah dan bersifat massal.
Munculnya korban jiwa, korban luka serta rusaknya atau hilangnya harta benda, mengakibatkan risiko kerugian finansial yang signifikan. Cara penanganannya tentu membutuhkan pendekatan tersendiri. Pada saat itu kita perlu melakukan tindakan kuratif keuangan setelah bencana yang terdiri dari tiga langkah , yaitu : (a) Menghitung tingkat kerusakan; (b) Memperkirakan sumber dana pemulihan; (c) Menutup selisih kekurangan dana pemulihan.
A. Menentukan tingkat kerusakan
Bencana alam, selain menimbulkan kerugian harta benda dan luka fisik biasanya diiringi pula dengan traumatik luka psikis pascabencana. Karena itu untuk memulai recovery keuangan keluarga pascabencana, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung kerusakan kerugian ini terlebih dulu. Anda bisa membuat tabel analisis biaya kerusakan seperti contoh di bawah ini :
B. Memperkirakan sumber dana pemulihan
Setelah mengetahui tingkat kerugian dan biaya pemulihan yang dibutuhkan, selanjutnya adalah memperkirakan sumber dana yang ada untuk melakukan pemulihan. Untuk itu Anda dapat membuat tabel perkiraan sumber dana pemilihan seperti contoh berikut :
C. Menutup selisih kekurangan dana pemulihan
Jika pada langkah kedua terjadi selisih kurang dana pemulihan, Anda dapat mengambil langkah ketiga yaitu meng-cover selisih tersebut dengan mengambil beberapa tindakan seperti yang disarankan berikut ini :
Mengumpulkan bala bantuan: Anda dapat mencari informasi bantuan pemerintah yang biasanya disalurkan melalui pejabat setempat khusus korban bencana.
Menggalang bantuan dari saudara dekat: Janganlah malu melakukan hal ini. Ingat, dalam kondisi darurat yang diutamakan adalah keselamatan dan keberlangsungan hidup Anda dan keluarga, bukan gengsi.
Negosiasi dengan pemberi pinjaman: Jika akibat bencana menyebabkan Anda kehilangan penghasilan, melakukan negosiasi ulang dengan pemberi pinjaman dan meminta keringanan pembayaran juga penjadwalan ulang utang akan sangat membantu Anda sampai mendapatkan penghasilan kembali
Penghematan: Bencana bisa menyebabkan pengeluaran ekstra untuk melakukan pemulihan. Ironisnya, di sisi lain penghasilan tidak meningkat bahkan dalam kasus ekstrem, hilang. Tindakan yang realistis adalah tidak memaksa menjalankan gaya hidup Anda yang lama dan mulai melakukan penghematan untuk mengurangi beban biaya hidup
Meningkatkan penghasilan: Selalu ada hikmah di balik setiap musibah, paling tidak membuka mata kita untuk memiliki beberapa penghasilan. Identifikasilah peluang-peluang mendapatkan penghasilan dan wujudkanlah secara bertahap.
oleh : Mike R. SutiknoMike Rini & Associates- Financial Counselling & Education
Bencana alam terjadi dalam beragam bentuk, seperti gempa dan tsunami yang melanda Sumatra Utara dan Aceh serta banjir yang melanda Jakarta dan beberapa kota lainnya, kebakaran hutan di Australia, sampai runtuhnya tanggul Situ Gintung di Ciputat, Banten, belum lama ini.
Ketika bencana alam menimpa, Anda perlu berpikir, bergerak, dan bertindak dengan cepat. Bukan saja dalam hal melakukan evakuasi dan menyediakan barang kebutuhan seperti pakaian, makanan, air minum, dan obat-obatan. Namun juga tidak kalah pentingnya mengambil beberapa langkah-langkah finansial, untuk memastikan bahwa setelah bencana berlalu kondisi keuangan keluarga yang mengalami kerugian akan pulih kembali.
Tiap jenis risiko keuangan berbeda-beda frekuensi kemunculannya dan berbeda-beda pula tingkat kerusakaannya. Ada suatu jenis risiko tertentu yang sering muncul tetapi tidak menimbulkan kerugian finansial yang fatal.
Contoh, penyakit pilek yang muncul secara reguler tetapi tidak perlu biaya mahal untuk penyembuhannya. Sementara itu, jika kematian menimpa seorang pencari nafkah walaupun hanya sekali terjadinya, keluarga akan kehilangan sumber penghasilannya. Ini sungguh fatal.
Adapun terjadinya bencana alam dapat dikategorikan sebagai risiko keuangan keluarga dengan frekuensi yang jarang terjadi, tetapi bisa menimbulkan tingkat kerusakan yang parah dan bersifat massal.
Munculnya korban jiwa, korban luka serta rusaknya atau hilangnya harta benda, mengakibatkan risiko kerugian finansial yang signifikan. Cara penanganannya tentu membutuhkan pendekatan tersendiri. Pada saat itu kita perlu melakukan tindakan kuratif keuangan setelah bencana yang terdiri dari tiga langkah , yaitu : (a) Menghitung tingkat kerusakan; (b) Memperkirakan sumber dana pemulihan; (c) Menutup selisih kekurangan dana pemulihan.
A. Menentukan tingkat kerusakan
Bencana alam, selain menimbulkan kerugian harta benda dan luka fisik biasanya diiringi pula dengan traumatik luka psikis pascabencana. Karena itu untuk memulai recovery keuangan keluarga pascabencana, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung kerusakan kerugian ini terlebih dulu. Anda bisa membuat tabel analisis biaya kerusakan seperti contoh di bawah ini :
B. Memperkirakan sumber dana pemulihan
Setelah mengetahui tingkat kerugian dan biaya pemulihan yang dibutuhkan, selanjutnya adalah memperkirakan sumber dana yang ada untuk melakukan pemulihan. Untuk itu Anda dapat membuat tabel perkiraan sumber dana pemilihan seperti contoh berikut :
C. Menutup selisih kekurangan dana pemulihan
Jika pada langkah kedua terjadi selisih kurang dana pemulihan, Anda dapat mengambil langkah ketiga yaitu meng-cover selisih tersebut dengan mengambil beberapa tindakan seperti yang disarankan berikut ini :
Mengumpulkan bala bantuan: Anda dapat mencari informasi bantuan pemerintah yang biasanya disalurkan melalui pejabat setempat khusus korban bencana.
Menggalang bantuan dari saudara dekat: Janganlah malu melakukan hal ini. Ingat, dalam kondisi darurat yang diutamakan adalah keselamatan dan keberlangsungan hidup Anda dan keluarga, bukan gengsi.
Negosiasi dengan pemberi pinjaman: Jika akibat bencana menyebabkan Anda kehilangan penghasilan, melakukan negosiasi ulang dengan pemberi pinjaman dan meminta keringanan pembayaran juga penjadwalan ulang utang akan sangat membantu Anda sampai mendapatkan penghasilan kembali
Penghematan: Bencana bisa menyebabkan pengeluaran ekstra untuk melakukan pemulihan. Ironisnya, di sisi lain penghasilan tidak meningkat bahkan dalam kasus ekstrem, hilang. Tindakan yang realistis adalah tidak memaksa menjalankan gaya hidup Anda yang lama dan mulai melakukan penghematan untuk mengurangi beban biaya hidup
Meningkatkan penghasilan: Selalu ada hikmah di balik setiap musibah, paling tidak membuka mata kita untuk memiliki beberapa penghasilan. Identifikasilah peluang-peluang mendapatkan penghasilan dan wujudkanlah secara bertahap.
Sumber : Bisnis Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar